"Bagaimana kamu ...." Wallace cukup terkejut begitu mendengar ucapan Tori. Apalagi, dia sampai tertegun saat melihat raut wajah Tori yang sangat serius.Seketika, banyak pertanyaan yang muncul di dalam benak Wallace.Siapa sebenarnya Tori? Dia tidak hanya mengetahui identitas Wallace, tapi juga mengetahui niatnya untuk datang mencari Jose ....Begitu menatap mata Wallace, Tori langsung mengetahui apa yang sedang dipikirkannya.Namun, Tori tidak berniat untuk mengungkap identitasnya sekarang. "Kamu akan mengetahui identitasku setelah kita kembali ke ibu kota. Sekarang, kita harus segera meninggalkan tempat ini. Kalau Willis berhasil mengejar kita, kita tidak akan bisa meloloskan diri."Wallace terdiam sejenak. Dia menggertakkan gigi dan memperingati Tori, "Aku mengizinkanmu untuk memanggil namaku, tapi jangan bersikap semena-mena."Setelah berbicara, Wallace kembali ke kokpit dengan wajah dingin."Dasar pemarah!" Tori tersenyum dan mengikuti Wallace kembali ke kokpit.Daripada menemani
"Kamu ...." Christina ingin bertanya, tapi dia langsung mengurungkan niat tersebut begitu melihat pelayan yang mengamati gelang dengan serius.Beberapa menit telah berlalu. Suasana terasa hening, Christina tidak berani bertanya karena takut akan mengganggu konsentrasi pelayan.Setelah beberapa saat, pelayan menatap Christina dan berkata dengan ragu, "Hmm ... sepertinya gelang ini bukan bom.""Bukan bom?" Christina tertegun sejenak. "Kamu yakin? Ah, aku merasa lega."Christina baru hendak merasa senang, tetapi pelayan malah membunuh harapannya. "Aku tidak yakin, hanya menebak saja."Seketika, wajah Christina langsung berubah menjadi masam. Raut wajahnya terlihat sangat cemas."Tapi aku bisa mencoba untuk melepaskannya," lanjut pelayan."Sungguh? Emm, apakah akan berbahaya?" tanya Christina.Pelayan tidak berani menjawab pertanyaan ini, dia hanya berkata, "Ada dua cara. Yang pertama adalah merusak tombol gelang ini, lalu melepaskannya dari tanganmu. Kalau gelang ini memang bom dan memili
Tori berusaha untuk melepaskan diri, tapi ikatan tali pinggang Wallace sangat kuat sehingga dia tidak bisa melepaskannya dengan mudah.Tori mengamuk dan memelototi Wallace. "Wallace, lepaskan aku!"Namun, Wallace bahkan tidak memalingkan wajah. Dia bersikap seolah tidak mendengar panggilan Tori. Wallace fokus memegang kendali kapal dan menatap lurus ke depan.Sepuluh menit kemudian, sebuah perahu kecil berlayar mendekati kapal mereka."Wallace!" Kedua teman Wallace melambaikan tangan.Wallace mengangguk dan menghentikan kapal pesiar.Awalnya Tori heran melihat kedua orang yang melambaikan tangan, tapi akhirnya dia pun segera mengerti. Ternyata Wallace datang untuk menjemput teman-temannya.Kenapa tidak mengatakannya sejak awal?Tori tersenyum dingin dan berkata, "Temanmu sudah datang. Apakah kamu bisa melepaskanku sekarang? Tanganku kesakitan."Wallace melirik Tori sambil menjawab dengan dingin, "Rasakan!"Tori merasa ada yang janggal, dia terdiam dan merenung sebentar. Apakah Wallace
Seiring desiran ombak, Wallace melihat sehelai pakaian yang mengambang dan terbawa arus.Sembari memandang punggung Wallace, pelayan hendak memanggilnya, "Wal ...."Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, pelayan malah melihat Wallace juga melompat ke dalam laut.Pelayan tersentak! Ketika hendak memeriksa kondisi Wallace, dia melihat sebuah kapal besar yang tertancap bendera hitam, sedang berlayar mendekat. Itu adalah armada Willis!Pelayan melangkah mundur, dia sangat ketakutan.Tori dan kedua teman Wallace tercengang saat mendengar suara Wallace yang melompat ke dalam laut.Di saat bersamaan, pelayan berlari menghampiri dan berkata, "Gawat! Armada Willis sudah mendekat. Dalam waktu tiga menit, mereka akan tiba di sini."Tori menatap tali pengikat yang dipotong oleh pelayan ini. Dia merasa curiga, tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membahas hal ini.Meskipun pelayan memperingati mereka, Tori tidak melihat armada Willis.Namun, salah seorang teman Wallace yang berdiri di ujun
Pelayan yang berada di atas perahu masih terus mengamati kapal dari kejauhan.Kenapa kapal masih tak kunjung menyusul? Pelayan terlihat semakin cemas.Akhirnya, pelayan tidak tahan dan berkata, "Apakah pantas kita meninggalkan mereka seperti ini? Apakah kalian tidak ingin kembali dan membantu mereka?"Salah satu teman Wallace menjawab, "Aku memercayai Wallace.""Willis adalah penguasa perairan ini. Mereka arogan dan berjumlah sangat banyak." Suara pelayan terdengar serius dan khawatir."Memangnya, bantuan apa yang bisa kita berikan? Satu-satunya yang bisa kita lakukan hanya ...." Orang yang bertugas mengemudikan perahu menimpali, "Mematuhi perintah Ketua Li dan membawamu kembali."Pelayan terdiam, seolah setuju dengan pernyataan tersebut.Namun, sikap pelayan berhasil menarik perhatian kedua teman Wallace. "Bukankah kamu bekerja untuk Willis? Kenapa kamu begitu mengkhawatirkan Wallace?"Pelayan tersenyum pahit. "Aku dipaksa untuk bekerja kepada Willis. Sebenarnya aku juga ingin melarik
Setelah mereka bertiga sepakat, perahu langsung berlayar ke arah yang ditunjuk oleh Christina.Di sisi lain ....Kapal-kapal besar yang mengibarkan bendera hitam mulai mengepung dari berbagai sisi.Tori tidak dapat melarikan diri lagi. Akhirnya, dia mematikan mesin dan menghentikan kapal.Saat pengawal Willis mulai mendekati kapal, Tori menarik napas dalam-dalam dan melompat ke dalam laut."Nyonya tidak berada di dalam kapal, mereka pasti sudah kabur! Bunuh mereka! Bunuh mereka!" Terdengar raungan yang disusul dengan suara gemeresik.Ternyata pengawal Willis menembakkan peluru ke dalam air. Mereka ingin membunuh Tori.Tiba-tiba, sebuah peluru menembus tubuh Tori. Dia merasa sangat kesakitan.Seketika, air laut berubah menjadi warna merah dan menghalangi pandangan Tori. Tubuh Tori bergetar, gerakan yang awalnya cepat pun melambat. Seluruh tubuhnya terasa tak bertenaga.Perlahan-lahan, air laut menyeret dan menenggelamkan tubuhnya.Di saat bersamaan, sebuah kapal besar berlayar mendekati
Christina tertegun. Jangan-jangan ... orang yang menunggunya adalah ....Hannes menatap Christina dengan tatapan curiga, tapi dia tidak berusaha untuk menyembunyikan apa pun. Sebaliknya, Hannes malah menceritakan semuanya kepada Christina.Setelah mengetahui semuanya, akhirnya Christina bersedia naik ke kapal Hannes dan pergi bersamanya.Di sisi lain.Pengawal Willis telah mencari sedalam beberapa ratus meter, tapi mereka tak kunjung menemukan jasad Tori. Mereka kembali mencari sekali lagi dan masih tidak menemukan apa-apa. Akhirnya, mereka pun pergi dan terpaksa menyerah.Sesaat armada Willis pergi, sebuah kapal militer berlogo Angkatan Laut Negara Sanggola berlayar mendekat. Kedua teman Wallace berdiri di atas sambil menatap laut yang luas. Ekspresi mereka terlihat sangat cemas. "Di mana mereka? Apakah Wallace tertangkap oleh pengawal Willis?""Kita datang terlambat ...." Mereka berdua saling bertatapan dan merasa bersalah.Seharusnya mereka bergerak lebih cepat dan tidak membuang-bu
Tori tidak menghiraukan ucapan Wallace dan hanya tersenyum dingin. Saat menoleh ke samping, dia melihat "Christina" yang sedang berbaring. Sepertinya Christina pingsan.Seketika, Tori kembali memandang Wallace, lalu berkata dengan serius, "Tolong aku ...."Tanpa menunggu jawaban Wallace, Tori menatap Christina dan berkata, "Tolong bawa dia kembali ke ibu kota. Ingat, dia harus tiba sebelum tanggal 28. Sebagai gantinya, aku tidak mau merepotkan kalian. Tinggalkan saja aku di sini."Wallace memelototinya sambil berkata dengan tegas, "Aku akan membawa kalian!"Tori menatap Wallace selama beberapa saat, lalu tertawa. Namun, tertawa malah membuat luka tembakan di perut Tori semakin berdarah. Begitu melihat darah yang mengalir semakin deras, Wallace pun menahan erat perut Tori.Tori terlihat acuh tak acuh dan berkata, "Wallace, kenapa kamu mengkhawatirkanku? Apakah kamu menyukaiku?"Tatapan Wallace terlihat sangat serius. Tiba-tiba, dia mengamati Tori dan bertanya, "Apakah banyak orang yang
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny