Ahli gizi itu tidak akan mengganggu kebebasan setiap orang untuk makan di luar. Dia direkrut bibinya untuk bertanggung jawab atas kesehatan makanan keluarga. Dia hanya mengurus makanan mereka yang makan di rumah. Dia tidak bisa mengurus mereka yang makan di luar.Sekarang, fokus utamanya adalah istri adik sepupunya. Di generasi Reiki, Reiki pertama yang menikah. Bayi dalam perut Junia adalah anak pertama generasi berikutnya. Jangankan Gloria, semua keluarga Ardaba sangat memperhatikan kandungan Junia.Agar Junia bisa melahirkan bayi yang sehat dan cerdas, ahli gizi itu menyiapkan makanan khusus ibu hamil untuk Junia. Makanannya kaya nutrisi, yang tentu saja rasanya juga enak. Setiap hari resepnya diganti-ganti. Tidak peduli Junia suka atau tidak, makanannya tidak akan diganti. Untung saja Junia pemakan segalanya, tidak pilih-pilih makanan. Jadi selama ini selalu baik-baik saja.Mendengar suara langkah kaki mendekat, Gloria dan si ahli gizi spontan menoleh dan melihat ke arah pintu.“Ju
Si ahli gizi melirik bibinya sebentar. Setelah mendapati bibinya tidak berkata apa-apa, dia pun berhenti bicara. Bagaimanapun juga, Junia adalah menantu bibinya. Bayi dalam perut Junia juga merupakan generasi penerus keluarga Ardaba. Dia hanya memberi saran tentang nutrisi.Sebenarnya Gloria merasa tidak enak terlalu banyak berkomentar. Sayur asin yang dimakan menantunya adalah buatan besannya sendiri. Selain itu, menantunya juga tidak sering makan di sana, sesekali saja. Seharusnya tidak apa-apa.“Aku ke kamar mandi sebentar.” Usai berkata, Junia bergegas pergi ke kamar mandi.Setelah Junia pergi, si ahli gizi berkata dengan suara pelan, “Tante, Junia bakal merasa aku terlalu cerewet dan terlalu ketat, nggak? Tapi makanan seperti sayur asin memang nggak boleh dikonsumsi terlalu banyak. Orang biasa saja harus dibatasi. Makanan seperti itu nggak pernah muncul di meja makan keluarga kita, tapi Junia malah sangat suka.”“Dia bahkan pulang ke rumah orang tuanya untuk makan itu. Apa mungkin
Hanya saja, Junia sama sekali tidak menyangka si ahli gizi punya banyak pendapat tentangnya. Untung saja, dia hanyalah kakak sepupu Reiki. Meskipun dia ahli gizi keluarga Ardaba, biasanya dia tidak tinggal di rumah keluarga Ardaba. Hanya sejak Junia hamil, dia sering datang ke sini. Meskipun si ahli gizi memiliki pendapat tentang Junia, hal itu tidak akan memengaruhi Junia.Ibu mertuanya bahkan mengungkit soal Olivia. Ibu mertuanya beranggapan kalau keluarga Adhitama juga akan mendatangkan ahli gizi untuk menyiapkan resep makanan tiga kali sehari untuk Olivia. Mungkin saja iya, tapi keluarga Adhitama tidak akan atur-atur kehidupan Olivia.Setelah Gloria dan si ahli gizi berhenti mengobrol selama beberapa menit, Junia baru keluar dari kamar mandi.“Junia, kamu lagi diare?” tanya Gloria dengan wajah khawatir.“Nggak, kok.” Junia spontan berkata dengan malu-malu, “Setiap kali ke kamar mandi aku pasti bawa ponsel.”Junia tidak perlu berkata apa-apa lagi, toh ibu mertuanya pasti mengerti. B
Bram Abraham memiliki penampilan yang tampak sangat baik di antara banyak laki-laki seusianya di samping status dan latar belakang keluarganya yang luar biasa. Bahkan dia bisa disetarakan dengan Reiki ataupun Stefan. Bram memandang foto seorang gadis sambil menyeringai. Kemudian dia menundukkan kepalanya untuk mencium foto itu. Ini adalah suatu bentuk reaksi normal dari seorang laki-laki. Akhirnya, Bram bisa merasakan perasaan seperti ini untuk pertama kalinya setelah melajang selama lebih dari 30 tahun lamanya. Sebelumnya, Bram tidak pernah bereaksi apa pun setiap melihat perempuan. Dia berpikir karena dia memiliki selera yang sangat tinggi sampai tidak bisa menyukai semua perempuan itu. Bahkan, dia juga pernah pergi ke tempat-tempat dewasa ketika sudah cukup umur. Namun, tetap saja dia tidak bisa merasakan apa pun di sana. Saat itu, barulah dia menyadari kalau puncak masalahnya bukan berada di penglihatannya, melainkan tubuhnya sendiri yang sama sekali tidak bereaksi dengan peremp
Ardian duduk di atas sofa lalu meletakkan amplop kuning itu di atas meja teh. Kemudian dia memerintahkan putra sulungnya untuk memilih foto perempuan yang ada di dalam amplop. “Pa, aku sudah bilang sama Papa kalau aku nggak tertarik sama perempuan-perempuan itu,” ujar Bram sambil berjalan menghampiri ayahnya. “Kamu kan belum lihat foto mereka semua. Bagaimana mungkin kamu bisa bilang kalau kamu nggak tertarik? Papa juga sudah memilih perempuan yang berusia 24 tahun. Karena si ahli spiritual bilang kalau jodohmu itu perempuan berumur 24 tahun, lebih muda 10 tahun darimu. Mungkin nggak ya, mereka menganggapmu terlalu tua untuk mereka,” balas Ardian penuh niat. “Papa akan tetap membantumu menikahi perempuan pilihanmu itu, sekalipun perempuan itu nggak suka sama kamu,” lanjut Ardian. “Aku akan mengejar perempuan itu sendiri tanpa bantuan Papa kalau memang perempuan itu adalah jodohku,” ujar Bram dengan wajah kesal. Bagaimanapun juga, Bram bukanlah laki-laki yang tidak berguna dan tida
Ardian kembali memasukkan foto-foto itu ke dalam amplop dengan raut wajah kecewa setelah melihat reaksi dingin putranya. Dia tidak menyangka kalau putranya sama sekali tidak memiliki reaksi apa pun setelah melihat foto-foto perempuan ini. “Entah kapan kamu bisa menemukan perempuan itu. Lagi pula, neneknya Stefan sudah kembali ke Mambera, jadi Papa akan meminta tolong padanya untuk mendatangkan ahli spiritual itu lagi. Papa mau minta tolong sama si ahli spiritual untuk meramal keberadaan perempuan yang akan jadi jodohmu,” ujar Ardian dengan wajah kecewa. “Papa dengar sendiri kan si ahli spiritual itu bilang kalau takdir kita untuk bertemu dengannya sudah berakhir. Dia nggak akan mau menemui kita lagi. Orang-orang seperti ahli spiritual itu nggak sama kayak orang biasa seperti kita. Kita juga nggak akan mungkin bisa menemukan mereka setelah mereka bilang kalau mereka nggak mau bertemu dengan kita,” ujar Bram berusaha mengingatkan ayahnya. Ardian hanya bisa terdiam setelah mendengar pe
“Nggak bisa begitu! Dia sudah bilang kalau takdirnya bertemu kita dan Nenek Sarah sudah berakhir, jadi kita nggak akan bisa bertemu dengannya lagi. Bahkan dia tetapi nggak akan mau menemui kita, sekalipun kita bisa menemukannya. Dia meminta kita untuk nggak mencarinya lagi,” jelas Ardian. “Orang yang punya kekuatan kayak dia itu akan pergi dan nggak akan mau menemui kita lagi kalau dia sudah bilang begitu. Baginya, semua orang punya takdirnya masing-masing termasuk pertemuan kita dengannya,” lanjut Ardian. Kania hanya bisa menghela napasnya lalu berkata, “Kalau begitu, sekarang kita cuma bisa menunggu.”Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai mereka bisa bertemu dengan calon menantu mereka. Penantian ini pastinya akan terasa panjang bagi mereka berdua. “Anak itu pasti nggak tahu cara mencari jodohnya. Bahkan dia juga sering sekali terlihat tanpa kita tahu apa yang dilakukannya setiap hari. Entah kesibukan apa yang sedang dia kerjakan. Sekarang, kita nggak perlu terlalu khawat
Matahari terbenam tampak menyinari wajah dingin Rika Arahan. Bahkan sinar matahari yang hangat saja tidak bisa menghangatkan wajah dingin perempuan itu. “Ricky, aku bilang kalau aku nggak suka bunga! Jadi, jangan pernah kirimkan bunga lagi padaku!” seru Rika lalu menyingkirkan buket besar bunga dan pergi begitu saja. Ricky meraih tangan perempuan itu berusaha menahannya lalu berkata, “Riko, aku sedang mengejarmu. Aku selalu memberikan calon istriku bunga ketika aku mengejarnya!”Ricky terus mengikuti Rika ke mana pun perempuan itu pergi. Para pengawal Rika yang berada di belakang Ricky hanya bisa berpikir untuk menendang pantat Ricky dari belakang tanpa bisa merealisasikannya. Ini semua karena Rhoma dan Katty sangat baik terhadap Ricky. Selain itu, Riko Arahan juga tampak sangat menoleransi sikap Ricky kepadanya. Walaupun Riko tampak kesal setiap kali Ricky berbuat ulah, dia selalu saja menoleransinya. Dia hanya bisa menatap Ricky dengan kesal sambil terus mengumpat di belakang Rick