Odelina memiliki ambisi. Dia ingin mengembangkan Resto Makan Sepuasnya menjadi jaringan restoran yang tersebar di seluruh negeri. Dia ingin mengembangkan karakteristiknya sendiri.Oleh karena itu, Odelina masih perlu belajar keras, bekerja keras untuk maju. Sedangkan Daniel adalah penopangnya yang paling kuat.Odelina segera meninggalkan ruangan Daniel. Setelah Odelina pergi, Daniel langsung menghabiskan sarapannya dalam waktu singkat. Perut kenyang, hati pun senang.Daniel mengulurkan tangan dan mengambil ponselnya di atas meja untuk menelepon sahabatnya. Setelah Stefan menjawab, dia pun berkata pada Stefan, “Odelina baru saja antarkan sarapan untukku. Dia ceritakan padaku soal rumah. Stefan, Odelina bersikeras kasih kamu uang, kamu terima saja. Dengan begitu, dia baru bisa tinggal di rumah itu dengan tenang. Rumah yang kamu beli dengan uangmu sendiri akan lebih terasa seperti rumah sendiri. Kalau tinggal di rumah orang lain, kamu akan selalu merasa kalau itu bukan rumahmu.”Stefan me
Saat Odelina tiba di Resto Makan Sepuasnya, manajer yang direkrutnya sudah membuka restoran. Para karyawan sudah berada di tempatnya masing-masing, siap-siap untuk bertempur dengan pesanan di jam makan siang.“Bu Odelina.”“Bu Odelina.”Begitu melihat Odelina datang, semua orang menyapa sambil tersenyum. Restoran baru dibuka kemarin, tidak hanya penjualan restoran sangat bagus. Kehadiran para tamu terhormat yang datang untuk memberi selamat atas pembukaan restoran tersebut membuat semua orang bersemangat dan penuh energi.Mereka merasa masa depan mereka pasti akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi karena bisa bekerja untuk bos seperti Odelina. Penghasilan mereka juga akan semakin tinggi kelak.Selama mereka bekerja dengan baik, mereka mungkin saja bisa naik jabatan. Asalkan Odelina membuka beberapa jaringan restoran lagi, sebagai karyawan angkatan pertama, kemungkinan besar mereka akan ditugaskan sebagai manajer di restoran baru. Oleh karena itu, semua orang sangat termotivasi.Od
Mereka masih berharap Roni memiliki kesempatan untuk rujuk dengan Odelina. Padahal Roni juga belum bercerai dengan Yenny. Namun, Odelina dan Roni rasanya tidak mungkin untuk rujuk kembali, sekalipun Roni sudah bercerai dari Yenny. Roni juga mengerti akan hal ini. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak pernah membahas tentang rujuk di hadapan Odelina. Namun, ibu dan kakak Roni yang selalu mendorong mereka berdua untuk rujuk. Padahal penyebab utama Roni dan Odelina bercerai adalah mereka berdua. Rita tersenyum canggung lalu berkata, “Kalau begitu, lain kali kami akan menelepon untuk memesan makanan di sini”“Odelina, bisnismu sekarang berkembang dengan sangat baik. Apa kamu membutuhkan orang lagi untuk bekerja di sini?” “Sekarang, aku sedang nggak butuh orang lagi. Aku juga sudah kasih tahu Kak Shella sebelumnya,” jawab Odelina. Shella langsung tersenyum canggung setelah mendengar penolakan Odelina untuk mempekerjakannya. Kedua ibu dan anak itu langsung tampak semakin canggung sampai
Rita langsung menarik putrinya setelah mereka keluar dari restoran Odelina. Dia tampak sangat kesal dengan putrinya itu. “Mama ngapain, sih?” tanya Shella pura-pura tidak mengerti maksud ibunya. “Kembalikan uang 10 juta itu sama Mama,” ujar Rita kesal. “Ma, usaha keluargaku lagi kurang baik belakangan ini. Uang yang kami hasilkan nggak banyak. kami berlima saja sering bingung mau makan apa setiap harinya. Jadi, tolong kasih uang 10 juta ini agar keluargaku bisa lebih baik, ya,” jawab Shella meminta belas kasihan ibunya. “Lagi pula, aku juga punya andil menyelamatkan nyawa Roni saat dia kecelakaan waktu itu. Aku menahan serangan itu dan membawanya ke rumah sakit, loh. Selain itu, aku juga terluka dan harus dirawat di rumah sakit,” balas Shella. “Si Yenny itu datang tanpa membayar biaya pengobatanku. Semua biaya pengobatanku harus aku tanggung sendiri. Lagi pula, Roni dan Yenny kan masih belum bercerai, jadi dia masih jadi menantu kalian. Menantu kalian sudah menyerang anak perempua
Karena dia sudah menggunakan mobil seharga puluhan miliar ketika dia bertemu dengan Chintya yang sudah menyelamatkan hidupnya. Bram juga sudah mengakui kalau dia adalah CEO dari sebuah perusahaan besar di Mambera. Jadi, dia juga tidak perlu lagi menyamar menjadi orang miskin di hadapan Chintya. Alasan Bram mengendarai mobil besar dan biasa hari ini adalah karena dia sudah menyiapkan hadiah untuk anak-anak murid Chintya. Hadiah yang dibawanya sangatlah banyak. Oleh karena itu, dia sampai harus mengganti mobilnya. Selain itu, dia juga tidak ingin menarik perhatian banyak orang, jadi dia mengganti mobilnya dengan mobil biasa. Walaupun Bram Ardabas adalah sosok yang sangat terkenal di Mambera, dia jarang sekali terlihat di depan umum. Hanya segelintir orang saja yang pernah melihatnya secara langsung. Kemunculannya di Mambera Hotel dengan mobil seharga ratusan juta sama sekali tidak menarik perhatian siapa pun di sana. Dia juga langsung menelepon Chintya setelah dia tiba di Mambera Hotel
“Pak Bram, nanti kita sambung lagi, ya. Sampai jumpa siang ini,” ujar Chintya berusaha menyudahi panggilan telepon dari Bram. “Oke, Bu Chintya! Silakan, lanjutkan urusan Ibu. Oh iya, apa Bu Chintya dan anak-anak ada kendaraan untuk kembali ke hotel? Aku bisa menjemput kalian di sana,” balas Bram. “Terima kasih atas kebaikan Pak Bram. Tapi, kami sudah menyewa bus dan akan kembali ke hotel dengan bus itu,” balas Chintya sopan. “Oke, lain kali kamu bisa langsung bilang padaku kalau memang butuh alat transportasi dan tidak perlu menyewa bus. Aku pasti akan menyediakannya untukmu dan murid-muridmu,” ujar Bram sambil tersenyum. “Oke, Pak Bram! Lain kali, kami sepertinya akan merepotkanmu dengan kedatangan kami ke Mambera,” ujar Chintya. Chintya dan murid-muridnya memang sering bepergian untuk bertanding, tapi mereka sangat jarang datang bertanding ke Mambera. Oleh karena itu, Chintya menyetujui tawaran Bram dengan santai karena berpikir Bram sangatlah sopan dan menawarkannya hanya untuk
“Bu Amelia, apa yang terjadi? Kenapa masalah ini bisa bocor? Kapan terjadinya?” tanya Bram dengan wajah kalut. “Kenapa kamu tanya padaku? Kamu kan pewaris keluarga Ardaba. Kamu adalah orang yang seharusnya tahu atas pertanyaanmu tadi. Pak Bram, kamu yang memulai masalah ini dan benar-benar sudah merugikanku. Sekarang, aku tidak peduli di mana pun kamu berada, kamu tetap harus segera datang ke rumahku!” seru Amelia penuh emosi. Bram tahu kalau dia adalah pihak yang salah dalam masalah ini, jadi dia pun berkata dengan tidak enak hati, “Bu Amelia, kamu tidak perlu marah. Aku memang orang yang salah dalam masalah ini sampai menyusahkanmu. Jadi, aku akan segera ke sana dan memberikan penjelasan kepada orang tuaku.”“Bu Amelia, kamu bisa menghubungiku kalau nanti kamu mungkin membutuhkan bantuanku. Aku akan segera membantumu sebisaku dan tanpa persyaratan apa pun,” ujar Bram yang merasa bersalah dan menawarkan bantuan untuk Amelia di masa depan untuk menghindari pertikaian dengan perempuan
Amelia mengangguk lalu berkata, “Aku sangat lelah sama mamaku saat itu. Aku yakin kalau Pak Yogi juga kesal dan lelah karena dia mengerti maksud dari mamaku. Bahkan sepertinya dia melihat keluargaku seperti sedang melihat kandang harimau karena sikap mamaku itu.”“Aku juga dengar kalau dia menjual rumahnya dan nggak lagi tinggal satu daerah dengan rumah keluargaku.” Amelia merasa sangat tidak berdaya sekaligus kasihan pada Yogi. Laki-laki itu harus terlibat dalam masalah keluarganya tanpa alasan yang jelas. “Yogi adalah sepupunya Stefan. Jadi, dia pasti langsung lari dan mengadu ke Stefan tentang rencana mamaku. Dia juga pastinya meminta bantuan sama Stefan,” lanjut Amelia sambil menebak sikap Yogi sebelum Olivia sempat membuka mulutnya. “Olivia, apa mungkin Yogi yang meminta Bram untuk mengejarku?” tanya Amelia tiba-tiba. Olivia sempat menghela napasnya lalu berkata, “Stefan memang sangat ahli dalam masalah seperti ini. Dia langsung menyuruh Yogi untuk meminta bantuan Pak Bram. Ba