“Kalian mau ke sini? Apa perlu aku suruh orang untuk menjemput kalian?”Rosalina memiliki kesan yang mendalam terhadap kekasih Doni tersebut. Meski keduanya baru jadian dalam waktu yang singkat, wanita itu sangat mewaspadai dirinya. Namun, dia memperlakukan wanita itu sebagai kakak ipar.Doni tersenyum dan berkata, “Nggak perlu, kami sudah sampai tadi malam dan menginap di hotel. Kami baru saja selesai sarapan dan mau pergi ke tokomu.”“Semalam sudah sampai tapi nggak bilang padaku.”“Kamu menghadiri pesta pernikahan Pak Reiki kemarin, jadi aku nggak mau mengganggumu. Ya sudah, aku mau menyetir. Sampai jumpa nanti. Kakak iparmu membawakanmu banyak makanan.”Rosalina tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, aku jadi bisa makan makanan enak. Sampai jumpa nanti.”Setelah Rosalina mengakhiri panggilan dengan Doni, Calvin bertanya padanya, “Si Doni itu?”“Telingamu sangat tajam dan bisa mendengarnya, tapi masih tanya.” Rosalina berkata lagi dengan tenang, “Kak Doni datang bersama pacarnya untu
Ucapan Silvi membuat emosi kedua lelaki itu sedikit meredam. Saat masuk ke dalam toko, kedua lelaki yang jalan bersisian itu saling bertabrakan. Doni melotot pada Calvin sambil berkata,“Pak Calvin, Rosalina-nya kami masih belum menerima perasaanmu, tolong hargai dia. Jangan sedikit-sedikit gandeng tangan dia!”Calvin mencoba untuk tidak mengalah dengan menjawab, “Rosalina bukan dari keluarga kalian. Nama belakang dia Siahaan, bukan Handoko. Hanya Tante Sinta yang berhak bicara denganku seperti itu. Aku juga bukan mengambil kesempatan dalam kesempitan, hanya menggandeng dia turun dari mobil saja.”“Dia memanggilku dengan sebutan ‘Kakak’. Nyawaku juga ditolong oleh dia. Panggilan itu sudah ada selama bertahun-tahun. Bagiku, dia sudah seperti adikku sendiri!”“Aku juga tahu bagaimana hubungan Kak Doni dan Rosalina, karena itu aku memanggilmu sebutan ‘Kakak’ juga.”Doni terdiam seketika. Calvin memasang raut wajah seakan dengan memanggil Doni “Kakak”, maka dia sudah sangat menghargai lela
Di saat Rosalina dan Silvi tengah berbincang tentang usaha, kedua lelaki yang lain tidak saling berbincang dan hanya sibuk saling tatap. Sedangkan di sisi lain, Stefan membawa Olivia kembali ke Vila. Akan tetapi mobil mereka dihalangi oleh dua buah mobil di depan pintu masuk vila.Mobil itu bukan sengaja menghalanginya, melainkan parkir di posisi yang tidak tepat dan menghalangi jalan masuk mereka. Sekuriti yang berjaga langsung mengetahui majikannya kembali saat melihat mobil milik lelaki itu tiba.Dua orang sekuriti bergegas keluar dan menghampiri kedua mobil tersebut. Mereka mengetuk jendela mobil dan menunggu sopir mobil tersebut turun sambil berkata,“Tuan Muda kami sudah kembali, tolong pindahkan mobilnya. Setelah pelayan rumah kasih kabar, kalian baru bisa masuk.”Mobil tersebut merupakan mobil dari kedua tantenya Rosalina. Mereka berjanjian untuk bertemu dengan ibunya Calvin, Milla. Karena datang terlalu pagi, Milla masih belum bangun. Tanpa persetujuannya, pelayan rumah juga t
“Odelina dan Russel juga datang. Aku sungguh datang untuk melihat Nenek.”Daniel duduk dan memilih untuk menonton Sarah berlatih Taici.“Dulu waktu Nenek masih ada, aku selalu minta nenekku untuk ikut Nenek latihan Taici. Tapi nenekku nggak mau mendengarkanku.”Neneknya Daniel seumuran dengan Sarah, tetapi kondisi fisik mereka berdua sungguh berbeda jauh. Sarah sampai saat ini masih sangat sehat dan tidak perlu ditemani oleh orang lain untuk bepergian. Bahkan perempuan itu masih bisa menghukum anak cucunya. Sedangkan neneknya sudah tutup usia sejak lama.“Nenekmu adalah perempuan anggun dan elegan yang sesungguhnya. Beda sama Nenek yang berandalan dan biasa saja.”“Kata siapa Nenek berandalan dan biasa saja? Jelas-jelas Nenek juga perempuan anggun dan elegan,” ujar Daniel.Sarah terkekeh dan berkata, “Waktu kakek buyut Nenek masih hidup, keluarga Nenek cukup terpandang. Waktu Nenek dilahirkan, keluarga bangkrut sampai rumah keluarga harus diserahkan ke pemerintah. Nenekmu itu anggun se
Sarah menggandeng Russel untuk berjalan keluar dari gazebo sambil bertanya pada Stefan.“Dua tantenya Rosalina yang ada di depan itu sibuk menjelek-jelekkan Rosalina dan berniat untuk menguasai seluruh kekayaan keluarga Siahaan. Aku nggak perhatiin hal yang lebih detail karena itu urusan Calvin.”Rosalina kelak hanya akan menjadi adik iparnya saja. Selain permintaan adik iparnya sendiri, Stefan tidak akan ikut campur urusan keluarga Siahaan.“Calvin juga nggak begitu ikut campur, kan? Rosalina bisa menyelesaikannya, Calvin hanya perlu berdiri di belakang perempuan itu untuk menjadi pendukung Rosalina saja.”Sarah cukup puas dan percaya dengan cucu menantu pilihannya. Dia yakin Rosalina akan menyelesaikan urusan kekayaan keluarga Siahaan. Stefan diam dan tidak menjawab. Tidak butuh waktu lama bagi Sarah untuk mengganti topik pembicaraan.Cucunya yang kedua dan ketiga tidak perlu dia khawatirkan. Dia sudah memilih jodoh yang tepat dan mereka juga akan mengejar jodoh mereka sendiri. Hanya
Stefan bungkam dan tidak berbicara. Ini semua merupakan tanggung jawab dan tantangan yang harus dihadapi oleh Olivia. Perempuan itu menoleh menatap suaminya yang diam dan berkata,“Kalau begitu aku harus memanfaatkan waktu selama beberapa hari ini untuk belajar. Aku akan tanya dengan kalian kalau ada yang nggak dimengerti.”Olivia tahu sebagai nyonya muda di keluarga Adhitama, dia harus mengemban beberapa tanggung jawab. Namun Olivia tidak menyangka kalau dia harus memegang kendali atas aset keluarga. Selain itu dia juga tidak menyangka kalau nantinya dirinya harus mengurus Vila Permai yang begitu luas.Dia ingat saat pertama kali bertemu dengan Mulan, perempuan itu tengah mengurus Vila Ferda.Sepertinya dia akan sama seperti Mulan yang nantinya akan mendapat tugas untuk mengurus pekerjaan mertua. Saat ini Mulan sudah sangat paham dan menguasainya, sedangkan Olivia masih belum mulai.Selain itu, Mulan ada dasarnya meski dia bukan berasal dari keluarga kaya, setidaknya keluarga Mundita
Meski pernikahan belum diadakan, keluarga Adhitama sudah mulai meminta adiknya mengurus usaha keluarga. Dengan begitu artinya mereka percaya dengan adiknya ini. Odelina akhirnya bisa sepenuhnya merasa tenang karena adiknya jauh lebih beruntung dari dirinya.Dimulai dari pernikahan yang bertujuan membuat Odelina tenang sehingga memutuskan menikah kilat dengan Stefan, hingga akhirnya sekarang mereka berdua saling mencintai. Odelina yakin kehidupan mereka akan bahagia.Yang paling penting, sebagai keluarga terkaya nomor satu, keluarga Adhitama tidak pernah keberatan dengan latar belakang Olivia. Hal ini tentu merupakan hal yang sangat sulit.Olivia memeluk lengan mertuanya sambil berkata dengan nada manja, “Ma, kami baru saja pulang, aku nggak boleh senang-senang dulu?”Dewi menyentil keningnya dengan sayang dan berkata, “Memangnya kamu masih belum cukup bersenang-senang? Akhir-akhir ini kamu juga nggak begitu sibuk. Selain jaga toko, kebun sayurmu juga ada yang mengurus. Kalian yang seba
“Pembukuan lama sudah disalin ulang, lebih mudah dibaca kembali.”Dewi menjelaskan sambil menunjuk komputer yang ada di meja sambil berkata, “Pembukuannya terlalu banyak. Terlalu repot kalau kamu harus baca satu-satu. Di komputer juga ada salinannya, lebih mudah kamu lihat.”Olivia menatap rak buku tersebut sambil berusaha keras menekan rasa terkejutnya dan bertanya, “Ma, ini semua usaha keluarga kita?”“Iya.”“Nenek bilang hanya beberapa properti yang disewakan dan juga toko retail. Usaha kecil yang perlu aku urus.”Melihat begitu banyak pembukuan, Olivia merasa dirinya tidak akan sanggup memahami seluruh usaha keluarga Adhitama dalam waktu beberapa hari. Olivia juga bukan orang yang memahami pembukuan dan tentu saja merupakan hal yang baru.“Benar, hanya usaha kecil saja. Kamu hanya perlu tahu ada di mana dan siapa yang mengurus usaha itu. Setiap bulan untung atau rugi, akan ada yang mengirimkan laporan keuangan setiap bulannya. Tapi kamu harus mempelajarinya di belakang itu biar ngg
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa
"Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang
Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van
Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s