Sudah larut malam, Andriana baru saja pulang dari klub bersama teman-temannya. Gadis itu mengendarai mobil dengan keadaan mabuk, buruk sekali kepribadian Andriana yang masih sekolah menengah. Mengawasi jalanan cukup sadar mungkin tidak terlalu banyak tetap saja dia sedang mabuk. Melihat sekelilingnya jalanan sepi, teman-temannya memilih untuk menginap di rumah ke apartemen mereka. Karena Andriana masih memiliki rasa takut dengan kakaknya, gadis itu harus pulang meski keadaannya seperti ini.
Di tengah perjalanan Andriana melihat orang tergeletak di tengah jalan seperti habis tabrak lari. Gadis itu berhenti mencoba keluar melihat korban, tanpa dia berpikir kalau ini adalah sebuah jebakan untuk menjebaknya. Sialnya, Ada komplotan begal keluar. Mereka memakai baju serba hitam sambil membawa balok kayu dan senjata tajam menodong Andriana menyuruh gadis itu keluar.
Seseorang yang tergeletak di aspal tersebut langsung bangun, menyeringai ke arah Andriana. Gadis itu langsung masuk ke dalam mobilnya, namun tidak ada kesempatan karena pergelangan tangan gadis itu sudah dicekal oleh salah satu dari penjahat.
Andriana memberontak menendang dari belakang serta menyikut lelaki itu dengan kasar sayangnya ia tidak terlalu jago bela diri. Tetapi Andriana berusaha menghajar orang ini, mencari kesempatan untuk kabur tapi para lelaki kekar itu tidak akan membiarkan mangsanya pergi.
"Beraninya kau melawanku!" Lelaki itu menampar Andriana dengan kasar sambil mendorong gadis itu agar jatuh ke aspal.
"Ais, pria tua sialan!" Andriana mengumpat kasar. Yang lain sibuk dengan mengambil barang-barang di dalam mobil. Dan kedua lelaki itu ingin melakukan pelecehan pada Andriana, sebisa mungkin Andriana melawan alhasil tangannya terkilir akibat pemaksaan dari mereka.
"Kamu tidak akan bisa melakukan apapun, lihatlah kau hanya wanita lemah!" Pria itu memandang remeh sembari melepaskan ikat pinggang untuk melepaskan celana hitamnya.
"Sialan! Bajingan kalian semua!" Maki Andriana. Berharap ada seseorang yang lewat dan membantunya sekarang kalau tidak semua masa depan Andriana hilang dalam sekejap. Meskipun mabuk dia tetap tidak kehilangan akal atau kendali menyelamatkan dirinya dari begal-begal gila ini.
Sebejat apapun kelakuannya ia tetap menjaga mahkotanya sampai benar-benar melakukannya bersama suami. Bukan untuk manusia tidak tahu diri seperti orang-orang gila ini sangat menjijikan.
Bugh ... Bugh! Hantaman keras dari seseorang mengenai salah satu begal. Lelaki itu juga terlihat sedang mabuk, Andriana langsung mencari kesempatan menendang area sensitif begal tersebut. "Rasakan!" Setelah berhasil begal itu langsung gulung-gulung kesakitan merasakan benda paling berharga berdenyut nyeri.
Andriana mengambil balok kayu yang tergeletak di tanah lalu memukuli mereka satu-persatu. Tapi, dari belakang Andriana kembali diserang hingga pingsan. "Lebih baik kamu mati saja gadis kecil." Berhasil membuat Andriana pingsan, akhirnya ada seseorang datang menyerang lelaki yang telah memukul gadis itu dengan balok.
"Beraninya kau menyakiti perempuan!" Tendangan kasar dari laki-laki yang memakai tuxedo hitam tanpa dasi yang rapi. Mabuk, kesempatannya untuk menghajar orang hingga lenyap. Lelaki itu menghajar begal itu dengan brutal/kasar, tidak ada jeda sekalipun.
Mereka semua kocar-kacir ketika ada suara mobil polisi datang, ternyata Andriana hanya pura-pura pingsan dan tangannya bermain ponsel menghidupkan suara di mobilnya. Gadis itu terkekeh, lalu menghampiri pria yang menolongnya.
"Permisi. Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Andriana.
"Aku baik-baik saja. Bantu aku berdiri," ucap lelaki itu meminta Andriana untuk membantunya berdiri.
"Apa perlu aku mengantarkanmu pulang?" tanya lelaki itu menawarkan diri kepada Andriana sembari tersenyum, namun Andriana menggelengkan kepalanya pertanda menolak tawaran dari lelaki itu.
"Sebelumnya, terimakasih telah membantuku. Tapi, aku bisa pulang sendiri." Tolaknya. Andriana membalas senyuman dari lelaki itu.
"Oh, baiklah. Hati-hati ya," balas lelaki itu.
***
Marvelino tengah meeting besar-besaran karena perusahaannya sedang dalam masalah. Beberapa client nya menipu Marvelino dengan jumlah uang miliyaran dan hampir 60% dari perusahannya. Orang yang terlibat meminta pertanggung jawaban darinya. Untung lelaki itu mendapat solusi dari rekan kerjanya untuk berhutang saham kepada Tuan Mahendra Jonny. Mungkin ini satu-satunya cara untuk memulihkan perusahaannya.
Tuan Mahendra Jonny adalah pengusaha sukses, kaya raya dan Marvelino juga mengenalinya. Setelah itu ia meminta sekertaris nya untuk menghubungi Mahendra, untung saja mendapat respon yang sangat baik dan sedia membantu perusahaannya.
Namun anehnya, Mahendra ingin bertemu secara pribadi dengan Marvelino ada hal penting yang harus dibicarakan lagi. Ia mengiyakannya karena Mahendra sudah bersedia membantunya dengan suka rela.
"Baiklah, untuk saat ini saya akan mengurus masalah ini ke jalur hukum. Penipuan ini sangat merugikan kita, jadi kita bahas kembali besok." Marvelino membubarkan rekan bisnisnya.
"Pak, sepertinya Tuan Mahendra akan datang." ujar Kristal sekertaris cantik yang selalu setia dengan Bosnya.
"Lebih cepat lebih baik, bukan?"
"Siapkan saja semuanya, kita akan bertemu secara pribadi dengannya. Dan jangan ada yang salah Kristal ini sangat penting," ucap Marvelino. Kristal segera keluar dari ruangan Bosnya. Sudah biasa mendapat bentakan, umpatan dari Marvelino jadi Kristal sudah kebal akan hal itu.
__
Pertemuannya dengan Mahendra sudah berjalan lancar tidak ada hambatan. Beliau benar-benar bersedia membantu Marvelino yang sedang dalam masalah. Namun, ada syarat yang membuat Marvelino keberatan kenapa harus anaknya yang menjadi jaminannya? Mahendra mengetahui temannya ini memiliki seorang anak perempuan.
Pria itu meminta Marvelino untuk menyerahkan Andriana kepadanya. Tentu saja Marvelino tidak bisa menjawabnya sekarang, apa mungkin Andriana akan dijadikan istri ke 2 oleh Tuan Mahendra. "Bagaimana bisa anakku yang masih belum cukup umur akan aku berikan pada lelaki itu?!" gumam Marvelino yang baru saja kembali ke ruangannya.
Marvelino benar-benar tidak mengerti harus apa, Andriana tidak mungkin mau diserahkan oleh Pria paruh baya itu. Umurnya sangat jauh sekali, sudah jelas Andriana memilih kabur kalau harus menikah dengan Pria tua seperti Tuan Mahendra.
"Permisi, Pak. Ada sesuatu yang harus saya beritahu." Sekertaris Kristal masuk ke dalam ruangan lalu memberikan notebook nya kepada Marvelino. Wanita itu menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan Tuan Mahendra bukan menjadikan Andriana sebagai istrinya tapi untuk calon istri anaknya.
"Beliau ingin kalau anaknya Tuan menikah dengan anak sulungnya. Yang bernama Daniel Ariston Mahendra. Pengusaha muda tampan memiliki kharisma yang luar biasa dan ia masih sangat muda." Putra sulung Mahendra memang sangat tampan, ketika Marvelino melihat foto-foto pria muda itu memang cocok untuk putrinya.
"Sementara ada pertemuan kembali bersama Tuan Mahendra besok malam, beliau ingin berkenalan dengan Nona Andriana." Marvelino mengernyitkan alisnya. Ia sudah pusing duluan kalau soal merayu Andriana untuk ikut datang bersamanya.
Melihat foto Daniel memiliki paras tampan dan terlihat sudah cukup dewasa. Apakah mungkin Andriana bisa berubah jika menikah dengan Daniel. Kalau seperti ini persyaratannya, Marvelino tidak keberatan.
"Baiklah. Atur pertemuan kita besok saya akan membaca Andriana juga," kata Marvelino.
"Saya harap ini rahasia kita berdua. Jangan sampai kabar menyebar di berita atau artikel lainnya," lanjut Massimo.
"Baik, Pak." Kristal mengiyakannya. Setelah itu Kristal keluar dari ruangan Marvelino untuk melanjutkan pekerjaan.
Marvelino melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Andriana Marvelia Metha akan menjadi menantu Tuan Mahendra? Apakah mungkin gadis itu bersedia menikah dengan Daniel yang umurnya terpaut cukup jauh. Jika Marvelino membicarakan ini baik-baik dengan Andriana mungkin saja anak itu akan memahaminya.
_
"Apa?!" Spontan Andriana menyentak matanya menatap Ayahnya nanar. "Kenapa tiba-tiba ada perjodohan?"
"Ayah ingin bicara serius denganmu," ucap Marvelino setelah duduk di samping putrinya. Lelaki itu akan menjelaskan semuanya kepada Andriana tentang masalah kantor dan perjodohan."Apa itu?" Gadis yang biasa di panggil Riana merespon Ayahnya dengan baik. "Pertama, ada masalah di kantor. Kedua, Ayah ditipu oleh rekan kerja Ayah sendiri sehingga kehilangan uang tunai sekitar 1 milyar dan ketiga, Ayah meminta bantuan kepada Tuan Mahendra Jonny. Sementara itu, tidak ada yang gratis untuk masalah ini karena beliau ingin menjadikan kamu sebagai menantunya." Marvelino langsung ke poin masalahnya. Dia tidak mau bertele-tele ketika mengatakan hal ini kepada putrinya."Pernikahan ini, hanya pernikahan kontrak atau bersifat sementara tergantung kalian juga nantinya." "Apa?!" Spontan Andriana menyentak matanya menatap Ayahnya nanar. "Kenapa tiba-tiba ada perjodohan?""Nak, ini demi keluarga kita. Perusahaan Ayah sedang malam masalah, banyak karyawan yang harus Ayah gaji, belum lagi biaya kuliah
"Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?" Andriana menoleh. Benar, pria ini yang menolongnya pada malam itu. "Lalu? Aku sudah berterima kasih kepadamu," balas Andriana dengan begitu dingin. Raut wajahnya terlihat cuek, serasa tidak ingin berbicara dengan Daniel."Jangan terlalu angkuh. Aku semakin suka dengan wajahmu yang cantik itu," celetuk Daniel. Rasanya menggelitik saat lelaki itu meraih pinggul Andriana. "Belum waktunya berdansa! Jangan menyentuhku!" Peringat Andriana. Daniel mulai beraksi dan tidak semudah itu melepaskan mangsanya. "Kamu akan menjadi istri ku. Sementara orang-orang di sini hanya mengetahui kedekatan kita saja. Andriana, ingatlah dirimu sudah menjadi milikku!" Daniel berbisik tepat di telinga Andriana. Deru nafas membuat lehernya terasa agresif. "Lelaki ini pintar membuatku terangsang! Sialan," cetusnya dalam hati. Andriana tidak bisa berkutik sekarang. Daniel akan membawanya ke suatu tempat. "Kamu harus ikut denganku. Bibir sexy itu membuatku tergoda!" Da
Andriana terdiam. Melihat kakaknya yang sedang menikmati sarapan paginya sembari bermain game. Kenapa bukan Mark yang dijodohkan? Ya mana mungkin dijodohkan dengan Daniel, pikiran Andriana kadang suka eror."Kalau Bunda masih hidup, perjodohan ini tidak akan pernah ada! Ayah pasti mencari jalan lain," gumamnya. Andriana beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamarnya. "Andriana, kamu harus belajar tentang kehidupan yang kamu jalani saat ini. Di dunia ini tidak ada yang gratis, kita hidup sekarang bergantung sama kamu. Kalau kamu membatalkan pernikahan ini pasti kita bakal jatuh miskin dan Ayah menjadi bahan kesempatan mereka yang sedang korupsi. Apa kamu mau?" Mark menjelaskan kepada Andriana bagaimana setelahnya? Pasti mereka akan jatuh miskin."Aku tidak mau. Tapi, kenapa harus aku? Tidak ada cara lain, ya?" "Ini adalah pernikahan kontrak, kamu bebas buat peraturan apa saja dengan Daniel. Mungkin, Daniel akan melakukan hal yang sama." Mark memberikan arahan kepada Andriana yang p
Andriana terdiam. Melihat kakaknya yang sedang menikmati sarapan paginya sembari bermain game. Kenapa bukan Mark yang dijodohkan? Ya mana mungkin dijodohkan dengan Daniel, pikiran Andriana kadang suka eror."Kalau Bunda masih hidup, perjodohan ini tidak akan pernah ada! Ayah pasti mencari jalan lain," gumamnya. Andriana beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamarnya. "Andriana, kamu harus belajar tentang kehidupan yang kamu jalani saat ini. Di dunia ini tidak ada yang gratis, kita hidup sekarang bergantung sama kamu. Kalau kamu membatalkan pernikahan ini pasti kita bakal jatuh miskin dan Ayah menjadi bahan kesempatan mereka yang sedang korupsi. Apa kamu mau?" Mark menjelaskan kepada Andriana bagaimana setelahnya? Pasti mereka akan jatuh miskin."Aku tidak mau. Tapi, kenapa harus aku? Tidak ada cara lain, ya?" "Ini adalah pernikahan kontrak, kamu bebas buat peraturan apa saja dengan Daniel. Mungkin, Daniel akan melakukan hal yang sama." Mark memberikan arahan kepada Andriana yang p
"Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?" Andriana menoleh. Benar, pria ini yang menolongnya pada malam itu. "Lalu? Aku sudah berterima kasih kepadamu," balas Andriana dengan begitu dingin. Raut wajahnya terlihat cuek, serasa tidak ingin berbicara dengan Daniel."Jangan terlalu angkuh. Aku semakin suka dengan wajahmu yang cantik itu," celetuk Daniel. Rasanya menggelitik saat lelaki itu meraih pinggul Andriana. "Belum waktunya berdansa! Jangan menyentuhku!" Peringat Andriana. Daniel mulai beraksi dan tidak semudah itu melepaskan mangsanya. "Kamu akan menjadi istri ku. Sementara orang-orang di sini hanya mengetahui kedekatan kita saja. Andriana, ingatlah dirimu sudah menjadi milikku!" Daniel berbisik tepat di telinga Andriana. Deru nafas membuat lehernya terasa agresif. "Lelaki ini pintar membuatku terangsang! Sialan," cetusnya dalam hati. Andriana tidak bisa berkutik sekarang. Daniel akan membawanya ke suatu tempat. "Kamu harus ikut denganku. Bibir sexy itu membuatku tergoda!" Da
"Ayah ingin bicara serius denganmu," ucap Marvelino setelah duduk di samping putrinya. Lelaki itu akan menjelaskan semuanya kepada Andriana tentang masalah kantor dan perjodohan."Apa itu?" Gadis yang biasa di panggil Riana merespon Ayahnya dengan baik. "Pertama, ada masalah di kantor. Kedua, Ayah ditipu oleh rekan kerja Ayah sendiri sehingga kehilangan uang tunai sekitar 1 milyar dan ketiga, Ayah meminta bantuan kepada Tuan Mahendra Jonny. Sementara itu, tidak ada yang gratis untuk masalah ini karena beliau ingin menjadikan kamu sebagai menantunya." Marvelino langsung ke poin masalahnya. Dia tidak mau bertele-tele ketika mengatakan hal ini kepada putrinya."Pernikahan ini, hanya pernikahan kontrak atau bersifat sementara tergantung kalian juga nantinya." "Apa?!" Spontan Andriana menyentak matanya menatap Ayahnya nanar. "Kenapa tiba-tiba ada perjodohan?""Nak, ini demi keluarga kita. Perusahaan Ayah sedang malam masalah, banyak karyawan yang harus Ayah gaji, belum lagi biaya kuliah
Sudah larut malam, Andriana baru saja pulang dari klub bersama teman-temannya. Gadis itu mengendarai mobil dengan keadaan mabuk, buruk sekali kepribadian Andriana yang masih sekolah menengah. Mengawasi jalanan cukup sadar mungkin tidak terlalu banyak tetap saja dia sedang mabuk. Melihat sekelilingnya jalanan sepi, teman-temannya memilih untuk menginap di rumah ke apartemen mereka. Karena Andriana masih memiliki rasa takut dengan kakaknya, gadis itu harus pulang meski keadaannya seperti ini. Di tengah perjalanan Andriana melihat orang tergeletak di tengah jalan seperti habis tabrak lari. Gadis itu berhenti mencoba keluar melihat korban, tanpa dia berpikir kalau ini adalah sebuah jebakan untuk menjebaknya. Sialnya, Ada komplotan begal keluar. Mereka memakai baju serba hitam sambil membawa balok kayu dan senjata tajam menodong Andriana menyuruh gadis itu keluar. Seseorang yang tergeletak di aspal tersebut langsung bangun, menyeringai ke arah Andriana. Gadis itu langsung masuk ke dalam