“Nenek Sarah.”Dia sudah tidak bisa menghindar sehingga mau tidak mau harus menghadapinya. Bram langsung menoleh dan tersenyum pada Nenek Sarah.Sedangkan Chintya menghampiri sosok perempuan tua yang tampak ramah tersebut. Dia adalah Bu Sarah dari keluarga Adhitama. Dia melihat pakaian Nenek Sarah yang tidak ada bedanya dengan orang tua pada umumnya. Terlihat sangat sederhana sekali. Namun dia ada aura elegan dan mewah yang terpancar dari dirinya.Nenek Sarah melangkah dengan cepat. Tubuhnya masih terlihat begitu kuat dan sehat hingga membuatnya terlihat seperti perempuan berusia 50 hingga 60 tahun. Sama sekali tidak terlihat usianya yang sesungguhnya.“Bram, ini siapa?” tanya Nenek Sarah pura-pura tidak tahu sambil menatap Chintya.“Bu Sarah,” panggil Bram kemudian memperkenalkan mereka.Sarah tersenyum lebar dan membalas sapaan Chintya. Dia menatap perempuan itu penuh penilaian. Sosok Chintya terlihat muda dan cantik. Wajahnya terlihat berani dan juga anggun. Kesan pertamanya terhada
Dia berkata pada Chintya lagi, “Bu Chintya, kami semua orang yang sangat santai, jadi kamu jangan merasa sungkan. Jangan merasa kalau ke sini maka akan mengganggu kami. Di vila ini, kamu bisa makan dan minum yang enak. Yang penting kalian menyukainya dan sering datang ke sini.”Chintya terkekeh dan berkata, “Lain kali kalau aku bawa murid-murid datang untuk lomba, aku pasti akan datang ke sini lagi untuk mengganggu Bu Sarah.”Sarah ternyata jauh lebih ramah dari apa yang dia bayangkan. Sama sekali tidak ada kesan sombong. Dia sama seperti neneknya yang sangat ramah dan suka menjamu tamu.“Kalau nggak bawa murid untuk lomba juga boleh datang bermain. Biarkan Bram yang menjemputmu dan bertamu ke rumah kami. Nggak masalah juga kalau kamu mau menginap di sini. Di vila ini ada banyak kamar. Kamu nggak akan bosan kalau tinggal setengah bulan di sini.”Chintya hanya tersenyum santun. Dia tidak berani datang dengan sesuka hatinya. Datang sekali saja dia sudah berhutang budi pada Bram. Lelaki i
“Nenek Sarah, pernikahan Stefan dan Olivia sudah akan tiba, Nenek juga pasti sangat sibuk. Ini pernikahan cucu pertamanya Nenek. Kami nggak mengganggu waktu berharganya Nenek lagi. Chintya masih ada aku.”Bram langsung dengan jelas meminta Nenek jangan merebut perhatiannya. Berikan dia kesempatan untuk unjuk diri di hadapan Chintya.Nenek Sarah terkekeh dan berkata, “Pernikahan Stefan memang sudah dekat. Tapi Nenek nggak perlu melakukan apa pun. Nenek sudah tua dan bahkan nggak kuat jalan. Memangnya mereka berani kasih Nenek tugas?”“Nenek hanya perlu menggerakkan mulutnya saja maka mereka akan langsung menjalankan perintah Nenek. Nenek sangat santai dan mudah sekali merasa bosan. Vila Permai sudah lama nggak pernah begitu ramai.”“Nenek sudah lama sekali nggak melihat begitu banyak anak-anak bermain di Vila Permai. Nenek suka keramaian. Silakan saja kalau kamu mau unjuk diri, Nenek juga nggak akan menahanmu. Kalau kamu nggak bisa menang melawan perempuan tua seperti Nenek, bagaimana k
Chintya lebih mengenal muridnya daripada Bram. Dia tidak keberatan dengan saran Bram. Oleh karena itu, dia pun berbalik dan mengikuti Bram, berjalan menuju pohon besar yang ditunjuk pria itu. Ada sebuah kursi ayun di bawah pohon tersebut.“Aku lihat ada banyak kursi ayun di vila,” kata Chintya setelah duduk di kursi ayunan.“Lumayan banyak, tapi kebanyakan belakangan ini baru dipasang. Bu Olivia suka duduk di kursi ayun. Pak Stefan sayang istri. Dengar-dengar semua tempat yang akan mereka tinggali ada banyak kursi ayun.”“Oh, begitu. Bu Olivia tinggal di mana saja, di situ pasti ada kursi ayun.” Chintya berkata dengan iri, “Pak Stefan benar-benar baik banget pada istrinya. Bikin orang iri saja.”Di mana-mana terdengar cerita tentang Stefan yang sangat menyayangi istrinya. Perempuan mana yang tidak iri mendengarnya.“Bu Sarah mana?”Chintya spontan bertanya ketika menyadari sosok Sarah tidak terlihat. Dia ingat Sarah sedang bersama mereka tadi.“Bu Sarah itu porosnya keluarga Adhitama.
Bram tertawa pelan lalu berkata, “Kalau soal bisnis aku nggak perlu khawatir. Di perusahaan ada tim manajemen. Tapi aku nggak bisa tolak jadi pengiring pengantin pria di pernikahan Pak Stefan.”“Jangan ditolak. Banyak orang yang ingin hadir di pernikahan Pak Stefan tapi nggak punya kesempatan. Pak Bram sangat beruntung bisa jadi pengiring pengantin pria untuk Pak Stefan,” kata Chintya.Chintya sebenarnya sangat ingin menghadiri pernikahan Stefan dan Olivia. Namun, dia tidak berteman dengan pasangan yang penuh kasih itu. Dia bahkan belum pernah bertemu mereka. Sekalipun Bram bersedia membawa Chintya ke sana, Chintya juga tidak bisa pergi. Karena dia tidak akrab dengan orang-orang dalam lingkaran pertemanan itu.Terlebih lagi, Chintya juga benar-benar sudah harus mengantar anak-anak pulang. Anak-anak masih harus sekolah.Bram hanya tersenyum, tidak membantah perkataan Chintya. Tanpa gangguan Sarah, Bram dan Chintya menghabiskan waktu sepanjang hari bersama. Rasa canggung dan asing di ant
“Bu Amelia.” Begitu melihat Amelia, Bi Lesti langsung tersenyum dan menyapa.“Bi Lesti kok ada di sini?” Amelia juga spontan tersenyum ketika melihat Bi Lesti.“Bu Olivia pindah ke sini. Pak Stefan suruh kami datang ke sini untuk jaga Bu Olivia. Nggak hanya saya, ada Dimas juga.”Mereka semua adalah orang-orang yang paling dikenal Olivia dan Odelina. Oleh karena itu, Stefan mengatur mereka untuk tinggal di sini. Stefan bilang, Bi Lesti dan Dimas akan bekerja di rumah ini. Gaji mereka akan tetap dibayar Stefan. Stefan bahkan menaikkan gaji mereka.Di antara pengawal Stefan dan pelayan keluarga Adhitama, Odelina dan Russel paling akrab dengan Bi Lesti dan Dimas. Makanya Stefan membuat pengaturan seperti ini. Selama Odelina dan Russel hidup dengan aman tenteram, suasana hati Olivia akan lebih baik.“Ini memang gayanya Stefan. Kalau sudah menyangkut Oliv, dia benar-benar sangat perhatian, sampai detail banget,” kata Amelia sambil tertawa pelan.Dulu, Amelia selalu merasa Stefan orang yang
“Namanya juga anak-anak, semuanya memang seperti itu.” Bi Lesti berkata sambil tersenyum, “Nanti kalau sudah agak besar nggak akan begitu lagi. Russel nggak mau pergi sekolah, tapi nggak sampai menangis atau mengamuk. Paling-paling, dia sengaja berlama-lama. Bu Odelina orang begitu sabar saja nggak tahan lihat Russel begitu.”“Russel sengaja berlama-lama sebelum pergi sekolah, tapi dia juga takut terlambat. Dia bilang malu kalau terlambat. Kadang Bu Odelina sangat marah dibuatnya, sampai Bu Odelina sengaja tinggalkan dia. Bu Odelina ambil tas Russel dan langsung pergi, nanti Russel panik sampai menangis.”“Kelihatannya, anak-anak cukup untuk dilihat saja. Aku nggak bisa bayangkan bagaimana kalau aku punya anak nanti.”Menurut Amelia, Russel itu sudah termasuk anak yang sangat penurut. Tidak disangka, itu hanya kelihatan dari luar. Kalau suruh Amelia yang urus Russel setiap hari, dia mungkin akan menjadi gila.Bi Lesti tertawa terbahak-bahak, “Memang benar seperti itu. Saat kita lihat a
Olivia tertawa, “Tentu saja. Nggak semua orang sanggup dengan situasi khusus Pak Bram.”“Pak Bram sudah temukan perempuan yang ditakdirkan untuknya,” kata Amelia.“Aku tahu. Beberapa hari yang lalu Pak Bram bilang ke suamiku kalau dia ingin ajak Chintya main ke rumah kami. Stefan pun setuju. Nenek bilang Chintya benar-benar hebat, sangat cocok untuk pak bram. Dia juga bilang orang seperti Chintya baru bisa menduduki posisi sebagai istrinya Pak Bram.”“Nenek juga bilang kalau ilmu bela dirinya Chintya sangat hebat. Stefan bahkan bukan tandingannya. Orang belajar seni bela diri dari kecil, terlahir di keluarga seni bela diri pula. Stefan hanya setengah-setengah, mana bisa dibandingkan dengannya. Aku juga sama.”Amelia tertawa pelan, “Kalau Stefan dengar kamu ngomong dia seperti itu, wajahnya pasti jadi cemberut. Dia selalu percaya diri dan arogan. Dia selalu merasa kalau dia pria terbaik di dunia. Kamu bilang ilmu bela dirinya setengah-setengah, dia pasti nggak bisa terima.”“Kalau nggak