Alfian yang merasa begitu terkejut langsung melepaskan penyatuan antara dirinya dan Cassandra dengan kasar, lelaki itu mengacak rambutnya frustasi kemudian melangkah menuju ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air shower agar emosi yang bergejolak dalam batinnya saat ini dapat mereda. Apa ini, Cassandra yang ia pikir seorang gadis polos ternyata sudah tidak suci lagi.
"Apa jangan-jangan semua yang dibilang Dira tadi benar adanya, Cassandra adalah wanita murahan?" Batin Alfian dalam hati.Prasangka buruk itu tiba-tiba melintas, membuat Alfian merasa semakin frustasi. Lelaki itu menjaga dirinya agar sang istri menjadi yang pertama, tapi apa yang ia dapat. Cassandra telah membohonginya.Sedangkan Cassandra hanya bisa menggigit bibir bawahnya sembari menatap punggung sang suami yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Wanita itu segera menutupi tubuh polosnya dengan selimut, air mata mulai menetes di pipi mulus nan putih milik Cassandra.Hampir tiga puluh menit berlalu, Alfian keluar dari kamar mandi dengan wajah merah penuh amarah. Matanya menatap Cassandra dengan pandangan yang sulit diartikan. Perlahan, Alfian melangkah dan menghenyak di sisi ranjang. Menatap sang istri yang masih menangis karena perlakuannya tadi."Kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau kamu sudah nggak perawan, Cassandra? Aku menjaga diriku selama ini agar istriku menjadi orang pertama yang mendapatkannya, tapi kamu ...." Alfian tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya, lelaki itu masih belum bisa menerima kenyataan jika Cassandra Amalia. Wanita yang ia anggap polos ternyata sudah tidak suci lagi saat menikah dengannya.Wanita cantik itu kian terisak dan memilih memutar badannya memunggungi sang suami sembari memutar otak. Memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan pada sang suami."Katakan Cassandra, katakan kenapa kamu tidak jujur padaku sejak awal? Apa kamu memang sengaja membohongiku? Atau jangan-jangan yang dikatakan Dira tadi semuanya benar?" cecar Alfian dengan suara yang mulai meninggi, emosinya benar-benar sudah di ubun-ubun. Bahkan lelaki itu tak lagi peduli jika saat ini Cassandra belum memakai kembali pakaiannya.Cassandra yang mendengar tuduhan bertubi-tubi dari sang suami segera menghapus air mata di pipinya dengan kasar. Wanita itu bangkit dari posisinya dan menyandarkan tubuhnya yang hanya ditutupi selimut itu ke kepala ranjang."Mas, bukankah kamu sendiri yang selalu bilang akan menerimaku apa adanya. Bahkan setiap aku akan menceritakan segala masa laluku, kamu selalu berkata itu semua tidak penting. Karena itu, aku pikir kamu juga bisa menerima semua kekuranganku. Dan asal kamu tahu saja, Mas. Aku jadi begini juga bukan mauku," teriak Casaandra histeris, air mata kembali menetes di pipi wanita itu."Kalau bukan maumu lalu mau siapa? Hah?" balas Alfian tak mau kalah."A- aku, aku kehilangan kesucianku karena aku dirudapaksa oleh teman almarhum ayahku, Mas," tangis Cassandra kian menjadi hingga terdengar di telinga Bu Yuni yang tengah beristirahat di dalam kamarnya.Wanita paruh baya itu khawatir mendengar suara keributan dari kamar dan langsung melangkah lebar menghampiri sepasang pengantin baru itu. Pintu yang dikunci dari dalam membuat wanita paruh baya itu kian panik."Alfian, Cassandra, ada apa, Nak? Kenapa Cassandra menangis sampai seperti itu? Alfian, buka pintunya!" teriak Bu Yuni yang tak berhenti mengetuk pintu kamar putranya.Alfian yang mendengar suara panik sang ibu langsung beranjak untuk membukakan pintu tanpa memikirkan Cassandra yang masih belum sempat memakai baju dan hanya menutupi tubuhnya dengan selimut. Mata Bu Yuni membola sempurna melihat penampilan sang menantu yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang tanpa mengenakan pakaiannya, rambut berantakan dengan wajah yang dipenuhi air mata membuat wanita paruh baya itu geleng-geleng kepala."Cassandra, kenapa penampilan kamu seperti itu, Nak. Alfian, apa yang sudah kamu lakukan pada istrimu. Ini masih siang dan kamu sudah mau minta istrimu menunaikan kewajibannya?" cerocos Bu Yuni menatap tajam ke arah putranya.Alfian dengan terpaksa menjelaskan apa yang telah terjadi termasuk soal pengakuan Cassandra yang telah dirudapaksa oleh sahabat almarhum ayahnya. Bu Yuni membekap mulutnya sendiri setelah mendengar penjelasan dari putranya, tak habis pikir mengapa kehidupan menantunya begitu menyedihkan. Perlahan, wanita paruh baya itu mendekat dan merengkuh tubuh Cassandra ke dalam pelukannya."Cassandra, apakah benar semua yang telah dikatakan oleh Alfian tadi, Nak? Bagaimana bisa sahabat ayahmu melakukan hal sekeji itu padamu?" tanya Bu Yuni sembari membelai lembut puncak kepala sang menantu.Cassandra mengurai pelukan itu, menatap wajah Alfian dan Bu Yuni secara bergantian. Air mata masih belum mau berhenti mengalir dari kedua netra indah itu."Dulu sahabat ayah yang bantu biaya sekolah Cassandra setelah ayah meninggal, Bu. Sampai suatu saat Cassandra jatuh sakit dan dia yang merawat Cassandra." Wanita muda itu menjeda untuk menyeka kedua sudut mata yang basah."Waktu itu Cassandra juga nggak menyangka kalau saat Cassandra sakit dan nggak berdaya, dia malah tega melakukan hal sekeji itu. Sekarang Cassandra sadar kalau Cassandra memang wanita kotor, Bu. Kalau memang Mas Alfian tidak bisa menerima Cassandra, nggak apa-apa. Cassandra cukup tahu diri.""Maksud kamu apa Cassandra?" tanya Bu Yuni seraya menaikan sebelah alisnya menatap wanita cantik itu."Bu, Cassandra ini wanita kotor. Wanita rusak, jadi kalau memang Mas Alfian tidak bisa menerima keadaan ini maka Cassandra akan pergi dari sini. Lalu, Mas Alfian bisa langsung mentalak Cassandra sekarang juga," tegas Cassandra menatap tajam wajah sang suami yang tadi sudah menuduhnya macam-macam.Alfian yang sedari tadi hanya diam membisu tiba-tiba memeluk tubuh Cassandra dengan erat. Lelaki itu menyesal telah berbicara kasar pada sang istri tanpa meminta penjelasan secara baik-baik."Maafkan aku Cassandra, aku tak tahu kalau hidupmu semenderita itu. Aku mencintai kamu, aku akan tetap menerima kamu sebagai istriku. Lagi pula ini bukan salahmu, kamu hanya korban dari nafsu biadap sahabat ayahmu itu," ucap Alfian setelah mengurai pelukannya.Kini, mata Cassandra beralih pada sosok Bu Yuni yang juga ikut meneteskan air mata."Ibu, apakah Ibu mau menerima wanita kotor sepertiku sebagai menantu?" tanya Cassandra meminta pendapat wanita paruh baya itu."Tentu saja Cassandra, kamu tidak kotor, Nak. Kamu hanya sebagai korban, kamu tetap menantu yang Ibu sayangi.""Terima kasih, Bu. Cassandra beruntung sekali memiliki suami dan mertua sebaik kalian.""Sama-sama, Nak. Sekarang kamu istirahat ya, Ibu akan masak makan malam spesial untuk kalian berdua."Alfian dan Cassandra mengangguk, Bu Yuni segera bergegas keluar dari kamar itu. Membiarkan anak dan menantunya untuk beristirahat.Kini, hanya tinggal Alfian dan Cassandra yang berada di dalam kamar itu, Cassandra kembali merangsek masuk ke dalam pelukan sang suami. Alfian membalas pelukan itu dan menge- cup puncak kepala sang istri penuh kasih sayang."Cassandra, sekarang kamu istirahat ya. Kamu pasti lelah sekali, apalagi aku sudah membuatmu menangis seperti tadi," titah Alfian pada sang istri.Kepala Cassandra mendongak, menatap dalam ke arah manik mata sang suami yang begitu teduh dan menenangkan."Apa kamu tidak jadi meminta hakmu padaku, Mas? Atau ... karena kamu masih merasa jijik padaku?"Alfian segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir sang istri, "Sssstt, aku akan memintanya nanti malam, sekarang kita istirahat dulu ya."Lelaki itu membantu sang istri untuk mengenakan kembali pakaiannya sembari menahan hasrat melihat keindahan bentuk tubuh kekasih halalnya. Alfian kembali menarik selimut untuk menutupi tubuh Cassandra. Membiarkan sang istri tidur dengan berbantalkan lengan kekar miliknya.Baru saja Casaandra hendak memejamkan mata, suara deringan handphone memaksa wanita itu untuk kembali membuka mata."Siapa sih, ganggu orang istirahat aja," kesal Cassandra sembari mencari-cari benda pipih di dalam tas miliknya."Diangkat dulu aja sayang, siapa tahu penting," sahut Alfian yang juga belum terlelap sepenuhnya.Mata Cassandra memincing menatap nomor tak dikenal yang terpampang di layar benda pipih miliknya. Wanita itu segera menggeser icon berwarna hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya."Hallo, siapa ini?""Cassandra, berani-beraninya kamu menikah setelah menggugurkan anakku. Jangan harap kamu akan bahagia setelah ini, kamu harus kembali kepadaku."Seketika mata Cassandra membola dengan sempurna karena mendengar suara bariton yang bernada ancaman dari ujung telepon. Tentu saja wanita itu bisa mengenali siapa yang tengah meneleponnya. Namun, Cassandra memilih untuk segera mematikan panggilan itu secara sepihak karena tak ingin sang suami kembali menaruh curiga kepadanya. Buru-buru ia meletakkan gawainya ke atas nakas dan kembali merebahkan diri di samping sang suami."Siapa yang telepon, Sayang? Kok langsung dimatiin gitu?" Pertanyaan Alfian berhasil membuat wanita itu sedikit tergagap."Eh, bukan siapa-siapa kok, Mas. Salah sambung sepertinya," bohong Cassandra yang langsung pura-pura memejamkan mata agar tak mendapat lebih banyak pertanyaan dari sang suami.Alfian ikut terlelap sembari memeluk tubuh ramping sang istri. Pasangan pengantin baru itu terbangun kala mendengar suara pintu kamar yang diketuk oleh Bu Yuni untuk mengajak keduanya makan malam bersama."Alfian, Cassandra. Ayo kita makan malam, Nak," sorak Bu Yuni dari bal
Suara pintu yang dibuka dari luar membuat wanita cantik itu tersadar dari lamunan. Dengan kasar, Cassandra menghapus jejak air mata di pipinya. Alfian mendekat dan ikut menghenyak di sisi ranjang, menatap wajah sembab sang istri dengan rasa kasihan."Sayang, kamu masih shock ya sama kejadian tadi?" tanya Alfian pada istri cantiknya itu."Ti-tidak kok, Mas. Aku hanya tak habis pikir, kenapa ada yang tega melakukan hal seperti itu pada kita," kilah Cassandra berusaha menutupi rasa gugup."Entahlah sayang, aku juga tak habis pikir. Siapa yang bisa melakukan hal sekeji itu.""A-apa mungkin ini semua ulah Dira ya, Mas. Tadi siang dia kelihatan marah banget sama aku." Celetukan Cassandra membuat Alfian sedikit terkejut, bagaimana mungkin istrinya bisa berpikiran seperti itu. Alfian tahu betul watak Dira, tak mungkin gadis itu bisa melakukan ini semua."Aduh, Sayang. Itu nggak mungkin banget, Dira bukan tipe orang pendendam seperti itu. Meskipun judes tapi sebenarnya dia baik banget lho." Al
Sungguh Cassandra tak pernah menyangka jika lelaki yang saat ini sedang membekap dirinya adalah Randa Maulana, mantan kekasihnya. Ah bukan, lebih tepatnya mantan sugar daddy yang selama ini mencukupi semua kebutuhannya."Hai Cassandra, jangan berteriak atau aku akan melakukan sesuatu yang lebih nekat dari ini," ancam lelaki itu tepat di telinga Cassandra, wanita itu bergidik ngeri mendengar suara dingin Randa yang dulu selalu menjadi candu untuknya.Perlahan, Cassandra memutuskan untuk menganggukkan kepalanya karena ia tahu pasti jika Randa tak pernah main-main dengan ancamanya. Lelaki itu segera melepaskan tangannya dan menatap ke arah Cassandra dengan pandangan amarah sekaligus nafsu."Aku ingin dirimu sekarang juga," ucap Randa yang semakin mengikis jarak di antara keduanya."Ta-tapi kita sudah selesai, Mas. Dan suamiku su ... embh ..." Kalimat Cassandra terhenti karena Randa sudah menyumpal bibir wanita itu dengan bibirnya.Casasandra mencoba menolak dengan berusaha memalingkan wa
Dada Cassandra seketika bergemuruh kala mendengar kata "mantan" yang terlontar dari bibir Randa. Matanya langsung tertuju pada sosok sang suami yang tengah menautkan kedua alisnya dengan wajah bingung."Mantan?" Alfian mengulang kata itu penuh penakanan."Iya, Mas. Pak Randa ini mantan, mantan bos aku. Aku dulu kerja sebagai sekretaris di kantor beliau ini," dusta Cassandra membuat Randa tersenyum miring.Seketika Alfian menghembuskan napas lega. Hampir saja lelaki itu berpikiran negatif pada sang istri jika saja Cassandra tak buru-buru memberikan penjelasan padanya."Oalah, mantan bos. Hampir saja aku berpikir kalau kalian ini mantan kekasih, tapi mana mungkin. Om Randa kan sangat mencintai almarhum tante Rina," kelakar Alfian kemudian tertawa."Ya, kamu benar Alfian. Cassandra ini sekretaris terbaik dan multitalenta yang pernah saya miliki," puji Randa dengan ekor mata melirik ke arah wanita yang hanya bisa menundukan kepalanya di sebelah Alfian.Cassandra menarik ujung kemeja Alfia
Bola mata Cassandra seketika membola setelah mendengar celetukan dari sang suami. Lagi-lagi wanita itu harus memutar otak agar Alfian tak curiga dengan permainanya dan Randa."Kan Mas sendiri yang buat itu, kok malah tanya ke aku sih?" Wanita itu berusaha bersikap sesantai mungkin agar Alfian tak semakin curiga.Alfian terdiam sejenak, bahkan mata lelaki itu memincing. Jari telunjuknya menari-nari menelusuri noda merah di dada sang istri hingga membuat Cassandra memejamkan mata karena sensasi geli yang dibuat oleh sang suami."Aku seperti tak merasa jika sydah membuat sebanyak ini semalam, tapi sudahlah. Kamu memang terlalu menggoda sampai membuatku lupa daratan."Cassandra tersenyum lega mendengar ucapan sang suami yang selalu mempercayai setiap dusta yang terlontar dari bibir tipis miliknya. Alfian langsung menenggelamkan wajahnya di dua buah melon kembar milik sang istri. Menikmatinya seperti seorang bayi yang tengah kelaparan. Cassandra menggigit bibir bawahnya, menikmati setiap r
Keesokan harinya, Cassandra sudah bersiap untuk menemui Randa di tempat yang sudah disebutkan lelaki itu, kemarin. Sengaja Cassandra memilih memakai pakaian formal agar sang suami tak menaruh curiga pada dirinya, kemeja kerja lengan pendek warna cream dan rok span berwarna hitam selutut yang dipadukan dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam menjadi pilihan Cassandra. Sejenak Alfian kembali dibuat terpesona dengan penampilan sang istri yang selalu terlihat sempurna di matanya. Lelaki itu merasa semakin jatuh cinta pada sang istri setiap harinya."Sayang, kamu mau bawa mobil sendiri nggak?" tawar Alfian pada sang istri."Nggak, Mas. Aku mau naik taksi online aja, panas banget di luar. Pasti jalanan juga macet, malas banget kalau harus nyetir sendiri," jawab Cassandra bersamaan dengan sebuah mobil taksi online yang sudah berhenti di depan pagar rumah Alfian. Wanita itu langsung mencium punggung tangan suami dan ibu mertuanya sebagai tanda pamit kemudian melenggang pergi dan segera masuk
Tanpa basa-basi, Randa langsung menindih tubuh Cassandra dan mengikat kedua tangan wanita cantik itu ke sisi ranjang."Mas, apa yang akan kamu lakukan padaku?" pekik Cassandra, wajahnya mulai pias karena panik.Randa tersenyum miring setelah berhasil mengikat kedua tangan Cassandra. Mata tajamnya seolah sedang menelanjangi tubuh wanita yang menjadi tawanannya saat ini."Mau apa? Tentu saja aku mau manikmati waktu bersamamu. Karena kamu adalah tawanan cintaku!" Suara Randa terdengar dingin dan mengerikan, jari telunjuknya menari-nari di wajah Cassandra, memberikan sensasi aneh pada diri wanita itu.Sedangkan Cassandra mulai pustus asa, ia tak ingin kejadian di mall terulang lagi. Pasti Alfian dan Bu Yuni akan curiga jika tiba-tiba ia pulang dengan pakaian yang berbeda."Mas, aku mohon jangan rusak bajuku. Nanti suami dan mertuaku akan curiga. Setelah itu pasti mereka tak akan mengizinkan aku untuk bekerja di kantormu. Apa kamu mau terus kesulitan untuk menemuiku," rayu Cassandra dengan
Randa sedikit berjingkat kala mendengar suara pekikan Cassandra yang kembali masuk ke dalam kamar. Dahi lelaki itu mengernyit, menatap wanita yang tengah berdiri di depan pintu sembari bertolak pinggang."Cassandra, mau apa lagi? Apa kamu masih mau main lagi?" sindir Randa dengan tatapan remeh."Bukan, Mas. Kok kamu bisa lupa sih, uang saku buat aku mana?" Cassandra menadahkan telapak tangannya pada lelaki paruh baya itu.Randa mendesah kesal melihat tingkah wanita pujaanya itu. Uang saja yang di pikirannya. Tapi apa boleh buat, Randa benar-benar tak bisa melepaskan Cassandra."Duit, duit, duit terus! Lihatlah m-bankingmu, aku udah transfer dua puluh lima juta ke rekeningmu!"Seketika mulut Cassandra menganga setelah mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Randa, dengan buru-buru wanita itu merogoh benda pipih yang berada di dalam tas. Jemari tangannya menari-nari, membuka aplikasi m-banking yang ada di sana. Senyumnya seketika mengembang kala melihat nominal yang disebutkan Randa
Mata Alfian membulat sempurna kala menatap layar laptop milik Dira yang berisi foto-foto Cassandra tengah berpose mesra dengan lelaki. Bukan hanya dengan Randa, tapi juga dengan Dion yang merupakan mantan kekasih Dira."Cassandra juga melakukan hal yang sama bersama Dion?" Alfian mencoba memastikan dugaanya seraya menahan gejolak emosi yang bergemuruh di dalam dada."Apa kamu akan percaya jika aku menceritakan semuanya?" Suara Dira terdengar sedikit ragu.Alfian mengangguk mantap, ia ingin segera mengetahui semua tentang Cassandra.Dira mulai menceritakan semuanya, ingatan gadis itu terlempar ke masa lalu di mana Cassandra memporak-porandakan hidup dan kebahagiaanya.Malam itu, Dira tengah bersiap untuk datang ke rumah Dion, sang kekasih yang tengah berulang tahun. Sebuah kado istimewa juga telah disiapkan oleh Dira. Sebelumnya, Dira sengaja menelepon Dion dan mengatakan bahwa ia tak bisa datang karena ada urusan pekerjaan di luar kota.Dira baru saja turun dari mobil, ia berniat untu
Alfian segera mencekal tangan Bu Yuni sebelum wanita paruh baya itu keluar dari kamar."Jangan, Bu!" Suara Alfian membuat mata sang ibu mendelik dengan alis bertaut.Wanita paruh baya itu menatap sang putra dengan pandangan penuh tanya."Kenapa, Alfian? Ibu sudah menyayangi dia selayaknya anak kandung, tapi dia malah dengan tega meyakitimu kamu. Ibu nggak terima!" Gurat kemarahan dan kekecewaan tergambar jelas di wajah Bu Yuni yang biasanya selalu terlihat teduh.Alfian menghembuskan napas berat, ia mengajak sang ibu untuk kembali duduk di atas ranjang dan berbicara dengan kepala dingin."Bu, Alfian baru saja mengetahui kebobrokan Cassandra dari Dira. Dan dia bilang Alfian nggak boleh gegabah, Alfian harus punya bukti perselingkuhan mereka terlebih dahulu. Jadi sementara kita pura-pura nggak tahu apa-apa aja dulu, Bu. Besok Alfian akan temui Dira, dia janji akan menceritakan semua rahasia Cassandra," jelas Alfian panjang lebar.Bu Yuni terdiam sejenak sebelum menganggukan kepala."Jad
Kening Alfian berkerut tajam, perasaanya campur aduk antara bingung dan marah setelah membaca pesan dari sang sahabat. Tanda tanya besar muncul di benak lelaki itu, mengapa Dira seolah malah merasa bahagia dengan gugurnya janin yang dikandung oleh Cassandra. Alfian tahu dati awal jika Dira sama sekali tak menyukai Cassandra, tetapi tak sepantasnya ia merasa bahagia atas duka yang dialami oleh Casandra. Apalagi Alfian juga ikut merasakan duka itu."Mas, kamu kenapa sih? Kok kayaknya lagi mikirin sesuatu?" tanya Cassandra setelah keduanya sampai di dalam kamar, ia melihat wajah Alfian berubah murung."Aku nggak apa-apa kok, kamu istirahat dulu ya. Aku harus telepon Dira karena ada hal penting yang harus aku bicarakan sama dia." Alfian sengaja berbohong karena tak ingin Cassandra murka dan semakin bersedih jika mengetahui apa yang baru saja Dira katakan tentang dirinya."Memangya penting banget ya, kamu 'kan sudah izin untuk nggak masuk kantor hari ini." Tampak jelas jika Cassandra tak s
Cassandra tergagap setelah mendengar pernyataan dari sang suami, ia merutuki kebodohannya. Harusnya ia tak gegabah dalam mengarang cerita."Cassandra, kamu baik-baik saja?" Suara Alfian menyadarkan Cassandra dari lamunan, wanita iti tersenyum kikuk untuk menutupi kegugupanya."Eh nggak apa-apa, Mas. Pak Randa memang nggak tahu kalau aku sempat jatuh, karena aku jatuh kepleset di kamar mandi. Makanya dia bilang ke kamu kalau aku kecapekan aja." Cassandra berusaha berkelit agar Alfian tak curiga.Alfian hanya bisa manggut-manggut tanda mengerti, ia tak ingin bertanya lebih jauh karena saat ini kondisi Cassandra belum stabil.Sementara Bu Yuni hanya diam, ada sesuatu hal yang terasa mengganjal di hati. Ia merasa, duka yang dialami Cassandra saat ini hanyalah sebuah kepalsuan."Alfian, Cassandra sekarang sudah sadar. Biar Ibu yang jaga, kamu makan saja dulu," titah Bu Yuni kepada sang putra."Alfian nggak lapar, Bu." Alfian menolak dengan halus, ia tak tega jika harus meninggalkan sang is
Mobil milik Alfian telah sampai di parkiran rumah sakit. Lelaki itu segera berlari menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ruang UGD, di mana sang istri tengah ditangani oleh dokter.Dari kejauhan, Alfian melihat Randa yang tengah mondar-mandir dengan wajah tak kalah panik. Lelaki itu segera melebarkan langkah untuk menghampiri atasan istrinya."Om, apa yang terjadi kepada istri saya sebenarnya? Kenapa dia sampai pendarahan begini?" cecar Alfian setelah sampai di hadapan Randa."Eh, maaf, Alfian. Saya sama sekali tidak tahu kalau Cassandra sedang hamil, ia juga tak bilang. Tadi, Cassandra pendarahan setelah selesai rapat dengan client, mungkin dia kelelahan. Sekali lagi, maafkan saya yang tak bisa me jaga istri kamu," jelas Randa dengan penuh kebohongan."Argh, padahal saya sudah menyuruhnya untuk istirahat." Wajah tampan Alfian dipenuhi penyesalan.Kedua lelaki itu terus mondar-mandir sampai pintu ruang UGD dibuka dari dalam. Sesosok wanita dengan jas putih dan stetoskop mengalung
Cassandra masih bergeming, ia tahu jika pilihan yang akan diberikan oleh Randa pasti bukanlah sesuatu yang baik. Lelaki itu tak mungkin membuat pilihan yang tak menguntungkan dirinya."Bagaimana? Apa kamu tak mau tahu, pilihan apa yang akan aku berikan untukmu?" Randa mengulang kalimatnya.Mau tak mau, Cassandra harus menjawab. Ia tak ingin rumah tangga yang ia bina bersama Alfian hancur begitu saja, apalagi wanita itu yakin jika benih yang ada di rahimnya saat ini adalah buah cintanya bersama sang suami."Pi-pilihan apa, Mas?" Suara Cassandra rasanya tercekat di tenggorokan.Randa mendekati wanitanya hingga tak berjarak, membelai lembut daun telinga Cassandra dengan ujung lidahnya, membuat wanita itu menggelinjang merasakan sapuan dari daging lembab di kulitnya."Kamu harus tetap menjadi pemuas ranjangku, atau aku akan membongkar permainan rahasia kita di depan Alfian dan mengatakan kepada lelaki bodoh itu jika bayi yang ada dalam kandunganmu adalah milikku!" Ancaman Randa terdengar
Mentari telah bersinar, cuitan suara burung-burung mengiringi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil milik sang suami. Matanya nanar, menatap ke arah sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Tak seperti biasanya, kini Cassandra merasa enggan untuk masuk ke dalam sana. Apalagi mengingat Randa yang sudah tentu menunggunya untuk berganti kostum dengan pakaian seksi dan bermain bersama mengejar nikmat surgawi dunia.Tangan Cassandra mengelus perut yang masih rata, memutar otak, mencari cara agar bisa menghindar dari godaan nafsu dan rupiah yang diberikan oleh lelaki paruh baya yang kini tengah menunggu di ruang durektur. Wanita cantik itu menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan. Mulai melangkah memasuki lobby kantor setelah menemukan sebuah alasan agar tak perlu melayani pria paruh baya berhidung belang itu.Dengan langkah gontai, Cassandra keluar dari dalam lift kemudian masuk ke dalam ruangan Randa dengan wajah masam. Benar saja, Randa langsung menyongson
Suara Cassandra yang begitu memekakan telinga membuat Alfian terbangun dari tidurnya karena kaget. Lelaki itu berdecak kesal mengingat sang istri sudah mulai berdrama sepagi ini. Namun, Alfian berusaha untuk meredam emosinya. Bagaimanapun juga ia tetap menyadari jika saat ini sang istri tengah mengandung calon anak mereka. Apalagi semalam Bu Yuni sudah memberikan nasihat untuknya."Ada apa sih, Sayang? Kenapa teriak-teriak begitu?" tanya Alfian setelah emosinya mereda.Cassandra memonyongkan bibirnya, wanita itu mendekat dan menghenyak di samping sang suami, "Semalam kan aku minta nasi banting dan sate telur puyuh, Mas.""Iya, terus waktu aku pulang kamu kan udah tidur?" Alfian mengingatkan sang istri tentang kejadian semalam."Kok kamu nggak bangunin aku? Terus nasi bantingnya mana?" Wanita itu menadahkan tangan di depan wajah sang suami.Alfian memutar bola matanya malas, untung semalam ia mengikuti saran Bu Yuni. Terlepas makanan itu sudah basi atau tidak."Aku simpan di dapur, tap
Fokus pandangan mata Alfian langsung tertuju ke arah sisi ranjang yang kosong. Lelaki itu langsung bangkit dari posisinya, kepalanya celingukan mencari sosok sang istri yang tak lagi berada di sampingnya. Entah ke mana perginya wanita cantik itu."Cassandra, kamu di mana, Sayang?" Alfian setengah berteriak memanggil nama sang istri. Namun, sama sekali tak ada jawaban. Hanya sayup-sayup terdengar suara tangisan, Alfian mulai mengayun langkah kaki untuk mencari sumber suara itu, hingga menemukan sosok Cassandra yang tengah menangis di balkon kamar sembari memeluk lutut. Sama persis seperti kejadian tadi ketika wanita cantik itu menangis karena ingin memakan mi ayam yang sebelumnya ia lihat di media sosial.Alfian menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak terasa gatal, menatap sang istri yang masih meyembunyikan wajah di antara kedua lutut, "Kok perasaanku jadi nggak enak begini, jangan-jangan akan ada drama ngidam lagi ini."Tanpa diduga, ternyata Cassandra mendengar suara sang suami yang t