Setelah membuat keputusan, aku mulai mengamati tingkah laku aneh kakak ipar dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, takdir seolah sengaja mempermainkanku, kakak ipar malah pergi dinas ke luar kota dan kata kakak, dia akan pergi selama seminggu.Meskipun usahaku mencari bukti sementara ini tidak membuahkan hasil, setidaknya aku bisa bernapas lega selama beberapa hari, tidak perlu terus-menerus waspada setiap saat.Siapa sangka di musim panas ini, aku, seorang laki-laki harus berpakaian tertutup, mengenakan lengan panjang dan celana panjang setiap hari. Semua itu hanya demi berjaga-jaga agar kakak ipar tidak tiba-tiba menyentuhku lagi.Namun, hari-hari nyaman itu membuatku lengah. Pada malam hari sebelum kepulangan kakak ipar, aku langsung tidur setelah bermain game. Tengah malam, dengan setengah sadar aku bangun untuk pergi ke kamar mandi. Saat aku kembali, aku melihat kamar lampu kamar kakak masih menyala.Sudah pukul dua dini hari, apa yang sedang dia lakukan? Seketika, aku merasa tega
Setelah kembali ke rumah kakak, aku segera memesan seperangkat kamera pengintai berukuran kecil. Saat mereka belum pulang, aku langsung memasangnya di setiap sudut kamar mereka.Malam itu, mereka baru pulang mendekati pukul dua belas malam. Begitu sampai rumah, kakak beralasan bahwa dirinya lelah dan langsung masuk kamar, sementara aku diminta untuk mengurus kakak ipar yang kembali dengan mabuk berat.Kakak ipar yang mabuk berat tergeletak di sofa. Dengan menahan rasa mual dan jijik, aku mengambil air untuk mencuci wajah dan tangannya. Saat aku melakukan semua itu, dia menatapku dengan pandangan seperti ular berbisa yang menjulurkan lidahnya, penuh hawa jahat dan menjijikkan. Dia bahkan dengan sengaja menyentuh pantatku. Aku berpura-pura tidak tahu apa-apa, tetapi dalam hati sudah memakinya ribuan kali.Dasar bajingan mesum! Dia benar-benar semakin berani. Dulu hanya berani melakukan hal menjijikkan saat aku tidur, sekarang dia bahkan melakukannya terang-terangan. Sentuhannya membuatk
Setelah selesai ujian mata kuliah terakhir, aku baru saja keluar dari kelas dan telepon dari kakakku masuk."Sudah selesai ujian? Apa rencana liburan semester ini? Kalau belum ada, datang saja ke rumahku."Tanpa berpikir panjang, aku langsung menolak, "Nggak deh, ada kakak tingkat yang baru buka perusahaan kecil di Kota Santana, aku rencananya mau magang di sana dua bulan.""Kamu baru semester 3, nggak perlu buru-buru, lagipula perusahaan kecil belum tentu terpercaya. Nanti biar kakak iparmu carikan perusahaan besar untukmu. Aku juga sudah siapin kamar untukmu."Anehnya, kali ini kakak tidak menyanggahku seperti biasanya. Sebaliknya, dia justru dengan baik hati membantu menyusun rencana untukku.Namun, membayangkan tinggal serumah dengan kakak saja sudah membuatku merinding. Aku menggenggam ponsel, ragu-ragu untuk cukup lama dan akhirnya menolak dengan alasan ingin tinggal di rumah saja.Namun, begitu sampai di rumah malam itu, aku bahkan belum sempat membongkar koper, ibuku masuk ke k
Setelah kembali ke rumah kakak, aku segera memesan seperangkat kamera pengintai berukuran kecil. Saat mereka belum pulang, aku langsung memasangnya di setiap sudut kamar mereka.Malam itu, mereka baru pulang mendekati pukul dua belas malam. Begitu sampai rumah, kakak beralasan bahwa dirinya lelah dan langsung masuk kamar, sementara aku diminta untuk mengurus kakak ipar yang kembali dengan mabuk berat.Kakak ipar yang mabuk berat tergeletak di sofa. Dengan menahan rasa mual dan jijik, aku mengambil air untuk mencuci wajah dan tangannya. Saat aku melakukan semua itu, dia menatapku dengan pandangan seperti ular berbisa yang menjulurkan lidahnya, penuh hawa jahat dan menjijikkan. Dia bahkan dengan sengaja menyentuh pantatku. Aku berpura-pura tidak tahu apa-apa, tetapi dalam hati sudah memakinya ribuan kali.Dasar bajingan mesum! Dia benar-benar semakin berani. Dulu hanya berani melakukan hal menjijikkan saat aku tidur, sekarang dia bahkan melakukannya terang-terangan. Sentuhannya membuatk
Setelah membuat keputusan, aku mulai mengamati tingkah laku aneh kakak ipar dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, takdir seolah sengaja mempermainkanku, kakak ipar malah pergi dinas ke luar kota dan kata kakak, dia akan pergi selama seminggu.Meskipun usahaku mencari bukti sementara ini tidak membuahkan hasil, setidaknya aku bisa bernapas lega selama beberapa hari, tidak perlu terus-menerus waspada setiap saat.Siapa sangka di musim panas ini, aku, seorang laki-laki harus berpakaian tertutup, mengenakan lengan panjang dan celana panjang setiap hari. Semua itu hanya demi berjaga-jaga agar kakak ipar tidak tiba-tiba menyentuhku lagi.Namun, hari-hari nyaman itu membuatku lengah. Pada malam hari sebelum kepulangan kakak ipar, aku langsung tidur setelah bermain game. Tengah malam, dengan setengah sadar aku bangun untuk pergi ke kamar mandi. Saat aku kembali, aku melihat kamar lampu kamar kakak masih menyala.Sudah pukul dua dini hari, apa yang sedang dia lakukan? Seketika, aku merasa tega
Begitu aku berlari mendekat, kakak ipar dengan santainya merangkul bahuku. Satu tangannya berada di bahu kananku, sementara tangan lainnya dengan lembut memegang pergelangan tanganku. Sambil berbicara dengan rekan-rekannya, dia juga terus mengusap-usap bahu dan lenganku.Tubuhnya yang tinggi terasa berat seperti besi, hampir seluruh tubuhnya bersandar padaku. Aku pun terpaksa menopang pinggangnya dengan susah payah agar tidak terjatuh.Namun, saat aku mengongak, aku melihat rekan-rekan kakak ipar yang sedang berbicara menatapku dengan pandangan yang penuh arti, senyuman mereka terasa ambigu dan menyiratkan sesuatu yang membuatku semakin tak nyaman.Kakak ipar tampak tidak menyadari hal tersebut, dia terus mengusap bahu dan lenganku perlahan.Di tengah tatapan penuh makna dari orang-orang asing itu, sentuhan tangannya terasa seperti ular berbisa yang licin dan dingin, merayap di kulitku, membuatku bergidik.Untungnya, mobil yang kami pesan tiba di saat yang tepat. Aku segera memasukkan
Setelah selesai ujian mata kuliah terakhir, aku baru saja keluar dari kelas dan telepon dari kakakku masuk."Sudah selesai ujian? Apa rencana liburan semester ini? Kalau belum ada, datang saja ke rumahku."Tanpa berpikir panjang, aku langsung menolak, "Nggak deh, ada kakak tingkat yang baru buka perusahaan kecil di Kota Santana, aku rencananya mau magang di sana dua bulan.""Kamu baru semester 3, nggak perlu buru-buru, lagipula perusahaan kecil belum tentu terpercaya. Nanti biar kakak iparmu carikan perusahaan besar untukmu. Aku juga sudah siapin kamar untukmu."Anehnya, kali ini kakak tidak menyanggahku seperti biasanya. Sebaliknya, dia justru dengan baik hati membantu menyusun rencana untukku.Namun, membayangkan tinggal serumah dengan kakak saja sudah membuatku merinding. Aku menggenggam ponsel, ragu-ragu untuk cukup lama dan akhirnya menolak dengan alasan ingin tinggal di rumah saja.Namun, begitu sampai di rumah malam itu, aku bahkan belum sempat membongkar koper, ibuku masuk ke k