Lea mengangguk dan bercerita tentang semalam. Keysa terbangun dan ia bersama Angga berusaha membuatnya tenang. Saat Lea mencoba menenangkan Keysa, keponakannya itu berusaha untuk menyusu.
Lea sama sekali tidak malu bercerita pada Juna. Ia yakin Juna bisa menilai dengan baik dari segi profesinya sebagai dokter. Apalagi yang sedang mereka bahas saat ini adalah keponakan Juna juga.
“Apa Angga sudah tahu?” tanya Juna ragu. Rasanya tidak akan semudah ini Angga setuju.
Lea berdecak kesal lalu berkata, “Sepupunya Mas Juna lagi tantrum. Semalam aku bilang mau ke rumah sakit, dia langsung mikirnya aku mau masang KB. Dia ngira aku nggak mau hamil.”
Juna tertawa sambil geleng-geleng kepala. “Sebentar,” ucap Juna merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang.
Dari yang Lea pahami, Juna sedang menghubungi dokter spesialis terkait niat konsultasinya. Kalau sudah petinggi rumah sakit yang bertindak, tidak perlu ke bagian pelayana
Lea merasa jika ini adalah ide tergila yang pernah ia ambil dalam sejarah kehidupannya. Ia sudah memahami resiko dari keputusan yang dipilihnya. Tak ada kata mundur, karena ia yakin jika keputusan ini bukanlah hal yang salah.Lea hanya butuh waktu untuk beradaptasi. Bukankah semua hal memang butuh proses? Ini bukan soal hutang Budi semata, tapi juga rasa kemanusiaan. Apalagi, Keysa bukan lagi orang asing baginya.Memikirkan surat pengunduran dirinya, Lea pasrah. Jika tidak lagi bekerja di Tanufood, Lea tidak keberatan. Ia bisa fokus untuk membesarkan Keysa.Bukankah tidak semua hal di dunia fana ini, berjalan seperti yang kita harapkan? Manusia bisa berencana, tapi takdir Tuhan tetaplah jadi penentu.Kalau saja ia lupa dengan nasihat orang tuanya. Mungkin sekarang Lea akan sibuk menangis dan meratapi diri. Menyalahkan takdir yang tidak berpihak pada keinginannya. Namun, Lea juga sadar kalau pasti ada hikmah dari semua ini.Lea tahu benar bagaimana rasanya tumbuh tanpa kasih sayang seo
Angga tahu dirinya tidak semiskin itu. Angga bisa menyiapkan kendaraan mewah untuk istrinya. Bila perlu, lengkap dengan supir dan bodyguard ke mana pun Lea mau."Ya mau gimana lagi? Siapa suruh kalian berdua saling mendiamkan? Terutama lo, Ga. Bisa-bisanya lo bikin Lea stres karena mikir lo mau ceraiin dia," pungkas Juna menghiperbolakan masalah."Cerai?!" Angga dan Lea kompak membelalak lalu saling menoleh satu sama lain."Aku nggak mikir kayak gitu kok, Mas?" bantah Lea menggeleng pada suaminya."Oh, tidak? Saya kira seperti itu, Lea. Soalnya dia tega biarin kamu datang buat konsultasi sendirian. Padahal, program ini kan, butuh persetujuan suami? Harusnya Angga mendampingi kamu dan turut mendengarkan apa yang dikatakan dokter spesialis tadi," pungkas Juna mengambil kesempatan mencibir sepupunya.Pandangan Angga yang semula tajam menusuk pada Juna, beralih pada dokumen yang ditunjuk sepupunya. Angga mengambil dokumen yang dipegang Lea, membuka dan membaca informasi apa yang tertera d
"Mas Angga ngapain di rumah sakit?" tanyanya sok akrab."Saya rasa tidak perlu membagikan hal yang bersifat pribadi pada orang asing," balas Angga dingin.Lea meringis dan merasa bersyukur bukan dirinya yang diberi jawaban seperti itu. suaminya seperti punya dua kepribadian.“Satu hal lagi, pak saya Pak Angga. Anda tidak punya hak memanggil saya dengan panggil akrab,” ucap Angga yang sama sekali tidak peduli jika wanitu akan tersinggung."Mas Angga kok sensi banget? Tadi aku lagi konsultasi perawat kulit sama spesialis di sini. Kebetulan lihat Mas Angga ada di sini. Awalnya aku pikir salah orang," jelas Melani sambil menyugar rambut pirang blonde miliknya.Angga tidak membalas dan malah mengunci rapat bibirnya. Wanita di depannya ini bukan hanya bedak dan lipstiknya saja yang tebal. Dia memang tebal muka."Oh, kamu ... Lea, 'kan? Sahabatnya Melati?" tanyanya sok akrab.Gerakannya seakan dibuat-buat seolah bersikap
“Apa?” tanya Melati dengan tenang.Melati menahan senyum melihat kakak tirinya kesal. Ternyata, ini lebih menyenangkan ketimbang menang lotre. Mungkin karena selama ini, Melani selalu punya cara menyudutkannya.Dengan kedua tangannya yang terkepal, Melani kembali berkata, “Lo itu udah diusir dari rumah sama bunda. Kenapa lo masih belum nyadar diri juga? Apa lo pikir, dengan pacaran dengan Dokter Juna, ayah bakalan maafin lo? Nggak, Melati!”“Emang gue pikirin? Gue udah seneng sih, bunda lo ngusir gue dari rumah. Anak kesayangannya jadi perlu nindas gue terus. Gue juga nggak perlu jadi babu lo lagi,” balas Melati.Baginya, keluar dari rumah adalah sebuah kemerdekaan. Ia bisa hidup bebas tanpa tekanan. Kesendirian menempanya untuk hidup lebih kuat dan tegar.Melani berkacak pinggang dan kembali mencibir, “Lo mau bilang apapun, nggak bakalan ngubah fakta kalau di mata ayah, lo itu udah cacat!”“Lo yang bikin bukti palsu itu sampai nama gue cacat. Lo yang ambil pinjaman pakai nama gue. Lo
Ivanka tertegun setelah membaca file yang diberikan suaminya. Pagi tadi ia sudah kembali mendarat di negara tempat Arta menjalani pengobatan. Saat tiba, ia langsung mendesak suaminya menjelaskan maksud pernyataan suaminya saat konferensi pers.Selama ini, suaminya tidak pernah memberitahukan siapa gadis yang dekat dengan Angga. Tapi tiba-tiba saja, suaminya memberikan pernyataan di depan publik. Pernyataan itu tegas dan begitu meyakinkan.Karena pernyataan Gani itu, Ivanka sampai diserang banyak pertanyaan oleh koleganya. Termasuk mereka yang selama ini kerap kali ingin menjodohkan putri mereka dengan Angga. Mungkin mereka merasa telah dipermainkan.“Bukan dekat dengan seorang gadis, tapi anak itu bahkan sudah menikah? Dengan gadis tidak jelas ini?!” tanya Ivanka dengan raut wajah syok.Gani menatap istrinya kemudian mengangguk. Ivanka tak habis pikir. Apa yang dipikirkan kedua putranya?Mengapa Arta maupun Angga malah menikahi gadis yatim piatu? Mengapa harus putri dari keluarga yang
Lembar demi lembar Angga baca. Tak ada sedikitpun ia lewatkan dari informasi yang tertuang dalam dokumen pengajuan program induksi laktasi yang ingin dilakukan Lea. Terutama di bagian resiko yang kemungkinan akan dialami Lea.Setelah membuat pertimbangan, Angga akhirnya memutuskan untuk mendukung keinginan Lea. Ditambah Juna dan Seno juga mendukung. Ia pun mengirimkan pesan pada ayahnya untuk menyampaikan keputusannya ini.Tak berselang lama, Gani membalas pesannya. Diluar dugaan Angga, ayahnya langsung setuju. Gani bahkan senang mendengar kabar itu.Gani turut mengungkapkan jika ia terharu dengan keputusan besar yang dipilih Lea. Tidak mudah bagi seorang wanita melakukan prosedur itu.Diakhir pesannya, Gani meminta Angga untuk jujur pada Ivanka tentang Lea secara langsung. Ayahnya sudah memberi tahu bundanya kalau Angga sudah menikah dengan Lea. Angga heran karena bundanya tidak protes.“Apa yang dilakukan ayah sampai istrinya tidak marah mengetahui aku sudah menikah? Bukankah selama
"Selamat sore, Pak Putra! Pak Angga ada di dalam?” tanya Lea.“Selamat sore juga, Nyonya. Pak Angga ada di dalam. Beliau sedang ada tamu dari beberapa vendor,” jelas Putra sambil mengulurkan sebuah amplop.Mata Lea langsung berbinar. Surat pengunduran dirinya ternyata berhasil diamankan oleh Putra. Itu juga berarti jika proses pengunduran dirinya belum disetujui atau memang tidak disetujui.“Dasar tukang bohong!” batin Lea sambil tersenyum malu mengambil kembali surat pengunduran dirinya.“Apa ini sudah diproses?” tanya Lea.Putra menggeleng sembari turut mengulum senyum. Saking senangnya, Lea sampai mencium surat pengunduran dirinya. Lucu juga istri atasannya ini.Tak lama kemudian, tiga orang tamu itu keluar. Raut wajah senang mereka menyiratkan jika kesepakatn bisnis dengan Angga berjalan dengan baik. Pundi-pundi keuntungan akan segera mengalir ke dalam rekening.“Silakan masuk, Nyony
Jalan bertiga menikmati waktu bersama. Angga membawa Lea dan Keysa ke pusat perbelanjaan. Mereka membeli beberapa pakaian dengan tema keluarga kecil.“Ya ampun, ini lucu banget,” ungkap Lea saat melihat satu paket piyama kuning bermotif bebek.“Jangan bilang kamu mau yang itu,” kata Angga dengan raut wajah syok.Pria itu tidak bisa membayangkan dirinya mengenakan piyama kuning itu. Kalau Lea dan Keysa, pasti akan terlihat wajar dan menarik. Tapi tidak dengan dirinya.“Sesekali punya baju yang warnanya cerah nggak apa-apa kali, Mas. Isi lemari kamu kan, kalau nggak warna putih, sisanya warna gelap semua. Hitam, navy, army sama abu-abu. Biru muda aja nggak ada,” komentar Lea.“Kalau biru muda aku masih bisa pakai. Tapi kalau kuning pisang begini?” Angga menggeleng tak setuju.“Ya udah, kalau kamu nggak mau pakai, aku akan minta Mas Juna atau Mas Seno aja yang pakai. Biar nanti kami foto bertiga,” timpal Lea yang sontak membuat Angga melotot.“Ganti yang lain aja, Sayang. Setidaknya, buk
Sore hari, keluarga berkumpul bersama di ruang rawat inap Lea. Keysa tak mau lepas dari mamanya. Hanya saat dokter ingin memeriksa kondisi Lea saja, Keysa mau digendong oleh Angga. Mungkin karena takut melihat dokter paruh baya itu mendekati mamanya.Juna yang melihat Keysa mulai ketakutan, turut mengeluarkan stetoskopnya. Dengan usilnya, dokter yang satu itu memeriksa denyut jantung Angga sambil melaporkan hasilnya pada bayi cantik itu. Kemudian, turut memeriksa Keysa seperti Lea dan Angga."Keysa mau jadi dokter juga?" tanya sang kakek saat melihat cucunya memainkan tali stetoskop milik Juna.Keysa menoleh lalu menatap semua orang satu persatu. "Mau jadi dokter juga kayak Om Ganteng ini?" tanya Juna melucu sambil mengarahkan alat stetoskopnya ke perut Keysa lalu beralih ke kakinya."Keysa mau jadi dokter?" tanya Angga. Entah paham atau tidak, tapi kali ini Keysa mengangguk."Dia cuma nurut sama papanya," komentar Gani. Ia akui jika cucunya belum
Sepasang mata yang terasa berat itu perlahan mengerjap. Mencoba sebisa mungkin untuk melihat sekelilingnya. Samar ia melihat seseorang yang berada di sisinya.Siapa dia?Lea memejamkan matanya sejenak. Menunggu sesaat hingga indra pendengarannya bisa bekerja dengan baik. Terdengar suara tangisan lirih seorang pria yang menyebut namanya.Sesaat Lea bergeming dengan sudut mata yang basah. Menitikkan bulir bening kala mendengar pengakuan Angga. Pria itu takut ditinggalkan.Seterpuruk inikah suaminya? Apa kondisinya sulit untuk disembuhkan? Apakah dirinya tidak akan sembuh?Lea pernah merasakan kejamnya dunia. Ia menjadi yatim piatu, hidup terlantar dan dihianati orang-orang yang ia percayai. Pernah sekali ia berpikir untuk menabrakkan dirinya di jalanan. Akan tetapi, ia teringat Melati.Kalau bukan karena melihat Melati yang bernasib mirip seperti dirinya, mungkin sudah lama Lea menyerah dalam hidupnya. Lea ingat jika ia masih memiliki Melati yang peduli padanya.Saat ini, Lea bahkan sud
Senyum yang pudar dan kantung mata yang menebal. Sorot mata kosong dan keheningan yang tak kunjung pergi. Diamnya Angga membuat pria itu seperti mayat hidup. Suaranya hanya terdengar saat menenangkan Keysa.“Ga, lo cukuran dulu gih! Udah tiga hari loh ini. Keysa nanti malah takut lihat papanya sendiri. Jangan salahin gue kalau nanti dia lebih milih ikut gue ketimbang sama lo,” ungkap Juna.Angga hanya mengangguk seolah tak benar-benar menyimak ucapan sepupunya. Setelah membaringkan Keysa, Angga hendak ke ICU. Namun, kedatangan Melati menunda niatnya.Gadis bar-bar sahabat istrinya itu memaksanya makan siang lebih dulu. Melati mengancam akan melaporkan kelakuan Angga yang mulai tidak waras itu saat Lea sadar nanti.“Ya terserah Anda saja. Sekali saya bilang bakalan buka mulut sama Lea, tak ada yang bisa mencegah. Biar saja, Lea tahu. Anda pikir, saya mengatakan ini karena Lea akan memarahi Anda nantinya? Tidak, Tuan Anggara Yang Ter
Gani menoleh lalu menjitak kepala Seno. Ya ampun, Seno baru tahu kalau kebiasaan Angga itu adalah warisan sifat dari Presdir Tanufood ini. “Ampun, Om.”“Jangan berpikir yang tidak-tidak!”“Iya, maaf, Om. Terus, yang tadi om bilang itu maksudnya apa? Kehilangan lagi? Kehilangan apa, Mo?” desak Seno.Gani menghela napas panjang. “Lea keguguran. Angga sama sekali tidak tahu kalau Lea hamil. Dokter menduga Lea sendiri belum menyadari kalau ada janin yang tumbuh dalam rahimnya.”“Dia mungkin berpikir kalau perubahan kecil di tubuhnya karena efek program induksi laktasi yang Lea laku- humpp.” Seno membelalak menutup mulutnya sendiri.“Om sudah tahu kalau Lea melakukan prosedur itu. Om juga tahu kalau demi Keysa dia melakukannya. Padahal, ada resiko untuk tubuhnya sendiri dari keputusannya itu,” ucap Gani mengusap sudut matanya.Hari ini, kebahagiaan yang dirasakannya han
“Jadi Lea hamil? Hamil anak kami?” batin Angga yang matanya berkaca-kaca. Baru saja ia kehilangan calon anaknya.“Innalillahi ...,” lirih Angga yang merasakan dinding lorong itu perlahan menyempit. Menghimpit tubuhnya yang kini terasa remuk.Tatapan mereka kini beralih pada Angga. Pria itu tampak lebih syok sampai nyaris tidak bisa berdiri dengan tegak. “Kamu kenapa tidak bilang kalau Lea hamil?” tanya Ivanka.Angga menggeleng pelan sembari berkata, “Aku tidak tahu.”Sang dokter mengangguk lalu berkata, “Kemungkinan besar, Ibu Lea juga belum menyadari kehamilannya. Usia kandungannya memang masih muda, baru memasuki minggu keempat atau usia satu bulan. Umumnya wanita hamil belum merasakan gejalanya. Pendarahan yang dialaminya tadi, membuat janinnya kekurangan oksigen. Ditambah dengan efek racun yang menyebar di area lukanya.”Sejam kemudian, Lea sudah dipindahkan ke ICU. Di sampingnya, Angga duduk meggenggam tangan istrinya.Hal yang tengah dirasakan pria itu sekarang adalah terguncang
Tangis Keysa tak juga berhenti. Bayi itu melihat Lea dibawa pergi oleh Angga meninggalkan dirinya. Panggilan mama yang mereka dengar dari Keysa bagaikan goresan sembilu. Bayi cantik itu seakan tahu bahwa mama angkatnya tidak sedang baik-baik saja.Sejak tadi Angga mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Kembali mendengar tangisan Keysa yang terbangun membuatnya lekas menghampiri Ivanka. Mereka baru saja tiba setelah proses pemeriksaaan awal.“Sini, sama papa, Sayang,” kata Angga mengambil alih Keysa.Belum ada satupun dari keluarga Angga yang beranjak. Seno, Putra dan asisten Gani yang saat inI bergerak untuk masalah penyerangan teradap Lea.Masih terngiang jelas teriakan Angga. Begitu menghampiri Lea yang tergeletak tak berdaya, Angga berteriak kencang. Ia tidak membolehkan siapapun keluar dari ballroom dan gedung kantor Tanufood sebelum diperiksa oleh staf keamanan dan pihak kepolisian.“Pappapa ...,” lirih Keysa.
Banyak yang mempertanyakan asal-usul dan latar belakang Lea. Mereka penasaran, Lea sebenarnya berasal dari keluarga mana? Namun, masalah itu seakan ditepis dengan prestasi risetnya.Sikapnya yang sopan dan berkelas. Kelembutannya pada cucu sang presdir. Ditambah lagi tatapan penuh cinta dan kekaguman dari Angga. Mereka mewajarkan jika seorang Gani Hartanuwiguna dan Ivanka menerima gadis itu sebagai menantunya.Setelah Lea naik ke panggung dan menerima trofi penghargaannya. Ia mengundang suaminya untuk menemani di panggung. Dengan polosnya Lea mengungkapkan jika kakinya lemas karena banyak pasang mata yang tertuju padanya.Setelah Lea, kini satu persatu karyawan berprestasi lainnya naik ke panggung. Mereka mendapatkan reward sesuai prestasi dan kinerja mereka. Termasuk Seno yang mewakili kerja sama antara Adecoagro dan Tanufood.“Congratulations!” ucap seseorang yang menghampiri Seno dengan membawa sebuah buket.Kehadiran model cantik itu nyatanya turut mencuri panggung. Apalagi meliha
Melihat penampilan Lea malam ini membuat Angga terpukau. Istri lugunya tidak tampak seperti gadis belia. Gaun dan riasannya menegaskan jika Lea adalah wanita dewasa.“Aku kelihatan aneh ya, Mas?” tanya Lea sambil memutar tubuhnya di depan Angga.“Apa Melati yang merekomendasikan penampilanmu malam ini?” tanya Angga.Lea mengangguk mantap sambil tersipu kala melihat senyum suaminya. “Sahabatmu layak dapat bonus.”“Bonus? Bonus apa?” tanya Lea penasaran.“Beasiswa pendidikan spesialis sepertinya bonus yang tidak akan dia tolak,” jawab Angga.Mata Lea kembali berbinar. Ia tahu bagaimana jatuh bangunnya Melati menanbung untuk bisa kuliah spesialis. “Beneran, Mas? Melati kalau denger langsung pasti bakalan joget-joget kayak member blackpink.”Angga mengangguk dan mengajak Lea keluar. Di ruang tamu sudah ada Seno dengan penampilannya yang paripurna. Tuxedo mewah menambah kadar ketampanannya. Begitu juga dengan Keysa yang tampak cantik di gendongannya.“Ayo, Papa, Mama, kita berangkat!” ucap
Sejak Melati menegaskan padanya untuk berhenti menyukainya, Juna pun mulai menjaga jarak. Bukan untuk menyerah, melainkan mencoba memberi Melati ruang. Tepatnya ruang rindu yang diharapkan Juna.Melati menikmati hidupnya seperti biasa. Namun, harus ia akui jika setiap kali tiba di rumah sakit, ada sesuatu yang hilang. Namun, ia justru mengira sesuau yang hilang itu adalah karena rasa kesepian setelah Lea memutuskan tinggal bersama suaminya.Mendapatkan undangan langsung dari CEO Tanufood untuk menghadiri acara penting perusahaan itu, tak Melati lewatkan. Pasalnya, Angga membocorkan sebuah rahasia penting tentang prestasi Lea. Karena itulah, sore ini Melati menyempatkan diri mampir ke pusat perbelanjaan untuk membelikan Lea hadiah.Saat mendapat pesan dari ayahnya, Melati setuju untuk duduk bersama. Ayahnya juga diundang dalam acara itu. Kali ini ia tidak ingin melewatkan kesempatan sejak ayahnya meminta maaf.Ayahnya memang sudah berjanji akan memberikannya keadilan. Keadilan yang bah