Ternyata Thomas yang melayangkan tembakan."Kamu mau menangkapku? Memangnya berapa banyak orang yang kamu bawa? Cuma segitu? Daniel, hentikan omong kosongmu! Di antara kita, hanya ada satu orang yang bisa hidup, kamu atau aku? Aku harus segera menuntaskannya," kata Thomas sambil memberikan isyarat kepada pengawal yang ada di sampingnya.Sesaat selesai bicara, Thomas langsung bertindak. Dia tidak ingin memberikan kesempatan kepada Daniel untuk bersiap-siap.Daniel dan yang lain menyadari betapa liciknya Thomas. Selama berhadapan dengan Thomas, Daniel dan anak-anaknya sama sekali tidak lengah. Begitu peluru ditembakkan, mereka pun segera menghindar.Walaupun terluka parah, Daniel tetap bertempur dengan gagah. Dia adalah jenderal yang luar biasa, kemampuan dan fisiknya memang mengagumkan.Ditambah, Daniel sudah membulatkan tekadnya, dia tidak akan melepaskan Thomas!Wallace, Joris, Lance, dan Tori bekerja sama untuk melindungi Daniel. Mereka mendampingi Daniel secara bergantian.Walaupun
Thomas masih berusaha kabur, tetapi Wallace tidak akan membiarkannya!Tori langsung menginjak pedal gas dan menabrak mobil Thomas. "Prang!"Mobil Thomas langsung terhempas sejauh 3 meter. Thomas berkeringat dingin, dia segera membuka pintu mobil dan keluar dengan memegang pistol.Mobil yang dikendarai Tori melaju cukup kencang, untungnya dia segera menginjak rem sebelum menabrak pohon besar yang ada di tepi jalan."Kamu ceroboh banget!" Wallace juga terkejut, dia tidak menyangka Tori akan menabrak mobil Thomas.Tori terlihat acuh tak acuh, tatapannya pun tampak sinis. Tanpa banyak bicara, Tori dan Wallace membuka pintu mobil dan mengejar Thomas yang berlari belum jauh.Orang yang berhak mencabut nyawa Thomas adalah Daniel. Daniel tidak meninggalkan Lance dan Joris, lalu ikut mengejar Thomas."Hati-hati, dia bawa pistol!" Wallace mengingatkan Tori.Sekarang, Wallace dan Tori tidak mempunyai senjata, mereka mengejar Thomas dengan tangan kosong.Tori berlari sambil menganggukkan kepala.D
Awalnya Tori ingin membujuk Keluarga Xin, tetapi akhirnya dia mengurungkan niat tersebut.Beberapa penduduk di sekitar mengintip dan berdiskusi secara diam-diam."Itu Jenderal Xin dan Thomas, ya?""Kayaknya ....""Bajingan itu menyandera anak kecil!""Apakah harus kita bantu?"...."Daniel, gunakan nyawamu untuk menyelamatkan anak ini," kata Thomas sambil menyeringai.Nyawa anak ini tidak sepenting nyawa Daniel, Thomas hanya menggunakan anak ini untuk menghabisi Daniel. Dengan begitu, Thomas baru bisa meloloskan diri.Daniel menjawab tanpa ragu, "Baik!""Ayah!" teriak Wallace."Kalian tahu apa yang harus dilakukan." Daniel sudah membulatkan tekadnya.Kemudian, Daniel berjalan mendekati Thomas ...."Jenderal Xin!" Tori berteriak sambil mengadang jalan Daniel.Tori sengaja membelakangi dan memblokir pandangan Thomas. Selagi Thomas tidak bisa melihatnya, Tori secepat mungkin membisikkan sesuatu kepada Daniel.Daniel agak mengernyit, tetapi dia berusaha agar terlihat tenang dan tidak mencu
Wallace juga sangat kesal, dingin membantu Lance, tetapi Tori menahannya."Lihat kondisinya! Dia bukan lawan Jenderal Xin," kata Tori.Kemudian, Daniel maju dan langsung memukul Thomas dengan sekuat mungkin."Ini yang kamu mau? Baik, aku akan mengabulkannya."Thomas pun tumbang setelah terkena pukulan Daniel. Melihat Thomas yang tak berdaya, Wallace baru merasa lega.Ketika melangkah mundur, Wallace baru menyadari Tori yang memegang pergelangan tangannya. Wallace melirik kecil ke arah Tori, tatapannya terlihat canggung."Uhuk." Wallace berdeham sambil melepaskan genggaman Tori.Thomas berpikir bahwa dalam kondisi terluka parah, tenaga Daniel pasti sudah banyak terkuras. Ditambah pengejaran dan pertempuran sengit, Daniel tidak akan mampu bertahan.Awalnya, Thomas ingin menyerang Daniel selagi lengah, tetapi tidak disangka, Daniel mampu bertahan sejauh ini. Pukulan demi pukulan Daniel terasa mematikan ....Daniel mengubah semua kemarahan dan kebenciannya menjadi kekuatan, dia melampiaska
Emilo dan Lieno berjaga di depan pos pemeriksaan yang harus dilalui sebelum masuk ke kapal."Lieno, aku tidak mengerti isi otakmu. Operasi kita sudah gagal, kita harus pulang bersama Ayah." Emilo terlihat kesal. Sekarang sedang tidak ada Willis sehingga Emilo berani mengeluh secara terang-terangan."Kamu takut mati?" tanya Lieno sambil menatapnya sinis.Pertanyaan Lieno membuat Emilo kesal. Tatapan Emilo menyiratkan kebencian, dia menggertakkan gigi dan menjawab, "Kamu tidak tahu mati, 'kan? Kalau gitu, nanti kamu saja yang menghadapi mereka."Ketika Emilo dan Lieno sedang bertengkar, mobil Robert tina dan berhenti tidak jauh dari mereka. Sesaat menyadari musuh yang datang, Emilo dan Lieno berhenti berkelahi, lalu mengangkat senjata mereka."Tuan Robert, ada yang mengadang di depan. Apakah mau menerobosnya saja?" tanya salah seorang pengawal.Menyadari kapal yang sudah mau berlayar, Robert pun menggelengkan kepala. "Waktunya mepet, jangan sampai kapal Willis pergi. Menyelamatkan Charle
Yang Willis maksud adalah Barbie."Anda tidak memerintahkannya untuk dikurung. Jadi, kami juga tidak terlalu memperhatikannya. Hmm, mungkin dia ada di kamarnya sendiri?" jawab pengawal."Ayahnya juga tidak berguna. Sudahlah, dia tidak ada gunanya lagi. Kalau kalian melihatnya, buang saja ke luar." Willis terlihat tidak puas.Karena Thomas gagal, Willis melampiaskan amarahnya kepada Barbie.Seiring langkah kaki yang menjauh, Barbie yang bersembunyi di bawah tempat tidur pun membuka matanya secara perlahan. Barbie ketakutan, sekujur tubuhnya gemetaran."Aku harus kabur!" Hanya kalimat itu yang berdengung di kepalanya.Barbie menarik napas dalam-dalam, lalu merangkak keluar dari bawah kasur. Di saat berdiri, tiba-tiba sebuah sosok masuk dan mereka pun saling bertatapan.Seketika, tubuh Barbie mematung di tempat. Saking takutnya, dia sampai tak berani bernapas sambil menatap sosok yang ada di depannya ....Tatapan Barbie terlihat kaget, dia sulit memercayai yang dilihatnya.Pria di depanny
Willis tersenyum sinis, sedangkan Emilo menggangguk setuju.Lieno tidak langsung kembali ke kamar, melainkan memperhatikan Emilo dari kejauhan. Ekspresi Lieno terlihat sangat muram, dia menggertakkan gigi sambil bergumam, "Emilo, bajingan! Kamu pasti sengaja! Tunggu saja pembalasanku."Sesampainya di depan kamar, Emilo menendang pintunya dan masuk. Ketika mengangkat kepala, dia terkejut melihat ada orang di dalam kamarnya. "Kalian, eh!"Sebelum sempat berteriak, seluruh pandangan Emilo langsung menjadi gelap.Willis sudah lama berdiri di dek, tetapi kapal tak kunjung berlayar."Kenapa belum jalan juga? Ahh, lama banget! Apa kerjanya?" Willis memarahi Claudius, nakhoda yang bertugas memimpin pelayaran.Beberapa bawahan yang melayani Willis langsung tersentak dan bergegas menghubungi Cladius.Begitu terhubung, Willis langsung merebut alat komunikator dan berteriak, "Clau, kamu lagi main perempuan? Kenapa kapalnya belum jalan juga?""A ... da masalah dengan sistemnya. Sebentar ... aku lag
Kalimat terakhir Barbie membuat mereka tercengang. Mati di tangan Emilo?Pertengkaran Emilo dan Lieno adalah hal yang biasa, tetapi kalau sampai mati, Willis tidak mungkin tinggal diam.Para pengawal bingung, apakah dia harus membuang Barbie ke laut atau mengurus perkelahian Emilo dan Lieno dulu?Setelah diputuskan, salah seorang pengawal berkata, "Aku akan membawa wanita ini menemui Tuan Willis, kalian berdua cek ke kamarnya Lieno. Kalau berkelahi, masa tidak terdengar suaranya?""Kalau kamu bohong, Tuan Willis tidak hanya akan membuangmu ke laut, tapi juga merobek kulitmu yang mulus!" kata salah seorang pengawal sambil menarik lengan Barbie.Ancaman pengawal membuat Barbie teringat kepada Sunny. Meskipun bergetar ketakutan, Barbie mengangguk dan tetap mengikuti pengawal yang membawanya.Sebelum tiba di ruang kontrol, Willis mendengar langkah kaki yang berlari di belakangnya. Ketika menoleh, Willis melihat pengawal yang datang sambil membawa Barbie.Willis mengerutkan alis, masalah ap