Share

Bab 2

Penulis: Jannah Raudhah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 10:42:35
Begitu aku berlari mendekat, kakak ipar dengan santainya merangkul bahuku. Satu tangannya berada di bahu kananku, sementara tangan lainnya dengan lembut memegang pergelangan tanganku. Sambil berbicara dengan rekan-rekannya, dia juga terus mengusap-usap bahu dan lenganku.

Tubuhnya yang tinggi terasa berat seperti besi, hampir seluruh tubuhnya bersandar padaku. Aku pun terpaksa menopang pinggangnya dengan susah payah agar tidak terjatuh.

Namun, saat aku mengongak, aku melihat rekan-rekan kakak ipar yang sedang berbicara menatapku dengan pandangan yang penuh arti, senyuman mereka terasa ambigu dan menyiratkan sesuatu yang membuatku semakin tak nyaman.

Kakak ipar tampak tidak menyadari hal tersebut, dia terus mengusap bahu dan lenganku perlahan.

Di tengah tatapan penuh makna dari orang-orang asing itu, sentuhan tangannya terasa seperti ular berbisa yang licin dan dingin, merayap di kulitku, membuatku bergidik.

Untungnya, mobil yang kami pesan tiba di saat yang tepat. Aku segera memasukkan kakak ipar ke kursi belakang. Saat diriku hendak duduk di kursi depan, salah satu rekan kerja kakak ipar yang dari tadi menatapku dengan tatapan yang aneh, entah sejak kapan dia sudah duduk di sana.

Dia bahkan sudah mengenakan sabuk pengaman dan berkata santai sambil sedikit menoleh, "Philip, aku nebeng ya. Turunkan saja aku di jalan Bengkong Selatan itu saja."

Mobil pun melaju, sopir fokus mengemudi tanpa banyak bicara. Sementara rekan kerja di kursi depan tampak mulai tertidur.

Namun, pikiranku sama sekali tidak tenang di kursi belakang. Aku terus memikirkan tatapan aneh rekan-rekan kakak iparku tadi, serta tindakan kakak ipar yang terasa seperti melewati batas.

Tubuhku menegang, semua bulu kuduk berdiri.

Kakak ipar yang duduk di sebelah kananku mulai mendekat tanpa sadar. Aroma alkohol yang begitu mennyengat membuatku mual. Dalam kegelapan mobil, tiba-tiba tangannya merayap ke bagian dalam pahaku.

Gerakannya perlahan, dengan usapan yang penuh makna tersembunyi.

Seketika, otot bagian pahaku menegang. Dengan reflek, aku mengepalkan tangan kanan dan ingin sekali memukulnya.

Namun, teringat rekan kerjanya yang duduk di depan, aku hanya bisa menahan rasa jijik dan menepis tangannya. Lalu, merapatkan tubuhku ke pintu sebelah kiri.

Namun, tangannya tak kunjung berhenti. Dia terus bergerak lebih tinggi, hingga akhirnya berhenti di pangkal pahaku.

Dia bahkan dengan sengaja mencubit bagian lunak di sana.

Aku menoleh dan melihat tatapan kakak ipar yang mesum, dipenuhi nafsu.

Saat itu, aku sadar bahwa kakak iparku tidak benar-benar mabuk.

Dia tahu persis apa yang dia lakukan.

Begitu mobil berhenti, aku langsung melompat keluar.

Aku berbohong dengan mengatakan diriku sakit perut, lalu berlari pulang sambil menelepon kakak untuk turun dan menjemput suaminya.

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu.

Malam itu, aku terus merasa ada tangan yang terus menekan pahaku. Aku tidak bisa tidur semalaman, hanya berbaring sambil memikirkan apakah aku harus menceritakan kejadian ini pada kakak.

Namun keesokan harinya, aku mengurungkan niat itu.

"Aku menyuruhmu menjemputnya, bisa-bisanya kamu meninggalkannya begitu saja?! Aku ini sedang hamil, kamu bahkan nggak bisa membantuku sedikit?"

Kakak yang biasanya terlihat lembut dan ramah pada orang lain, selalu berbeda sikapnya padaku. Dia sering berbicara dengan nada marah seperti itu, Begitu aku duduk di meja makan, dia langsung melancarkan serangan kata-katanya.

Jika bukan karena suamimu melecehkanku, bagaimana mungkin aku lari?

Meskipun aku terus mengeluh dalam hati, aku tetap memilih untuk diam dan tidak membantahnya.

Hubunganku dengan kakak memang tak terlalu baik. Jika aku menceritakan apa yang dilakukan kakak ipar tanpa bukti, dia pasti akan marah besar dan menganggapku hanya ingin merusak rumah tangganya.

Lagipula, kakakku memang orang yang sangat keras kepala. Jika aku tidak menuruti keinginannya, dia pasti akan mencari seribu alasan untuk menyerangku balik. Jika dia tidak berhasil menyerang diriku, dia akan menyimpan dendam, lalu langsung melapor pada ayah dan ibu. Bahkan, mungkin melampiaskan amarahnya ke mereka, menyalahkan mereka karena dianggap tidak mendidikku dengan baik.

Bukankah itu yang terjadi saat aku kelas tiga SMP dulu?

Dia jelas melihat aku sedang diganggu, tetapi bukannya membantuku, dia malah merasa aku mempermalukannya. Dengan dinginnya, dia menamparku sambil berkata, "Steve, kamu itu laki-laki! Bisa-bisanya berantem dengan anak laki-laki lain di kamar mandi, malah sampai ditelanjangi? Kamu nggak punya harga diri sedikit pun?"

Saat itu, aku baru berumur 15 tahun. Aku adalah anak laki-laki yang berbeda dari kebanyakan teman seusiaku.

Di saat yang lain bermain basket sampai tiga hari tidak mandi dan penuh keringat, aku malah rajin mandi setiap hari. Ketika mereka suka berkelahi, membuat onar atau mengejar anak perempuan, aku malah lebih suka membaca buku dan menonton film.

Namun, menjadi berbeda dalam sebuah kelompok selalu ada konsekuensinya. Aku harus berkorban atas keunikanku dengan menjadi target perundungan teman-teman sekelas. Mereka menyebutku lembek, mengolok-olokku dan bahkan melakukan kekerasan padaku dengan cara yang keterlaluan. Puncaknya, mereka pernah menelanjangiku dan mengunciku di kamar mandi selama tiga jam pelajaran.

Meski begitu, aku tidak pernah berani meminta bantuan dari kakak ataupun orang tuaku. Karena aku tahu, mereka hanya akan mencemoohku, menyebutku lemah dan tidak seperti laki-laki pada umumnya. Seperti saat ini, kakakku terus mengoceh tanpa henti, pikiranku malah kembali pada kejadian di masa itu. Kata-kata tajam dan dinginnya waktu itu masih terngiang di telingaku, membuatku merasa kecewa yang begitu mendalam. Aku hanya diam, memandang kakak di meja makan, lalu menelan kembali niatku untuk meminta bantuan.

Memang ada beberapa hal yang harus kuselesaikan sendiri.

Namun, sebelum berhasil menemukan bukti pelecehan itu, aku justru menemukan sebuah kenyataan yang jauh lebih menjijikkan.

Bab terkait

  • Permainan Kakak Tercinta   Bab 3

    Setelah membuat keputusan, aku mulai mengamati tingkah laku aneh kakak ipar dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, takdir seolah sengaja mempermainkanku, kakak ipar malah pergi dinas ke luar kota dan kata kakak, dia akan pergi selama seminggu.Meskipun usahaku mencari bukti sementara ini tidak membuahkan hasil, setidaknya aku bisa bernapas lega selama beberapa hari, tidak perlu terus-menerus waspada setiap saat.Siapa sangka di musim panas ini, aku, seorang laki-laki harus berpakaian tertutup, mengenakan lengan panjang dan celana panjang setiap hari. Semua itu hanya demi berjaga-jaga agar kakak ipar tidak tiba-tiba menyentuhku lagi.Namun, hari-hari nyaman itu membuatku lengah. Pada malam hari sebelum kepulangan kakak ipar, aku langsung tidur setelah bermain game. Tengah malam, dengan setengah sadar aku bangun untuk pergi ke kamar mandi. Saat aku kembali, aku melihat kamar lampu kamar kakak masih menyala.Sudah pukul dua dini hari, apa yang sedang dia lakukan? Seketika, aku merasa tega

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Permainan Kakak Tercinta   Bab 4

    Setelah kembali ke rumah kakak, aku segera memesan seperangkat kamera pengintai berukuran kecil. Saat mereka belum pulang, aku langsung memasangnya di setiap sudut kamar mereka.Malam itu, mereka baru pulang mendekati pukul dua belas malam. Begitu sampai rumah, kakak beralasan bahwa dirinya lelah dan langsung masuk kamar, sementara aku diminta untuk mengurus kakak ipar yang kembali dengan mabuk berat.Kakak ipar yang mabuk berat tergeletak di sofa. Dengan menahan rasa mual dan jijik, aku mengambil air untuk mencuci wajah dan tangannya. Saat aku melakukan semua itu, dia menatapku dengan pandangan seperti ular berbisa yang menjulurkan lidahnya, penuh hawa jahat dan menjijikkan. Dia bahkan dengan sengaja menyentuh pantatku. Aku berpura-pura tidak tahu apa-apa, tetapi dalam hati sudah memakinya ribuan kali.Dasar bajingan mesum! Dia benar-benar semakin berani. Dulu hanya berani melakukan hal menjijikkan saat aku tidur, sekarang dia bahkan melakukannya terang-terangan. Sentuhannya membuatk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Permainan Kakak Tercinta   Bab 1

    Setelah selesai ujian mata kuliah terakhir, aku baru saja keluar dari kelas dan telepon dari kakakku masuk."Sudah selesai ujian? Apa rencana liburan semester ini? Kalau belum ada, datang saja ke rumahku."Tanpa berpikir panjang, aku langsung menolak, "Nggak deh, ada kakak tingkat yang baru buka perusahaan kecil di Kota Santana, aku rencananya mau magang di sana dua bulan.""Kamu baru semester 3, nggak perlu buru-buru, lagipula perusahaan kecil belum tentu terpercaya. Nanti biar kakak iparmu carikan perusahaan besar untukmu. Aku juga sudah siapin kamar untukmu."Anehnya, kali ini kakak tidak menyanggahku seperti biasanya. Sebaliknya, dia justru dengan baik hati membantu menyusun rencana untukku.Namun, membayangkan tinggal serumah dengan kakak saja sudah membuatku merinding. Aku menggenggam ponsel, ragu-ragu untuk cukup lama dan akhirnya menolak dengan alasan ingin tinggal di rumah saja.Namun, begitu sampai di rumah malam itu, aku bahkan belum sempat membongkar koper, ibuku masuk ke k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Permainan Kakak Tercinta   Bab 4

    Setelah kembali ke rumah kakak, aku segera memesan seperangkat kamera pengintai berukuran kecil. Saat mereka belum pulang, aku langsung memasangnya di setiap sudut kamar mereka.Malam itu, mereka baru pulang mendekati pukul dua belas malam. Begitu sampai rumah, kakak beralasan bahwa dirinya lelah dan langsung masuk kamar, sementara aku diminta untuk mengurus kakak ipar yang kembali dengan mabuk berat.Kakak ipar yang mabuk berat tergeletak di sofa. Dengan menahan rasa mual dan jijik, aku mengambil air untuk mencuci wajah dan tangannya. Saat aku melakukan semua itu, dia menatapku dengan pandangan seperti ular berbisa yang menjulurkan lidahnya, penuh hawa jahat dan menjijikkan. Dia bahkan dengan sengaja menyentuh pantatku. Aku berpura-pura tidak tahu apa-apa, tetapi dalam hati sudah memakinya ribuan kali.Dasar bajingan mesum! Dia benar-benar semakin berani. Dulu hanya berani melakukan hal menjijikkan saat aku tidur, sekarang dia bahkan melakukannya terang-terangan. Sentuhannya membuatk

  • Permainan Kakak Tercinta   Bab 3

    Setelah membuat keputusan, aku mulai mengamati tingkah laku aneh kakak ipar dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, takdir seolah sengaja mempermainkanku, kakak ipar malah pergi dinas ke luar kota dan kata kakak, dia akan pergi selama seminggu.Meskipun usahaku mencari bukti sementara ini tidak membuahkan hasil, setidaknya aku bisa bernapas lega selama beberapa hari, tidak perlu terus-menerus waspada setiap saat.Siapa sangka di musim panas ini, aku, seorang laki-laki harus berpakaian tertutup, mengenakan lengan panjang dan celana panjang setiap hari. Semua itu hanya demi berjaga-jaga agar kakak ipar tidak tiba-tiba menyentuhku lagi.Namun, hari-hari nyaman itu membuatku lengah. Pada malam hari sebelum kepulangan kakak ipar, aku langsung tidur setelah bermain game. Tengah malam, dengan setengah sadar aku bangun untuk pergi ke kamar mandi. Saat aku kembali, aku melihat kamar lampu kamar kakak masih menyala.Sudah pukul dua dini hari, apa yang sedang dia lakukan? Seketika, aku merasa tega

  • Permainan Kakak Tercinta   Bab 2

    Begitu aku berlari mendekat, kakak ipar dengan santainya merangkul bahuku. Satu tangannya berada di bahu kananku, sementara tangan lainnya dengan lembut memegang pergelangan tanganku. Sambil berbicara dengan rekan-rekannya, dia juga terus mengusap-usap bahu dan lenganku.Tubuhnya yang tinggi terasa berat seperti besi, hampir seluruh tubuhnya bersandar padaku. Aku pun terpaksa menopang pinggangnya dengan susah payah agar tidak terjatuh.Namun, saat aku mengongak, aku melihat rekan-rekan kakak ipar yang sedang berbicara menatapku dengan pandangan yang penuh arti, senyuman mereka terasa ambigu dan menyiratkan sesuatu yang membuatku semakin tak nyaman.Kakak ipar tampak tidak menyadari hal tersebut, dia terus mengusap bahu dan lenganku perlahan.Di tengah tatapan penuh makna dari orang-orang asing itu, sentuhan tangannya terasa seperti ular berbisa yang licin dan dingin, merayap di kulitku, membuatku bergidik.Untungnya, mobil yang kami pesan tiba di saat yang tepat. Aku segera memasukkan

  • Permainan Kakak Tercinta   Bab 1

    Setelah selesai ujian mata kuliah terakhir, aku baru saja keluar dari kelas dan telepon dari kakakku masuk."Sudah selesai ujian? Apa rencana liburan semester ini? Kalau belum ada, datang saja ke rumahku."Tanpa berpikir panjang, aku langsung menolak, "Nggak deh, ada kakak tingkat yang baru buka perusahaan kecil di Kota Santana, aku rencananya mau magang di sana dua bulan.""Kamu baru semester 3, nggak perlu buru-buru, lagipula perusahaan kecil belum tentu terpercaya. Nanti biar kakak iparmu carikan perusahaan besar untukmu. Aku juga sudah siapin kamar untukmu."Anehnya, kali ini kakak tidak menyanggahku seperti biasanya. Sebaliknya, dia justru dengan baik hati membantu menyusun rencana untukku.Namun, membayangkan tinggal serumah dengan kakak saja sudah membuatku merinding. Aku menggenggam ponsel, ragu-ragu untuk cukup lama dan akhirnya menolak dengan alasan ingin tinggal di rumah saja.Namun, begitu sampai di rumah malam itu, aku bahkan belum sempat membongkar koper, ibuku masuk ke k

DMCA.com Protection Status