Setelah pasangan itu saling menggoda satu sama lain, Stefan sangat perhatian kepada Olivia selama makan. Sikap pria itu membuat Olivia merasa tersanjung.Pada saat yang sama, dia pun berpikir dalam hati, suami yang baik memang benar-benar harus dilatih sendiri. Semoga saja suami yang telah dia latih sendiri tidak akan direnggut oleh orang lain.Selesai makan, mereka berdua pergi ke rumah Odelina bersama. Russel sudah bangun, tapi dia masih belum mau main sendiri. Dia terus menempel pada ibunya.Selain ibunya, hanya Olivia yang bisa menggendong Russel sekarang. Dia bahkan tidak mau digendong Bi Lesti.“Besok Kakak pergi kerja, nggak?” tanya Olivia yang sedang menggendong Russel.Odelina menatap Russel, dalam hatinya ada pergulatan batin sejenak. Kemudian, dia berkata, “Oliv, aku ingin mengundurkan diri dan bikin usaha sendiri.”Odelina sangat khawatir dengan kondisi Russel saat ini. Namun, kalau dia meminta cuti, karyawan baru seperti dia akan sangat mudah kehilangan pekerjaan.Setelah
“Oliv, Stefan, kalian yang harus pergi kerja, pergi kerja saja. Yang harus buka toko pergi buka toko saja. Kalian nggak perlu datang ke sini. Aku bisa jaga Russel sendiri.”Olivia merasa tidak terlalu tenang, “Kalau begitu biar Bi Lesti tinggal di sini.”Pada awalnya Olivia mempekerjakan Bi Lesti agar ada yang bisa jaga Russel di siang hari, sekaligus ada yang urus kebersihan rumah kecil Stefan dan Olivia.Odelina merasa tidak enak hati. Bi Lesti adalah orang yang dipekerjakan oleh Stefan karena tidak ingin istrinya terlalu lelah. Pada akhirnya, Odelina selalu meminta Bi Lesti untuk membantunya.“Kak, kita ini kakak adik, harus saling mendukung.” Olivia tidak ingin kakaknya merasa terbebani, “Yang paling penting Kakak dan Russel baik-baik saja.”“Kalau begitu, kamu tolong bayar gaji Bi Lesti dulu. Tunggu usaha Kakak sudah berdiri, aku akan kembalikan ke kamu.” Odelina menghargai bantuan adiknya. Namun, dia tidak bisa menerima semua ini begitu saja.Stefan tiba-tiba berkata dengan lembu
Setelah menghibur Olivia, Sarah menguap dengan anggun, lalu meletakkan remote TV, berdiri dan berkata kepada Olivia dan Stefan, “Aku mau kembali ke kamar untuk istirahat dulu. Sudah tua, nggak tahan begadang.”Setelah berjalan beberapa langkah, Sarah berhenti, lalu menoleh dan bertanya kepada Olivia, “Oliv, kamu mau keluarkan bantalmu, nggak?”Olivia tertawa dan menjawab, “Nggak usah, Nek. Ada bantal di kamar tamu.”Sarah melirik Stefan dan tidak berkata apa-apa lagi. Dia pun berlalu dan kembali ke kamar. Pada saat Olivia pergi mandi, sang nenek sudah tertidur lelap. Suara dengkurannya lagi-lagi begitu keras.Olivia, “....”Sepuluh menit kemudian. Olivia keluar dari kamar dengan baju tidurnya. Baru saja dia menutup pintu, dia pun melihat suaminya yang telah memakai baju tidur, dengan tangan bersedekap, pria itu bersandar di pintu kamarnya.“Masih belum tidur? Besok kamu harus pergi kerja, loh.”Olivia pura-pura tidak ingat kata-kata saat dia menggoda Stefan tadi. Dia mengatakan sesuatu
Dia merangkak naik ke kasur lelaki itu dan membaringkan tubuhnya sambil berkata, “Karena pernah tidur di kasurmu sekali, aku selalu merasa kasur kamu sangat nyaman. Mungkin hanya perasaanku saja.”Setelah itu dia menarik selimut dan menyelimuti dirinya. Olivia menyunggingkan senyum dan berkata, “Stefan, selamat malam.”Stefan mengerjapkan matanya dan menatap perempuan itu dalam-dalam. Mendadak dia membuka selimut Olivia dan hendak menimpa perempuan itu. Olivia bergegas duduk dan langsung turun dari kasur.“Olivia.”Stefan mengulurkan tangannya untuk menahan perempuan itu.“Eum … aku, aku mau ke kamar mandi kamarku.”Tamu bulanannya datang lagi dan merusak suasana.Dengan bingung lelaki itu berkata, “Di kamar aku juga ada kamar mandi.”“Tapi di sini kurang satu barang. Setelah aku selesai ke kamar mandi, aku datang lagi ke sini. Tapi kita berdua nggak bisa tidur dulu.”Olivia menatap lelaki itu sambil menyubit wajahnya dengan raut kecewa sambil berkata, “Tunggu sebentar dulu.”Stefan te
Yuna menerima tisu yang diberikan oleh suaminya sambil mengusap air matanya. Setelah itu dia berkata, “Russel mirip dengan adikku, mamanya adalah Odelina. Kalau dia kurusan sedikit, dia akan lebih mirip sama adikku.”“Waktu Amelia ketemu dengan Olivia pertama kali, dia merasa ada sebuah rasa familiar yang sulit dijelaskan. Setelah ketemu Odelina dan Russel, dia juga merasakan hal yang sama. Sepertinya itu hubungan darah.”“Rudy, kali ini kemungkinan aku beneran menemukan adikku,” kata Yuna. Air matanya kembali mengalir ketika mengingat bahwa adiknya sudah meninggal.“Tapi dia sudah nggak ada lagi, dia sudah meninggal lima belas tahun yang lalu. Pantas saja aku nggak pernah ketemu sama dia meski aku sudah mencarinya dengan keras. Dia nggak ada di dunia ini lagi, bagaimana mungkin aku bisa menemukan dia?“Ini hanya perasaan saja, antar sesama manusia ada sesuatu yang dinamakan takdir dan sifatnya sangat aneh. Kamu jangan menangis dulu, setelah selesai tes DNA baru kita bicarakan lagi.”K
“Aku nggak selera.”“Kamu sudah nggak makan dan minum seharian dan masih nggak selera, kamu nggak tahu aku sangat mengkhawatirkan kamu? Anak-anak juga khawatir, Aldi sampai pulang karena tahu kamu sedih.”Di rumahnya ada tiga anak, yang pertama sangat dewasa dan yang kedua sering keluar untuk bermain. Anak ketiga merupakan kesayangan semua orang. Dulu setiap hari Amelia selalu mencari Stefan, akhir-akhir ini baru sikapnya sedikit lebih normal.”“Anggap saja diet.”Yuna berbaring di kasur dan berkata, “Aku mau tidur.”Rudy hanya bisa membiarkan apa yang ingin dilakukan Yuna. Kalau perempuan itu tidak ingin makan, dia juga tidak bisa memaksanya. Sifat perempuan itu sangat keras kepala sekali dan diturunkan pada Amelia.Gadis itu sudah jatuh hati pada Stefan bertahun-tahun, sudah ada banyak sekali orang yang menasihatinya untuk menyerah tetapi Amelia enggan. Hingga perempuan itu yang menyadari nya sendiri baru memutuskan menyerah.Malam itu tidak ada obrolan sama sekali hingga keesokan ha
Stefan membawa sarapan yang dibawa oleh Dimas dan meletakkannya di meja makan. Setelah berpikir sejenak, lelaki itu masuk kembali ke dapur. Stefan membuat segelas teh jahe untuk Olivia.“Kirain kamu yang buat sarapan ini, ternyata kamu membelinya,” kata seseorang dengan nada sarkas. Stefan tahu itu suara milik neneknya tanpa perlu menoleh ke belakang.Stefan tidak berbalik dan juga tidak menjawab.“Kamu lagi masak apa? Aroma jahenya kuat sekali.”Sarah berjalan masuk ke dapur dan mendekati kompor sambil membuka tutup panci. Sedetik kemudian dia menutup kembali tutupan panci tersebut.“Kirain ada kemajuan,” gumam neneknya sambil melirik cucunya dengan sinis kemudian berbalik pergi. Wajah Stefan mengeras dan langsung membela diri, “Aku sudah berusaha keras!”Awalnya kemarin malam ada kesempatan, tetapi dia justru dipermainkan oleh Yang Kuasa.“Serang hatinya, hatinya! Kamu harus serang hatinya terlebih dulu. Kamu ngga lihat jari Olivia semuanya kosong?”Stefan sudah berusaha keras untuk
Stefan belum pernah dicubit oleh orang lain seperti itu dan rasanya sungguh sakit sekali.“Nenek sudah bangun?” tanya Olivia sambil turun dari kasur. Teringat bahwa neneknya belum bangun, dia harus bergegas kembali ke kamarnya dulu.“Sudah bangun.”“Pagi sekali?!”Olivia yang hendak kabur bergegas menghentikan langkah kakinya. “Kalau aku keluar begitu saja, Nenek akan melihatnya-““Kita itu suami istri.”Stefan tidak suka sikap perempuan itu yang sembunyi-sembunyi. Mendengar ucapan Stefan membuat perempuan itu tertawa dan berkata, “Benar juga, kita itu suami istri. Seharusnya kalau Nenek melihatnya, dia akan merasa bahagia. Semenjak Nenek tahu kita pisah kamar setelah menikah, dia selalu mengajari aku untuk memperlakukanmu seperti ini, itu dan lainnya.”Stefan menatapnya dalam diam. Dia juga merasa tidak habis pikir dengan neneknya sendiri. Tentu saja sekarang dia merasa berterima kasih karena jika bukan karena neneknya, maka dia tidak akan menikahi Olivia.“Aku mau balik ke kamar dan