Stefan berpikir sejenak dan berkata, “Cara seperti itu juga boleh. Tes DNA merupakan cara paling cepat dan juga paling kuat. Besok aku atur orang untuk bawa dia kemari. Nanti kamu dan Hendra tes DNA saja. Bisa dijadikan bukti waktu gugatan nanti biar mereka nggak berkutik. Beda ceritanya kalau Hendra bukan cucu kandung mereka.”“Bagaimana kalau Hendra bukan cucu mereka?” tanya Olivia.Keduanya terdiam hingga akhirnya Stefan berkata, “Kalau gitu langsung DNA dengan kakeknya saja. Dia pasti nggak mau, tapi kita bisa memanfaatkan Hendra. Minta dia cabut sepuluh helai rambut kakekmu. Ingat harus cabut sampai ke akar baru ada hasilnya.”Tidak harus menggunakan darah untuk uji DNA. Hendra merupakan anak paling kecil di keluarganya dan trauma dengan Olivia. Cara paling baik adalah dengan memanfaatkan lelaki itu.Olivia merasa ide Stefan cukup bagus dan berkata, “Kalau begitu ikut saja dengan saran kamu. Kita minta Hendra ambil rambut Kakek dan tes DNA. Begitu hasilnya keluar, kita akan tahu
“Lesti, untung kamu ingatkan, kalau nggak aku bakalan membuat Den Stefan marah besar.”“Kamar Den Stefan sudah didekorasi sesuai permintaan Den belum?” tanya Pak Arif.“Sudah, romantis sekali! Dijamin Non Olivia akan merasa berbeda dan bisa membuat hubungan keduanya semakin bertambah.”Dengan penuh pengharapan Bi Lesti berkata, “Semoga Non Olivia segera dapat kabar baik.”“Kalimat seperti ini cukup kamu katakan di hadapanku saja, jangan sampai di hadapan Non. Nanti Non Olivia tertekan, hubungan mereka juga belum lama, kemungkinan masih mau menikmati masa berdua dulu.”Meski Pak Arif juga menginginkan kehamilan Olivia. Akan tetapi jika manikannya ingin menikmati waktu berdua dulu, sebagai karyawan hanya bisa menunggu saja.“Aku tahu, aku nggak akan bahas hal seperti ini di hadapan Non Olivia. aku jauh lebih berharap Non Olivia dan Den Stefan harmonis dibandingkan kalian semua,” kaya Bi Lesti.Dia menjadi saksi dari perjalanan cinta majikan mudanya itu. Selain itu Bi Lesti juga menjadi s
“Ok!” jawab Stefan penuh sayang.Olivia meletakkan bunga pemberian Stefan ke atas nakas dan mengambil ponselnya. Dia mengambil gambar dan video dari ruangan yang penuh akan cinta Stefan padanya. Setelah selesai, dia tidak lupa mengambil foto dia dan Stefan juga.“Coba lihat ke lantai atas.”Olivia tertawa dan berkata, “Kamar kita juga kamu dekor seperti ini? Pasti sangat indah dan romantis. Aku benar-benar bahagia sekali.”Stefan tertawa sambil menggandeng tangan Olivia dan membawanya naik ke lantai dua. Apa yang Olivia tebak tadi memang tidak salah. Karpet merah mengarah ke depan kamar mereka. Ketika pintu kamar dibuka, senyuman di wajah Olivia semakin merekah. Dekorasi di kamar tidak jauh berbeda dengan di lantai satu, tetapi jauh lebih penuh cinta dan romantis.Di dalam kamar yang begitu romantis, ditambah anggur merah yang manis membuat malam itu menjadi jauh lebih sempurna. Malam itu begitu indah dan hangat.Keesokan harinya Olivia bangun lebih siang dari biasanya. Dia masih terle
Sarah sudah berhasil melahirkan sepasang suami istri yang saling mencintai. Tugasnya selanjutnya adalah berhasil menikahkan cucu-cucunya yang lain. Setelah itu dia tinggal menunggu kesempatan menggendong cicit perempuan.Siapa pun yang ingin mendapatkan hadiah 10 triliun, maka mereka harus melahirkan anak perempuan!Stefan sudah menghabiskan sarapannya dan duduk di sofa ruang tamu. Setelah membaca koran selama 15 menit, lelaki itu bangkit dan bersiap-siap kembali ke kantor. Sebelum pergi, dia tidak lupa mengingatkan Bi Lesti untuk menjaga Olivia. Raut Khawatir lelaki itu membuat Bi Lesti ingin sekali menyarankan Stefan untuk membawa Olivia ke kantor juga.“Dimas.”Sebelum masuk mobil, Stefan mengingatkan Dimas, “Hari ini kamu nggak perlu ikut saya. Ada satu tugas yang harus kamu lakukan. Sekarang kamu cari Hendra dan ancam dia atau bujuk dia dengan cara apa pun. Minta dia ambil sepuluh helai rambut kakeknya dan harus ada akar! Setelah itu simpan ke dalam kantong kecil dan bawa kembali
Yenny langsung menyapukan pandangannya ke sekitar toko dan terlihat kecewa ketika tidak menemukan Russel. Akan tetapi dia memang tidak menunjukkannya secara jelas. Dua orang karyawan baru tidak tahu hubungan antara Roni dengan Odelina sehingga mereka langsung menyambut kedua suami istri itu dengan senyuman.Roni membawa Yenny duduk di sebuah meja kosong dan berkata, “Yenny, istriku, kamu mau makan apa?”Sebelum keluar tadi, Yenny meminta Roni untuk memanggilnya dengan mesra di hadapan Odelina. Meski perempuan itu tidak ada rasa lagi dengan Roni, Yenny masih tetap menganggap Odelina adalah saingannya.“Mungkin dia nggak tenang karena mendapatkan apa yang dia dapatkan dari hasil merebut. Dia selalu khawatir akan direbut lagi oleh orang lain.”“Aku ikut kamu makan apa saja.”Roni menyebutkan pesanannya dan dicatat oleh karyawan toko untuk disiapkan terlebih dahulu.“Kok nggak kelihatan Russel?” tanya Yenny. Roni juga tidak tahu karena seharusnya Russel ada di toko. Jangan-jangan dibawa pe
“Russel ikut om dia pergi.”“Pak Stefan? Bukannya Russel sedang tidur?”“Iya, Stefan bawa dia pergi. Kalau kamu mau jemput Russel, jemput di Adhitama Group saja,” ujar Odelina.“Kalau Russel nggak mau tinggal beberapa hari sama kalian, kalian bisa cari dia di tokonya Olivia kalau mau melihatnya. Aku sibuk dan memang sulit menjaganya. Selanjutnya Russel akan main di tokonya Olivia.”Kening Roni berkerut dan tidak tahu harus berkata apa. Kalau meminta Russel yang memilih, sudah pasti bocah itu akan memilih tantenya dibandingkan ayah kandungnya. Sewaktu dia membujuk putranya beberapa waktu lalu, Russel terlihat sangat senang ketika Roni mengatakan akan membawanya ke kebun binatang.Namun pada akhirnya bocah itu justru pergi dengan Olivia dan tidak mau ke kebun binatang. Roni cukup mengerti kalau sebagai ayah dirinya tidak cukup layak. Meski putranya memanggilnya dengan sebutan ayah, tetapi posisi ayah di dalam hati anaknya justru tidak begitu penting.Roni kembali ke mejanya dan duduk dia
Resepsionis itu tampak menyadarinya dan tertawa sambil berkata, “Tepat sekali! Pasti itu keponakannya Bu Olivia. Nggak nyangka Pak Stefan bisa bawa keponakannya ke kantor. Sepertinya Pak Stefan ingin sekali jadi seorang ayah.”“Atau jangan-jangan Bu Olivia sudah hamil? Jadi Pak Stefan lebih awal menjaga keponakannya sambilan belajar biar nanti siap jadi ayah yang sesungguhnya?”Russel tidur dengan pulas dan tidak terbangun ketika digendong oleh Stefan ke kantornya. Hingga pada akhirnya Stefan meletakkan bocah itu di atas kasur ruang istirahat agar tetap tertidur. Lelaki itu berjongkok untuk melepaskan sepatu Russel kemudian jaket bocah itu. Terakhir dia tidak lupa memasangkan selimut di tubuh Russel.Melihat wajah lucu yang tertidur pulas tersebut membuat hati Stefan meleleh. Dia tidak tahan untuk tidak mengecup wajah Russel sambil berkata, “Russel, melihatmu membuat Om ingin cepat-cepat melahirkan adik buat kamu.”Russel yang berusia tidak sampai tiga tahun itu tidak membalas ucapan S
Daniel tidak berbicara. Dia datang untuk membahas proyek bisnis dengan sahabatnya. Keduanya langsung masuk ke inti pembahasan. Setelah selesai dan ketika Daniel akan pergi, lelaki itu berkata, “Aku masuk dan lihat Russel lagi. Kalau dia sudah bangun, aku bawa dia jalan-jalan di luar.”“Kamu bawa dia? Mungkin dia bakal nangis sampai kamu pusing tujuh keliling. Setelah itu kamu buru-buru antar dia balik ke sini.”Daniel tertegun seketika. Russel selalu tidak suka ketika digendong oleh Daniel. Akan tetapi Daniel tetap memilih untuk masuk ke ruang istirahat lagi. Tidak sampai dua menit lelaki itu berseru, “Stefan, Stefan! Cepat datang!”“Kenapa?”Mendengar seruan lelaki itu membuat Stefan terkejut dan bergegas masuk ke ruang istirahat.“Russel ngompol. Kamu lihat sprei kamu basah semua,” ujar Daniel sambil menunjuk kasur yang ditiduri oleh Russel.Stefan berjalan mendekat sambil membuka jas kerjanya. Setelah itu dia menggendong Russel dan melepaskan celana basah bocah itu. Setelah itu dia
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send
Rosalina tersenyum dan berkata, "Kamu mau makan apa? Aku minta dia buatkan untukmu." "Asalkan masakan Kak Calvin, aku pasti suka," jawab Jordan dengan cepat. "Kalau begitu sudah beres. Selama dia ada di rumah, dia yang selalu memasak. Koki di rumah kita setiap hari khawatir pekerjaannya akan direbut oleh kakak iparmu," kata Rosalina sambil tertawa. Jordan tertawa terbahak-bahak. "Kak, kamu benar-benar beruntung." Kalau bukan karena kakaknya menikah dengan putra keluarga Adhitama, Jordan tidak akan tahu bahwa Calvin begitu pandai memasak. "Aku juga merasa sangat beruntung," jawab Rosalina. Seandainya bisa punya anak lebih awal, itu akan lebih sempurna. Dokter Dharma juga bilang, dua tahun lagi dia bisa hamil secara normal. Selama dia masih memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ibu, dia tidak khawatir. Selama ada takdir, bayi pasti akan datang mencarinya dan Calvin."Istriku, sudah bangun? Cuci tangan, ayo makan!" seru Calvin dari dapur. "Datang!" sahut Rosalina. Jor
Semua ini disebabkan oleh kedua orang tua Rosalina. Biar mereka menyalahkan saja diri mereka sendiri.Rosalina tersenyum dan berkata, "Makin buruk suasana hati mereka, makin bahagia hatiku. Baiklah, besok aku akan menemani Jordan menjenguk mereka di penjara. Bagaimanapun juga, salah satu dari mereka adalah om dan ibu kandungku sendiri. Secara emosional dan moral, aku harus melihat mereka." "Mereka makin nggak mau melihatku, aku justru makin ingin melihat mereka." Calvin berkata, "Kalau begitu, besok aku akan meminta izin sama Kak Stefan, lalu mengantar kalian ke sana. Aku juga mau ikut melihat." Mungkin Sinta akan marah besar. Putri yang paling dia sayangi tidak menikah dengan Calvin, tetapi putri yang paling dia benci justru menjadi permata hati lelaki itu. Mengingat bagaimana Rosalina pernah disakiti, Calvin tertawa dingin. Bahkan jika kedua orang itu sudah menerima hukuman mereka, dia tidak ingin mereka hidup nyaman. Biarkan saja kedua orang itu marah dan merasa tertekan sep
Rosalina berhenti sejenak, menoleh ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya. Setelah yakin, dia merangkul leher Calvin dan langsung mencium bibirnya. Sejak pulang tadi, dia memang sudah ingin memberikan suaminya sebuah ciuman dalam. Namun, karena baru saja masuk rumah dan adiknya juga langsung ikut masuk, dia merasa tidak enak melakukannya. Calvin, yang lebih merindukan istrinya, langsung memeluknya kembali dan memperdalam ciuman itu. Setelah ciuman selesai, Calvin mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya dan berbisik, “Sayang, aku belum puas. Ini baru seperti hidangan pembuka saja.” “Jordan ada di rumah... nanti malam saja,” Rosalina menjawab dengan suara pelan. “Dia memang ada di rumah, tapi dia nggak akan masuk ke kamar kita. Setelah kita kembali nanti, kalau dia ada di lantai bawah, kita langsung naik ke atas. Kalau dia di atas, kita kunci pintu kamar. Dia cukup tahu diri untuk nggak sembarangan mengetuk pintu.” “Aku tidak bisa menunggu sampai malam, aku su
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa
Rosalina berkata, “Lebih baik kamu bekerja di perusahaan keluarga kita saja. Perusahaan itu juga ada bagianmu. Gunakan liburan untuk bekerja, kumpulkan pengalaman kerja. Setelah lulus nanti, kalau tidak berniat melanjutkan pendidikan, kamu bisa mulai dari posisi dasar.” “Lebih baik kamu merasakan susahnya bekerja sejak dini.” Adhitama Group memiliki standar yang sangat tinggi. Bahkan para tuan muda keluarga Adhitama sendiri tidak bisa langsung bekerja di kantor pusat saat pertama kali terjun ke dunia kerja. Rosalina tidak ingin adiknya menggunakan status adik iparnya Calvin untuk masuk Adhitama Group. Hal itu bisa menimbulkan pembicaraan buruk dan dianggap tidak adil bagi banyak orang. Meskipun, memang di dunia ini keadilan tidak selalu ada. Namun, dia tetap memutuskan agar adiknya bekerja di Siahaan Group. Bagaimanapun, perusahaan itu juga ada bagian untuk Jordan. “Bukannya sebentar lagi tahun baru? Kalau tiket kereta cepat sulit didapat, bagaimana?” kata Calvin, menunjukkan
“Cepat sekali sudah libur musim dingin.” Rosalina memeriksa adiknya. Melihat adiknya tidak terlihat kurus, malah tampak lebih tegap dan sedikit lebih dewasa dibanding sebelumnya, dia merasa sangat puas dengan perubahan adiknya setelah masuk universitas. “Iya, begitu libur, aku langsung beres-beres barang dan naik kereta cepat untuk pulang. Begitu sampai di rumah dan melihat mobil Kakak ada di sini, aku tanya ke pengurus rumah. Katanya Kakak baru pulang dari kantor. Kakak, semuanya baik-baik saja, 'kan?” Bisnis keluarga Siahaan juga ada sebagian untuk Jordan, tetapi dia sangat percaya pada kakaknya sehingga pemuda tu hanya bertanya sekilas. Dalam hal bisnis, dia masih belum paham dan tidak punya pengalaman, jadi dia tidak banyak bertanya. “Semuanya berjalan lancar. Yang penting kamu sudah pulang. Cuci tangan dulu, kita makan bersama. Kakak juga baru saja sampai rumah.” Beberapa menit kemudian, setelah Calvin mengambilkan beberapa lauk untuk istrinya dengan sumpit khusus, dia be
Rosalina tersenyum kecil, “Kalau Papa dan Mama dengar ucapanmu, mereka pasti sedih dan bilang kalau kamu nggak punya hati.” “Kenapa Papa dan Mama nggak sayang kamu? Justru karena mereka sayang sama kamu, mereka jadi baik sekali padaku. Ini yang disebut 'karena cinta seseorang, maka mencintai hal-hal yang berkaitan dengannya’.” Memang benar, mertua sangat menyayanginya, tetapi itu juga karena dia adalah menantu mereka. Kedua mertuanya sangat menyayangi anak laki-lakinya, dan berharap keluarga kecilnya Bahagia. Oleh karena itu, mereka sangat baik pada Rosalina. Rosalina berpikir, Tuhan masih baik padanya. Setelah menderita lebih dari dua puluh tahun, akhirnya dia diberi kehangatan. Tuhan mengizinkannya menikah dengan Calvin dadn memiliki mertua yang menyayanginya seperti anak kandung. Di sisa hidupnya, dia tidak perlu khawatir lagi menghadapi badai kehidupan. Ada keluarga suaminya yang menjadi sandarannya serta melindunginya dari segala masalah. Perempuan itu sangat berterima ka
Calvin ingin menjemput Rosalina di bandara, tapi Rosalina tidak mengizinkannya pergi. Rosalina pulang bersama pengawalnya. Rosalina bilang dia sudah bisa melihat. Calvin tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Biar dia bisa jadi lebih mandiri.Baiklah, Calvin hanya bisa menuruti apa kata istrinya. Kebetulan dia juga sangat sibuk. Rosalina perhatian padanya, tidak butuh Calvin jemput di bandara. Calvin pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menunggu Rosalina.Calvin sudah menyiapkan satu meja penuh dengan makanan favorit istrinya. Rosalina sudah makan di pesawat. Namun sesampainya di rumah, dia sudah lapar lagi. Jarak bandara dan rumahnya agak jauh.Entah kapan hujan yang menetes di luar berhenti. Akan tetapi, ada air di mana-mana. Langit masih mendung. Suhu lebih rendah dibandingkan tadi pagi.Begitu mendengar suara mobil, Calvin langsung keluar untuk menyambut Rosalina. Tepat saat Rosalina keluar dari mobil, Calvin pun segera menuruni tangga sambil tersenyum. “Sud