Share

Tema Nyinyir Baru

Penulis: Kom Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PoV Nur

***

[Nur, kata bumer, kamu kerja di warteg, ya? Hahaha. Awas ya, Nur, kalau kita ketemu nanti, kamu jangan bilang adik Mbak, kalau orang lain tanya atau ada yang belum tahu. Mbak gengsi. Kata ibu, penampilan kamu lusuh sekali. Wkwkwk]

Itu isi pesan dari Mbak Widya tadi. Setelah beres bersih-bersih dan menunaikan ibadah shalat isya, aku segera berbaring di ranjang.

Melihat sekeliling, rumah ini begitu sepi. Rumah gede, tapi hanya aku seorang. Padahal kamar ada beberapa. Kalau ada saudara menginap, pasti tertampung.

Kubalas pesan dari Mbak Widya ini untuk menetralisir kesunyian.

[Ya ampun, Mbak, Mbak baik hati sekali begitu perhatian sama aku. Sampai-sampai Mbak gunjingin aku dan sekarang kirim pesan ke aku. Oiya, kalau Mbak gak mau diakui oleh aku, jangan cemas, Mba, aku juga gak akan akui Mbak kok. Lagian, kan orang-orang juga sudah dengar gosip Mbak bagaimana orangnya. Udah ya, Mbak, aku mau tidur dulu. Selamat malam Mbakku tercinta]

Terkirim

Tak lupa kububuhi emotikon love y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Sepertinya Mau Direbus

    Pagi hari seperti biasa aku berkutat di kedai. Semua masakan sudah siap, dan pelanggan semoga semakin banyak. Biasanya, kalau makan siang nanti, mereka suka membludak.Oya, tadi aku mendapat pesan balasan dari Mas Aryo yang semalam itu. Ternyata mbahnya memang telah berpulang kepada Sang Agung. Aku pun turut berbela sungkawa. Mau ke sana tapi jauh, cukup doa saja. Kasihan sekali Mas Aryo. Dia sudah yatim piatu, Mbahnya juga sekarang sudah berpulang. Padahal aku tahu, Mbahnya itu masih sehat sekali, meski sudah renta. Alhamdulillah hubungan aku dan Mas Aryo sampai saat ini masih baik-baik saja. Silaturahmi kami masih terjalin."Mbak, saya mau ayamnya empat ya, sama tumis dua bungkus." Seorang pelanggan tiba."Baik, Mbak, saya bungkuskan, ya." "Iya, Mbak. Oiya, Mbak, apa di daerah sini ada kost-kostan murah, ya? Soalnya saya punya saudara perempuan mau kuliah di daerah sini, Mbak. Sebenarnya saya juga tawarin di rumah saya, tapi mungkin sungkan, karena di rumah saya banyakan. Rumah se

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tawaran Kontrakan

    PoV Nur***"Eh, Nur, kontrakan di jalan Kelelawar mau dijual katanya. Itu yang punya udah meninggal, anaknya mau jual. Kan ada lima pintu, anaknya ada 6. Katanya mau dijual, uangnya mau dibagikan."Menul yang saat ini berkunjung ke kedai makananku bercerita. Dia masih melahap kacang kupas sudah habis lima bungkus. 5 × 2000 sudah 10 ribu. Memang bagus punya teman seperti dia. Kecuali kalau ngutang, aku bisa bangkrut. Tapi dia bukan tipikal penghutang. Haha."Memang kenapa kamu cerita ke aku, Nul?" tanyaku. Tangan masih menulis barang belanjaan yang akan dibeli. "Bukan kenapa, Nur. Beli sana, punya uang gak? Harganya di sana memang agak mahal, tapi kamu bisa jadi juragan kontrakan Nur!" jawab Menul lagi dengan wajah serius terus mengupas kulit kacang."Ah, aku mana ada uang. Pasti ber M M, kan. Aku gak ada uang sebanyak itu." "Yaelah, kayaknya gak sampai milyaran. Paling ratusan juta aja. Ya, dekat-dekat ke 1 M." Aku menarik kedua ujung bibir. "Sama aja, Nul, aku ada uang dari mana.

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tamu Angkuh

    "Bukan iri, tapi sayang. Mbak kebayang kalau wajah Mbak yang mulus kena jerawat atau beruntusan? Kecantikan bisa lenyap seketika!" komentarku lagi.Dia malah tertawa. "Hahaha. Skincare aku bagus. Mahal. Terjamin. Terdaftar BPOM. Semua yang aku pakai itu mahal. Ya, seperti yang artis-artis pakai lah!" jelasnya angkuh. Aku tersenyum sinis."Lah, dia gak tahu apa ya, Nur? Artis juga banyak wajahnya yang rusak. Katanya ke dokter termahal, operasi juga gagal. Pengen cantik, jadi kayak botol kecap. Hahaha." Si Menul menertawakan. Aku juga ingin, tapi takut dosa. Wkwkwk."Eh enak saja kau gentong minyak! Perlu kamu tahu, aku mau suntik putih terus operasi pipi biar agak tirus. Bukan bulet kayak serabi mirip pipimu!"Mendengar pernyataan Mbak Widya barusan aku malah cemas. "Ngapain sih Mbak harus operasi segala? Mbak itu sudah cantik dan seharusnya memang disyukuri dan dirawat saja!" Tapi dia malah tertawa mendengar nasehatku. "Hahaha, sudahlah kamu jangan iri. Kamu juga jangan banyak ngomon

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Ibu Mulai Kesal

    PoV Panjul**"Jul, sini! Sini Ibu mau ngomong!"Malam hari setelah Widya tertidur pulas aku pergi ke dapur. Tapi Ibu malah meminta mendekat dengan wajahnya yang bikin penasaran."Ada apa, Bu?" tanyaku sembari mendekat."Sini! Ayok kita bicara!" sahut Ibu dengan nada tipis dan pelan. Sepertinya ia tak mau menantunya terbangun."Apa sih, Bu?" Wajah Ibu sudah horor. "Kamu ini, Panjul! Keterlaluan uang kamu semua kamu berikan sama si Widya. Jatah Ibu mana? Kamu tahu, Widya ngatur uang Ibu!" celetuknya kesal. Oh, jadi karena itu?"Aduh, Bu, ya mau bagaimana lagi. Widya beda sama Nur yang pintar dibohongi. Dia geledah semua isi sakuku, bahkan gajiku saja semuanya di transfer ke rekening milik dia. Kapan aku bisa bawa uang ke Ibu?" jelasku memang benar begitu kenyataannya.Ibu malah menjewer kupingku. "Aduh, aduduh, sakit, Bu, sakit!" Aku meringis.Gigi putih Ibu mengerat. "Kamu keterlaluan, Panjul! Setelah ibu rasa-rasa kamu menikah dengan Si Widya itu jadi pemborosan dan pengiritan sama

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Ibu Minggat

    PoV Panjul*Entah kenapa ada niat untuk cek kamar Ibu yang pintunya masih menutup. Biasanya jam segini Ibu sudah bangun untuk membuatkanku sarapan nasi goreng. Tapi sekarang tidak, di meja makan belum ada apa-apa."Bu!" teriakku dengan nada yang tak begitu tinggi.Cklek!Langsung kubuka pintu, ternyata Ibu tidak ada di kamar. Aku cek lemari, semua pakaian Ibu sudah tak ada satu pun. Bahkan tas hitam besar yang waktu itu membawa pakaian Ibu pun tidak ada. Aku yakin, Ibu pasti pergi.Lalu segera kuambil HP untuk menghubungi Ibu. "Ada apa, Bang?" tanya Widya yang terbangun dan masih menguap."Ibu gak ada.""Paling di belakang, Bang," jawabnya santai dengan tumpukkan kantuk."Maksudnya Ibu tidak ada, itu Ibu minggat. Pasti Ibu pulang lagi ke rumahnya."Mendengar informasi dariku Widya terperanjat kaget. Ia terbangun dan langsung loncat. "Apa? Pergi? Pergi ke rumahnya lagi? Aduh, ayok cepat kita jemput Ibu, Bang, ayok! Jangan biarkan Ibu sendiri di rumahnya!" cutusnya Seperti kebakaran j

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Masalah

    PoV Panjul*"Bos, maaf, maafkan saya." Tatapan Bos sudah tak enak. Dia melihatku seperti seekor kucing yang sedang lahiran."Coba kamu perhatikan, ini seharusnya harus selesai 70%. Paling tidak, pengerjaan harus sudah selesai 55%. Nah ini, kenapa masih begini? Tadi saya lihat sejak datang, para pekerja juga kayaknya malas-malasan. Mereka sibuk yang minum kopi, bolak-balik bawa martil, ngaduk semen sama pasir juga lama! Gimana ini? Baru setelah saya datang mereka kerja giat begitu!" celetuk bosku. Gawat, dia sudah marah begini. Bola matanya sampai akan loncat ke dasar lantai. Memang dasarnya matanya menonjol, sedang marah begini jadi semakin menakutkan.Aku yang memang merasa salah pun hanya menunduk diam. Saat ini kufokuskan tanah yang masih belum dipasang paving untuk menghindari tatapan bos."Maaf, Bos." Baru aku meminta maaf lagi."Kalau kamu bosan dengan pekerjaan ini biar saya kasih ke orang lain!" tandasnya.Aku pun terperangah kaget. "Jangan, Bos, jangan. Saya yakin ini bukan

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Menagih Janji

    Pluk!Amplop di tanganku seketika jatuh beriringan dengan kagetnya bola mata ini yang semakin melebar. "Pecat? Saya dipecat? Saya salah apa, Bos?" "Salah kamu, karena kinerja kamu tidak memuaskan saya. Kalau saya ini adalah orang yang harus terus mempekerjakan orang-orang seperti kamu, mana bisa perusahaan saya maju! Sekarang kamu tinggalkan proyek ini dan jangan pernah kembali lagi. Kamu saya PECAT!"Seperti petir yang tiba-tiba menggelegar di siang bolong. Kata 'pecat' yang terlontar dari mulut Bos membuat para pekerja melirik ke arahku. Pasti mereka juga kaget."Bos, tapi …!" Aku merengek tak mau dipecat. Mau makan apa nanti? Apalagi pengeluaranku membengkak sejak menikah dengan Widya. Belum lagi biaya sewa rumah yang begitu besar karena aku hanya menyewa rumah mewah itu dan pura-pura membelinya. Itu supaya Widya bahagia menikah denganku dan bisa membanggakanku kepada orang lain. Maka dari itu aku tak setuju saat Widya usul rumah Ibu dijual."Bos, Bang Panjul dipecat?" sahut salah

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Rencana Menikah

    PoV Nurul***"Bagaimana kalau Bang Yadi meminta lebih dari hubungan kita sebelumnya yang hanya sering chatan. Bang Yadi ke mari sengaja ingin melihat kabar Dek Nur. Entah kenapa Bang Yadi malah nyaman bila bisa dengar kabar Dek Nur."Jleb!"Apa, Bang?" Kuteguk liur yang begitu pekat ini setelah mendengar pernyataan Bang Yadi barusan. Dia menghampiriku di rumah di sore hari ini. Sebelumnya dia juga sudah bilang, akan main-main ke mari. Dia adalah pria yang satu kontak denganku, dan tak ayal kami sesekali ngobrol di kedai tempat aku bekerja. Maksudnya kedai milikku, yang tak diketahui oleh orang lain."Hati Bang Yadi tidak bisa dibohongi. Bang Yadi tidak maksa, karena rasa suka tidak bisa dipaksakan. Hanya saja, Bang Yadi datang ke mari itu karena rasa suka ini berlebihan. Mungkin kedengarannya kurang tahu diri. Apalagi Bang Yadi bukan orang kaya. Sedangkan Dek Nur sekarang sudah punya segalanya." "Punya segalanya apa, Bang?" heranku."Eh. Ya maksudnya punya rumah loteng, dan juga be

Bab terbaru

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   End

    Saat ini ada kesempatan Bang Panjul untuk mengurung Mbak Widya di kamar. Dia langsung menguncinya hingga kini suara godor-gedor pintu pun terdengar dari balik kamar pribadi mereka."Bang! Bang! Buka! Buka, eh, buka! Itu di sana ada Mas Aryo yang mau datang untuk mengajak aku jalan-jalan. Kamu jangan terlalu cemburu Bang Panjul, biarkan aku jalan sama dia sekarang. Buka pintu ini! Cepetan muka!"Dari balik kamar sana Mbak Widya masih terus berteriak dan menggedor-gedor pintu. Aku dan Mas Aryo benar-benar jadi bingung untuk membawa Mbak Widya ke psikiater. Kalau dibiarkan pasti gangguan emosinya pasti lebih parah.Kini si Bang Panjul duduk di kursi dengan tatapan lesu dan lunglai. Dia juga mengacak rambut seolah-olah pusing dengan keadaan yang saat ini ia hadapi."Kenapa si Widya jadi begitu? Kenapa dia malah parah seperti ini ya?" Dia bicara sendiri di depan kami berdua."Istri kamu memang gila, Panjul! Pokoknya kamu harus ganti semua barang ibu yang pecah ini. Pokoknya Ibu juga nggak

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Gagal bawa ke psikiater

    PoV Nur***"Mau ngapain? Pokoknya aku gak mau, ya? Awas kalau kalian berani bawa aku ke mana-mana. Mati kalian!" Akan dibawa ke psikiater, Mbak Widya malah ngamuk-ngamuk di depan aku dan Mas Aryo, di depan Bang Panjul dan juga ibunya. Dia benar-benar brutal. Baru kali ini aku melihat Mbak Widya sengamuk ini. Betul-betul, otaknya sudah berat sebelah."Ya udah, kalau gak mau ya udah. Jangan kamu rusak semua barang saya, Widya!" Mantan mertua ngomel. Lihat saja apa yang terjadi, Mbak Widya acak-acak isi rumah. Sampai panci, wajan, centongan, semuanya berhamburan keluar. Seperti ada pertempuran antara istri dan selingkuhan suaminya.Brang! BRENG!Pluk!"Sinting kamu, Widya! Apa yang kamu lakukan? Rusak saja barang lain, jangan barang milik saya! Heurkh!"Bu Nengsih murka habis-habisan. Apalagi karena kekacauan ini malah berhasil mengundang perhatian para tetangga. Beberapa warga berhamburan menjadikan rumah Bu Nengsih ini sebagai pusat perhatian.Aku dan Mas Aryo pun bingung harus bag

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Stres Betulan?

    Semakin aneh lagi Mbak Widya. Jangan-jangan …"Sebenarnya ada apa, Bang?" Aku sangat penasaran dan langsung menanyakan pada si Bang Panjul."Sejak minum baygon sama so Klin lantai, otaknya jadi gesrek, Nur! Abang 'kan pernah cerita sama kamu waktu itu." Bang Panjul menjelaskan dengan fasih."Hah, jadi itu beneran?" Aku kaget, Mas Aryo pun masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."Beneran, Nur. Sepertinya kalau tidak keburu dicegah, dia bisa mati. Eh, malah stres!" kesal si Bang Panjul."Astaghfirullahaladzim!""Heh, jangan bilang aku stres ya, Bang? Kurang ajar! Kamu yang stres, kamu gak bisa kasih aku uang banyak! Kamu yang stres!" Mbak Widya nyolot.Aku tak habis pikir dengan tingkah Mbak Widya saat ini. Dia seperti lain, ini bukan dia. Kalau pembahasannya sih masih sama, tapi cara dia tampil dan dia ngelantur, ini beda."Lihat 'kan, Nur? Dia tidak gila semacam amesia, dia masih sadar, hanya kadang ngelantur dan kayak orang gila. Lihat aja, baju dia pakai dobel-dobel kayak gitu

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Calon Anggota Keluarga Baru

    PoV Nur***"Sebenarnya istri saya kenapa, Dok? Kok bisa sampai muntah-muntah begini, ya? Apa asam lambung?" Dokter malah senyam-senyum. "Selamat, Bu Nur sedang mengandung. Sepertinya sudah mau jalan 4 Minggu."Deg!Aku dan Mas Aryo yang duduk di depan dokter, di ruang pemeriksaan ini pun terkaget-kaget sekaligus bahagia. "Yang bener, Dok? Jadi istri saya hamil?"Aku hanya mampu berkali-kali meneguk liur saking terharunya. Kalau ini benar, alhamdulillah, kami memang benar-benar menanti. Itu alasan kenapa aku tidak ikut KB."Betul sekali. Apalagi istri Bapak telat datang bulan, ya?" ucap dokter lagi.Mas Aryo melirikku. "Kamu telat datang bulan?" tanyanya padaku.Aku pun manggut-manggut dengan senyum yang ragu. Memang tadi dokter bertanya mengenai hal itu."Alhamdulillah, jadi beneran hamil, ya?" Mas Aryo memastikan lagi pada dokter perempuan yang tengah memeriksaku.Begitu bahagianya kami. Ini adalah rezeki terindah sepanjang sejarah. Ah, aku hamil? Jadi pusing-pusing belakangan ini

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tarian Bollywood

    "Ya pakek nomor suamimu lah! Pakek nomor siapa lagi? Lagian, pasti pesannya udah dihapus. Tadi, barusan aja suamimu hubungi aku. Eh, kamu keburu datang aja, Nur. Hemh." Seharusnya ini bisa membangkitkan emosi anak kurang ajar ini. Tapi, bukannya dia marah, wajahnya malah lesu dan malas."Pakai nomor yang mana, Mbak? Pakai nomor yang ini?" Ia merogoh hp dari tas kecilnya, "ini hp Mas Aryo kebawa sama aku waktu tadi Mas Aryo peluk aku dan genggam-genggam tangan aku, kayaknya dia simpan hp di keranjang belanjaan tanpa sadar. Kayaknya gak ada kiriman pesan atau pesan masuk dari kamu deh, Mbak. Atau Mas Aryo pakai nomor mana ya?" Dengan penuh keyakinan dia membuat emosiku berapi-api. Hah? Bagaimana bisa hp Mas Aryo tertinggal di keranjang si Nur? Ah, lalu tertinggal saat si Mas Aryo meluk dia?"Eh, kamu lancang ya bawa-bawa hp suami!" tegurku kesal. Entah kenapa kesempatan membuat mereka adu mulut jalannya sesulit ini. Kenapa kebetulan? Lalu alasan apalagi?"Sudahlah, Wid, kamu pulang sa

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Datang Mertua

    PoV Widya***"Eh, eh, eh, apaan ini?"Seorang wanita paruh baya yang kehadirannya membuatku terkejut itu sudah berkacak pinggang. Ia menatapku dengan sengit. Ibu, kenapa mertuaku ada di sini?"Ibu?""Dasar istri kurang ajar! Bilang mau nyari kerja, kenapa kamu di sini? Mau ngapain di sini? Jangan-jangan kalian berdua main di belakang lagi ya?" cerocosnya. Mas Aryo pun bukannya kaget tapi dia malah geleng-geleng kepala. "Jangan asal tuduh, Bu. Lihat menantu Ibu yang menyodorkan dirinya pada saya. Sudah saya suruh pergi malah makin nyosor." Mas Aryo tega seserius itu membicarakan aku.Aku di sini panik."Eh, eh, eh, si Widya ini bikin malu. Sudah lagi perut bunting, sekarang malah begini. Gak waras kamu, ya?" celetuk mertua."Bu, diam dulu. Aku ke mari … aku ke mari karena ada urusan. Iya 'kan, Mas?" Aku melirik Mas Aryo berharap dia mau kongkalingkong. Kukedip-kedipkan mata memberikan kode."Urusan apa, Wid? Kamu mau ganggu aku lagi ya? Aku malu sih pernah jadi suami kamu. Lebih baik

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Rayuan Maut

    PoV Widya***Tok tok tok!Ehm!Aku pun berdehem untuk menetralisir kegugupan. Mungkin sudah jodohnya, pintu pun langsung dibukanya dan kini Mas Aryo pun telah menatap wajahku yang cantik ini."Eh, Wid? Ngapain?" Sepertinya urat malu ku bermunculan. Betapa tampannya dia, masih sama seperti dulu. Bahkan, jam tangan di pergelangan tangannya menambah kesan elegan dan sangat rupawan."Mas Aryo, boleh masuk aku, Mas?" ujarku malu-malu."Ada apa? Duduk saja di sana, ayok!" sarannya. Huwh, sebenarnya aku kesal, dia tak membawa aku masuk ke dalam rumahnya. Padahal, sat-set, sat-set, di kamar 5 menit juga beres. Dia pasti klepek-klepek.Mas Aryo duluan duduk, aku pun mengekor dan duduk di kursi kayu yang ada di teras ini. Wangi parfumnya meski masih berkeringat tetap melekat. Apalagi sekarang dia sudah kaya, pasti parfum ini juga mahal harganya."Ada apa, Wid? Nur sedang ke warung. Lebih baik kalau ada perlu, nanti saja ke sini lagi. Aku mau mandi ini."Mendengar kalimat 'mau mandi' entah ken

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Benar-benar Iri

    PoV Widya***Seharusnya aku tak melepaskan Mas Aryo kalau pada akhirnya dia akan jadi kaya seperti ini. Setelah aku telusuri lebih jauh sampai ke kota tempat ia tinggal, ternyata Mas Aryo dapat warisan dari kakeknya yang baru saja meninggal. Aku tidak ke sana, hanya menghubungi, cari informasi dari tetangganya yang kontaknya masih tersimpan.Huwh … kenapa si kakek tidak meninggal sejak dulu? Kenapa harus setelah aku cerai. Lagipula, yang aku tahu Mas Aryo ini hanya orang-orang biasa. Bukan keturunansultan.Pantas dia beli tanah dan bangun rumah sebesar ini. Di sini harga tanah masih relatif murah. Mendengar warisan yang disebutkan dari tetangga si Mas Aryo.Kuelus perut yang sudah semakin buncit ini. Darah daging siapa? Hurkh … si miskin! Si penipu!Aku sekarang dari kejauhan sedang menatapi rumah si Nur yang dibangunnya menggunakan jasa suamiku, mantan suaminya. Apa keduanya termasuk si Bang Panjul tidak sadar dengan posisi masing-masing sejak awal? Lihatlah, si Bang Panjul sampai

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Salah Obat

    PoV Panjul***"Huwh … huwh …." Hanya mampu mengatur pernapasan tanpa bicara. Ibu juga pasti mendengar gunjingan barusan."Oh, begitu? Mujur ya nasib perempuan itu. Sudah punya kedai makanan, punya kontrakan, katering, sekarang punya suami kaya. Ck, ck, ck."Aku malah semakin sesak napas dan gemetar mendengar kehidupan keduanya. Kenapa harus kebetulan ada tetangga rempong di sini. Meski aku pernah melihat dua orang ibu-ibu ini namun tak begitu akrab, bicaranya tak bisa membuat telingaku seketika mati pendengaran."Sialan! Mereka ngoceh apaan? Aku yakin, si Mas Aryo hanya nipu kayak laki-laki di sampingku ini. Aku juga yakin, beberapa bulan akan terbongkar apa sebenarnya maksud dari si Mas Aryo. Tidak mungkin dia baru menikah langsung membuatkan rumah mewah itu untuk si Nur. Apa berharganya anak itu." Dengarlah ocehan pedas Widya. Tapi sebenarnya bisa jadi. Oh tidak, aku kebas dan kesemutan."Aneh, dari jalan keluar rumah sampai Ibu ke pasar, sampai ibu ke warung balik lagi ke rumah sa

DMCA.com Protection Status