Dia belum mengetahu kemampuan memasak laki-laki itu karena baru mencicipi camilan ini saja. Mungkin saja, laki-laki itu memang mahir memasak, tapi kemampuannya mungkin tidak setara dengan koki-koki keluarga Pangestu selama ini. Laki-laki itu tidak akan bisa bekerja di rumah keluarga Pangestu jika kemampuannya tidak sebaik para koki-koki sebelumnya. Yohanna berkata, “Aku akan menyuruh pengurus rumah untuk memanggilnya besok sore agar aku bisa mengujinya. Aku akan makan malam di rumah besok malam agar bisa mencicipi masakannya. Jangan sampai ada yang membantunya agar dia bisa mempersiapkan masakannya sendiri.”Dia harus mempersiapkan nasi dan semua lauk pauknya dengan tangannya sendiri tanpa bantuan siapa pun.Dira tersenyum lalu berkata, “Oke, besok malam kita makan malam di rumah, ya.”Walaupun Yohannalah yang ingin berganti koki, Dira dan adik-adiknya juga sering makan di rumah Yohanna. Jadi, koki itu juga harus menyesuaikan masakannya dengan selera makan mereka. Kemudian Yohanna be
“Apa peduli Kakak kalau dia berasal dari kota yang jauh dari sini? Kakak kan sedang mencari koki bukannya suami.”Dira pun tersenyum lalu berkata, “Semuanya akan berjalan dengan baik selama dia bisa memasak masakan lezat dan Kakak bisa memakannya dengan baik.”Yohanna tidak terlalu peduli kepada Ronny karena dia juga belum pernah melihat laki-laki itu. Namun, dia cukup terkejut setelah mengetahui Ronny yang berasal dari Kota Mambera yang berada di Provinsi Gorda. “Aku juga berharap ada koki yang bisa nggak membuatku bosan untuk makan, jadi aku nggak perlu berganti koki terus-menerus.”Yohanna menepuk bibirnya lalu berkata, “Aku juga nggak tahu, kenapa mulutku sangat aneh begini.”“Kak, apa kamu masih mau camilan ini?” tanya Dira setelah melihat Yohanna berhenti mengunyah. “Aku sudah nggak lapar, jadi nggak mau makan lagi.”Kemudian Yohanna melihat jam dan berkata, “Aku mau rapat dulu. Kamu ikut aku rapat, ya.”“Oke.”Dira mengambil kotak makan camilan itu lalu berkata, “Aku habiskan
Kemudian dia kembali duduk di sofa lalu bersandar. Dia memikirkan, makanan apa yang harus dimasaknya besok agar dia bisa menaklukkan perut Yohanna dan mendapatkan posisi koki di rumah keluarga Pangestu. Apa dia harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya atau memasak makanan yang jarang dimasaknya? Dia menyeruput teh yang ada di tangannya. Akhirnya, dia memutuskan memasak makanan biasa dan nyaman untuk disantap. Dia akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk memasak. Ini adalah kesempatan terakhirnya. Dia sudah senang memasak selama belasan tahun. Walaupun dia masih muda, makanan biasa dan nyaman yang akan dia masak ini adalah makanan-makanan yang dianggap sangat lezat bagi orang awam. Contohnya saja, seperti camilan yang dia masak hari ini bukanlah makanan andalannya, tapi Yohanna tetap memakannya. Walaupun dia tidak tahu Yohanna memakan masakannya atau tidak, dia yakin kalau Yohanna pasti memakannya. Jika tidak, pengurus rumah tidak akan mungkin memanggilnya untuk memasak lagi besok
“Kalau begitu, aku harap kamu berhasil dan bisa membawa Yohana secepatnya untuk menemui kami di sini.”Ronny langsung menyela seraya berkata, “Masih terlalu dini. Aku masih mau melajang saat tahun baru nanti.”“Sebentar lagi tahun baru, aku juga nggak berharap kamu melepas masa lajangmu secepat itu. Mungkin tahun baru di tahun depan kamu sudah bisa melakukannya. Lagi pula, kakakmu yang nomor Samuel dan Hansen juga masih belum bisa melepas masa lajangnya tahun ini.”Samuel benar-benar merahasiakan proses pengejaran istrinya. Bahkan Stefan juga tidak terlalu mengetahui bagaimana kelanjutan kisa Samuel dan calon istrinya. Namun, Stefan juga tidak ingin terlibat dalam urusan pribadi saudara-saudaranya. Stefan pernah berkata kalau dirinya tidak akan mencari tahu ataupun ikut campur dalam urusan pribadi saudara-saudaranya selama mereka tidak berinisiatif sendiri mendatangi Stefan dan meminta bantuannya. Lagi pula, dia juga bukan tukang gosip seperti Reiki. Dia bisa mendatangi Reiki jika ada
“Pak Ronny, aku orang yang pergi wawancara bersamamu di keluarga Pangestu.”Ronny ingat dirinya pergi sendiri ketika pergi ke kediaman keluarga Pangestu. Saat tiba di sana, dia mendaftarkan identitasnya dan duduk di mobil yang sudah disiapkan oleh pelayan untuk masuk ke kediaman keluarga Pangestu.Kediaman keluarga Ouyang memiliki tanah yang sangat luas. Meskipun tidak sebesar Vila Permai, perjalanan dari gerbang utama hingga ke depan bangunan utama cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Oleh karena itu, kepala pelayan biasanya mengatur mobil untuk menjemput tamu dan mengantar mereka masuk. Dengan cepat, Ronny menyadari sesuatu. Yang datang bersamanya ke keluarga Pangestu adalah pesaingnya. Orang itu ternyata sudah menyelidiki dirinya. Sepertinya orang tersebut punya kemampuan juga. Tampaknya, dia benar-benar bertekad mendapatkan posisi koki keluarga Pangestu. Ronny bangkit dan berjalan ke pintu. Dia membukanya dan melihat ada seorang lelaki dan seorang perempuan yang berdiri
Ronny tidak ingin mengundang Iwan dan putrinya masuk. dan putrinya ke kamarnya. Dia berkata, "Pak Iwan, tunggu sebentar. Saya akan kembali ke kamar untuk mengambil ponsel, lalu kita bisa pergi ke kafe di lantai satu hotel, duduk minum kopi, dan berbincang pelan-pelan." Iwan tersenyum dan berkata, “Boleh.”Ronny berbalik dan kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel, lalu keluar. "Ayo, saya traktir kalian berdua minum kopi." Setelah menutup pintu kamar, pemuda itu berjalan di depan dan mengajak kedua orang itu untuk mengikutinya. Iwan mengikuti langkahnya dan berkata,“Mana boleh biarkan kamu yang traktir. Saya yang mengganggu Pak Ronny, seharusnya saya yang traktir.”Ronny tersenyum dan berkata, “Satu gelas kopi nggak mahal. Pak Iwan jangan rebutan dengan saya soal ini.”Lelaki paruh baya itu juga ikut tersenyum. Dia merasa saingannya yang muda ini cukup baik. Hanya saja dia masih belum tahu kemampuan memasak pemuda ini.Iwan sangat ingin bekerja sebagai koki di keluarga Pangestu.
Nenek selalu bilang, dia sudah tua dan berusia lanjut. Bahkan setengah badannya sudah berada di dalam tanah. Kalau masih bisa makan hari ini, ya nikmati saja hari ini. Mereka tidak perlu mengatur dirinya dan seharusnya membiarkan dia makan apa yang dia inginkan. Menghadapi nenek yang pandai bicara, bahkan Stefan pun tidak bisa membantah, apalagi mereka yang lebih muda?Kadang-kadang nenek malah dengan bangga berkata bahwa mereka semua dididik oleh dirinya sendiri. Mereka tidak akan pernah bisa lepas dari kendalinya, jadi jangan harap bisa mengatur dirinya. Tina berkata, “Boleh. Nggak tahu camilan apa yang enak di sini.”Perempuan itu sangat menyukai camilan. Sekarang dia juga membuka toko camilan sendiri dan usahanya cukup baik.Kepedulian dan perhatian Pemuda itu meninggalkan kesan baik pada Tina. Perempuan itu memesan beberapa camilan sesuai seleranya. Setelah pelayan pergi, Iwan segera menjelaskan, "Pagi tadi, saat Pak Ronny pergi ke rumah keluarga Pangestu untuk wawancara, saya
Mendengar ucapan dari saingannya, Ronny merasa bahwa ketahanan mental Iwan tidak terlalu kuat. Dia sendiri sudah entah berapa kali mengalami kegagalan. Jika neneknya merasa masakan tidak enak, pasti akan memintanya untuk mengulanginya. Berkali-kali dia harus membuat ulang. Pernah ada satu hidangan yang disukai neneknya. Dia sampai membuat ulang sepuluh kali, tetapi tetap tidak memuaskan neneknya. Akhirnya, neneknya menyerah dan tidak jadi memakan hidangan tersebut.Dia tidak menganggap itu sebagai trauma buruk, melainkan melihatnya sebagai kekurangannya sendiri. Itu membuatnya sadar bahwa masakannya tidak sebaik yang dia bayangkan. Dengan terus belajar dan berkembang, Ronny bisa menjadi seperti sekarang.Namun, karena tidak terlalu mengenal Iwan, ditambah mereka adalah saingan, Ronny memilih untuk diam dan menjadi pendengar setia. Dia mendengarkan Iwan bercerita panjang lebar tentang bagaimana dia akhirnya bisa mengatasi trauma buruk dari komentar Yohana. "Beberapa tahun kemudian, s
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa
"Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang
Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van
Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s