Share

DP rumah baru

Penulis: Kom Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bu Ajeng menimpali. "Walah, Nur, wajar kalau kamu gak kecewa berat, secara melepas pria hidung belang itu kan gak menyakitkan. Hihi."

"Ah, somplak!" Mbak Widya pergi dengan kecewa duduk lagi ke tempat asalnya tadi, sebelum nanti akan dipanggil ke ruang depan untuk ijab qobul. Sebentar lagi seserahan akan datang. Seharusnya aku diam saja di kamar sambil minum es jeruk, tapi itu bisa buat mereka berpikir kalau aku cemburu. Dan sekarang, aku bukannya cemburu, malah ingin melihat mereka berdua menikah dan nanti ada drama baru. Hahah.

"Eh, udah datang tuh tamunya. Ayok, ayok! Siap-siap Wid!" seru beberapa warga. Aku biar nanti langsung duduk saja di sana, sekarang biarkan saja penerimaan dan pembukaan di sana oleh Pak Rt. Seharusnya pakai toa, biar kedengaran sampai kampung seberang. Tapi ibaratnya ini hanya masih nikah siri. Tapi meski nikah siri tetap saja bermodal untuk suguhan nasi dan lauk. Untung saja yang keluar modal itu si Bang Panjul. Aku hanya penyedia tempat.

Aku bersantai dulu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Aku Wanit Cantik

    PoV Widya***Hai pemirsa, namaku Widya. Seorang wanita cantik berwajah glowing, semok dan juga bertubuh jenjang. Aku kakaknya si Nur, tapi hanya kakak se-ibu.Memang aku baru tahu belakangan kalau aku ini bukanlah anak kandung bapakku saat aku beranjak remaja. Aku ternyata hanya anak sambungnya, yang dibawa almarhumah ibu dari pria yang tak bermodal. Dan sialnya, aku tidak dapat warisan dari bapakku itu. Selain mungkin dia belum wafat, dia juga pasti orang miskin. Sampai saat ini, aku tidak tahu di mana ayah kandungku itu. Cerita ini tidak diketahui si Nur, karena ibu takut kalau ada kesenjangan di antara kami, katanya. Kalau aku, bodo amat! Tapi, kalau si Nur tahu aku bukan kakaknya waktu itu, bisa saja dia menjadi berontak, dan tidak mau seolah-olah jadi babuku.Singkat cerita saat itu, di saat aku sudah menikah dengan Mas Aryo yang keturunan Jawa, kudapati si Panjul yang sering curi-curi perhatian saat aku lewat ke kampungnya. Pria itu memang tidak begitu kaya kelihatannya, tapi t

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Diusir Betulan

    Tapi aku masih kecewa, kenapa dia bisa ubah nama kepemilikan rumah secepat itu. Entah dapat pengaruh dari mana dia, sampai-sampai aku pun kalah. Ya, itu memang hartanya yang ibu amanahkan dari bapak kandung si Nur. Tapi aku juga harus punya bagian, karena aku kakaknya dan anak dari ibu.Karena aku tak dapat rumah itu, maka aku memaksa si Panjul untuk membelikan aku rumah. Apalagi dia juga bawa maskawin berupa uang 50 juta rupiah, belum perhiasan. Yang itu artinya duitnya masih banyak.Si Nur mengusir kami setelah acara akad nikah selesai. Angkuh sekali anak itu. Andai membunuhnya tidak akan buat aku masuk penjara, pasti dia sudah kubunuh. Tapi sayang, tidak bisa. Dia bukan lagi ayam yang bisa berkokok dan bisa aku kurung, sekarang dia sudah lincah. Apa jangan-jangan karena pengaruh Mas Aryo? Karena mereka pasti sering sms-an. Ah, sialan!Meski sudah diusir, tapi aku masih di rumah ini, ya, untuk malam pengantin saja. Karena besok si Panjul, yang aku sebut Bang Panjul, akan membeli seb

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tak Ada Adik, Ada Mertua

    PoV Widya***"Bu, sekarang kami nginap dulu di rumah Ibu, ya? Besok Panjul mau pindah ke rumah baru yang baru dibeli." Aku dan Bang Panjul sudah ada di rumah orang tuanya. Ya, yang sederhana, tidak begitu mewah. Hanya saja lebih bagus dari rumah lama yang aku jual."Kamu jadi beli rumah baru itu, Jul?" ujar mertuaku. Semoga dia tidak cerewet. Tapi, kalau dari roman-ronannya, dia itu seperti cerewet dan perhitungan. Ah iya, lihat saja waktu itu, dia membawakanku masakan gratisan, sampai aku mual dan muntah, sampai aku kapok dibawakan makanan olehnya."Jadi, Bu, jadi. Sudah Panjul selesaikan pembayarannya. Sebenarnya ini 'kan sudah rencana Panjul dari awal, kalau bisa nikah sama Widya, Bu. Eh, kesampean." Ya, memang begitu katanya ceritanya. Tadi ia bilang saat kami di motor. Dia sudah mengincar rumah itu untukku, dan bukan untuk si Nur. Sayangnya memang pakai uang mahar yang ia kasih. Ya, tak apalah. Rumah itu lebih mahal. Mataku jingkrak-jingkrak dengan benda yang lebih mewah dan m

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tak Ada Adik, Ada Mertua 2

    "Nah, bagus, Sayang. Kalau sudah punya anak, aku akan kerja lebih rajin lagi. Aku juga akan berikan seluruh kepunyaanku untuk anak kita. Semoga kamu segera hamil." Si Bang Panjul histeris. Nah, ini boleh, kalau ada iming-iming harta, aku mau ini."Iya, anak itu aset. Apalagi supaya perbaiki keturunan, Jul. Lihat, wajah Widya cantik, body seksi. Pasti nanti cucu Ibu cantik dan tampan. Itu bagus. Untung saja si Nur belum hamil." Mertuaku nampak kurang suka sekali pada si Nur, beda padaku. Jelaslah, aku ini beda sekali dengannya.***Seminggu sudah aku tinggal di rumah baru yang sama bagusnya dengan rumah yang aku beli yang dirampas si Nurul. Bahkan, ini lebih bagus. Hanya saja, sertifikatnya entah di mana. Katanya, si Bang Panjul simpan dan akan jadi atas namaku. Wah, aku kaya, aku kaya. Apalagi uang yang ia kasih padaku juga banyak. Selalu lebih buat makan, belanja dan kebutuhan lain. Tapi, yang jadi masalah di rumah ini tidak ada pembantu. Sehingga aku harus mengerjakan pekerjaan rum

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Beda Istri, Beda Segalanya

    PoV Panjul***"Haduh, pengantin baru. Lenyap adiknya, dapet kakaknya. Semok lagi. Bagus Bang Panjul hebat!" Di tempat kerja bawahan-bawahanku bersorak. Memang kabar menikahnya aku dengan kakak ipar itu sudah menyebar. Ya, aku juga yang bicara pada mereka. Aku pamer."Ya, namanya jodoh, ya begini. Haha. Adiknya kerasain, kakaknya didapetin. Haha." Aku tergelak tawa saat sedang menikmati secangkir kopi bersama mereka.Namaku memang Panjul. Pria pekerja keras dalam bidang bangunan, sehingga setahun yang lalu aku sudah diangkat jadi mandor. Itu bahasa kerennya. Pengangkatan didasari kinerjaku yang bagus dan cekatan. Aku juga kalau kerja teliti, pantas memiliki jabatan ini. Aduh, gak sabar nanti naik jabatan lagi, biar nanti kerjaku semakin ringan. Uang gede, tapi kerja gak begitu menguras tenaga."Jul, enak adiknya, enak kakaknya. Hemh?" Si Romli memainkan alisnya digerak-gerak menggodaku. Dia itu rekanku, maka tidak harus sebut aku bos Panjul. Nama saja cukup karena sudah biasa. Paling

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Manajer Baru di Rumah

    "Ehm, Jul, aneh deh, kok di rumah ini Ibu kayak capek sendiri, ya. Ibu sejak pagi bangun, nyapu, pel, nyuci, lah, istrimu cuma diam. Badan Ibu tinggal di sini tiga minggu mau copot ini. Beresin rumah Segede ini. Kan biasanya Ibu beresin rumah yang sederhana."Saat aku sedang menyeduh kopi, Ibu menghampiri. Ini masih pukul tujuh, jadi istriku jam segini masih joging. Pantas Ibu kerjakan semuanya sendiri."Ibu capek? Kenapa gak sisain kerjaan buat Widya, Bu. Jangan Ibu kerjain semua." Aku berkomentar sembari mengangkat gelas untuk di bawa ke meja depan. Menikmati pagi hari sambil merokok, dan sambil menyeruput kopi hitam. Itu baru rencana."Ah, si Widya kalau Ibu sisain kerjaan, malah Ibu yang repot Jul. Ibu tinggalin cuci piring dua hari, dia gak sentuh sedikit pun, Jul. Hemh, jadi Ibu deh yang repot. Biasanya dicicil nyucinya pas udah beres makan, sengaja Ibu tumpuk, malah Ibu yang repot," jawab Ibu dengan nada sedikit kesal."Ya sudah, Ibu lanjutkan saja kalau Ibu gak kerepotan. Kala

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Mertua Jadi Babu

    PoV Widya***"Wid, sekali-kali bantu Ibu beresin rumah kenapa sih? Kamu memang cantik, tapi juga harus bisa beresin rumah. Setelah Ibu pikir-pikir, cuma pamerin kamu itu gak ada guna ah!" Tiba-tiba mertuaku berseru lalu berdecak kesal. Tidak tahu diri, sudah tinggal di sini, masak iya dia mau gratisan?Aku yang sedang memakai cat kuku pun segera menjawab. "Bu, bukankah Ibu sendiri yang minta Widya dandan cantik supaya Ibu bangga? Nih lihat, kuku Widya begitu cantik. Tangan juga halus gak kapalan. Kalau Widya nyapu dan pel lantai terus, bisa-bisa ini tanganku kasar. Maaf ya, Bu, tapi 'kan tangan Ibu dasarnya udah kasar, jadi memang Ibu sudah biasa." Aku nyeletuk.Secepat kilat tubuhnya yang tadi begitu jauh, sekarang sudah ada saja di dekatku. Macam si Kunti, cling di sana, cling di sini."Ah, Ibu ralat omongan Ibu. Pamerin kamu ke tetangga, malah Ibu yang apes. Masak iya kerja di rumah anak dan menantu!" sahutnya lagi. Aku pun mengernyit heran."Lah, Bu, di rumah Ibu suka ngepel sam

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Dapat Tukang Rujak

    Setelah memuji mertua sampai ia terbang ke awang-awang, aku segera pergi. Niatnya mau langsung ke mall dengan sepeda motor milik Ibu, tapi, aku penasaran. Apa kabar si Nurul saat ini? Nomornya sudah aku blokir, jadi tidak tahu lagi kabar dia. Aku harus minta lagi nomornya, biar aku bisa pamer padanya. Iya, iya bener."Lah, si Nur ngapain tuh sama laki-laki?" gerutuku heran dalam hati. Lekas saja tubuhku yang masih ada di jok roda dua ini kubawa ke halaman rumah kami. Iya, ini rumahku juga. Hanya saja sertifikatnya belum aku temukan entah di mana."Eh, Mbak Widya? Apa kabar, Mbak? Tumben ke mari?" Si Nur menyapaku lebih dulu. Memang sudah tiga Minggu lebih aku tidak ke sini. Di dekatnya ada seorang pria yang menatapku santai. Jangan-jangan mereka pacaran? Ah iya. Aku juga seperti tak asing dengan wajahnya."Kamu mau ke mana, Nur? Siapa dia?" tanyaku langsung tanpa menjawab sapaannya.Si Nur senyum simpul. Dia sepertinya akan pergi ke suatu tempat dengan pria itu. Lihat saja, pakaiannya

Bab terbaru

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   End

    Saat ini ada kesempatan Bang Panjul untuk mengurung Mbak Widya di kamar. Dia langsung menguncinya hingga kini suara godor-gedor pintu pun terdengar dari balik kamar pribadi mereka."Bang! Bang! Buka! Buka, eh, buka! Itu di sana ada Mas Aryo yang mau datang untuk mengajak aku jalan-jalan. Kamu jangan terlalu cemburu Bang Panjul, biarkan aku jalan sama dia sekarang. Buka pintu ini! Cepetan muka!"Dari balik kamar sana Mbak Widya masih terus berteriak dan menggedor-gedor pintu. Aku dan Mas Aryo benar-benar jadi bingung untuk membawa Mbak Widya ke psikiater. Kalau dibiarkan pasti gangguan emosinya pasti lebih parah.Kini si Bang Panjul duduk di kursi dengan tatapan lesu dan lunglai. Dia juga mengacak rambut seolah-olah pusing dengan keadaan yang saat ini ia hadapi."Kenapa si Widya jadi begitu? Kenapa dia malah parah seperti ini ya?" Dia bicara sendiri di depan kami berdua."Istri kamu memang gila, Panjul! Pokoknya kamu harus ganti semua barang ibu yang pecah ini. Pokoknya Ibu juga nggak

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Gagal bawa ke psikiater

    PoV Nur***"Mau ngapain? Pokoknya aku gak mau, ya? Awas kalau kalian berani bawa aku ke mana-mana. Mati kalian!" Akan dibawa ke psikiater, Mbak Widya malah ngamuk-ngamuk di depan aku dan Mas Aryo, di depan Bang Panjul dan juga ibunya. Dia benar-benar brutal. Baru kali ini aku melihat Mbak Widya sengamuk ini. Betul-betul, otaknya sudah berat sebelah."Ya udah, kalau gak mau ya udah. Jangan kamu rusak semua barang saya, Widya!" Mantan mertua ngomel. Lihat saja apa yang terjadi, Mbak Widya acak-acak isi rumah. Sampai panci, wajan, centongan, semuanya berhamburan keluar. Seperti ada pertempuran antara istri dan selingkuhan suaminya.Brang! BRENG!Pluk!"Sinting kamu, Widya! Apa yang kamu lakukan? Rusak saja barang lain, jangan barang milik saya! Heurkh!"Bu Nengsih murka habis-habisan. Apalagi karena kekacauan ini malah berhasil mengundang perhatian para tetangga. Beberapa warga berhamburan menjadikan rumah Bu Nengsih ini sebagai pusat perhatian.Aku dan Mas Aryo pun bingung harus bag

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Stres Betulan?

    Semakin aneh lagi Mbak Widya. Jangan-jangan …"Sebenarnya ada apa, Bang?" Aku sangat penasaran dan langsung menanyakan pada si Bang Panjul."Sejak minum baygon sama so Klin lantai, otaknya jadi gesrek, Nur! Abang 'kan pernah cerita sama kamu waktu itu." Bang Panjul menjelaskan dengan fasih."Hah, jadi itu beneran?" Aku kaget, Mas Aryo pun masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."Beneran, Nur. Sepertinya kalau tidak keburu dicegah, dia bisa mati. Eh, malah stres!" kesal si Bang Panjul."Astaghfirullahaladzim!""Heh, jangan bilang aku stres ya, Bang? Kurang ajar! Kamu yang stres, kamu gak bisa kasih aku uang banyak! Kamu yang stres!" Mbak Widya nyolot.Aku tak habis pikir dengan tingkah Mbak Widya saat ini. Dia seperti lain, ini bukan dia. Kalau pembahasannya sih masih sama, tapi cara dia tampil dan dia ngelantur, ini beda."Lihat 'kan, Nur? Dia tidak gila semacam amesia, dia masih sadar, hanya kadang ngelantur dan kayak orang gila. Lihat aja, baju dia pakai dobel-dobel kayak gitu

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Calon Anggota Keluarga Baru

    PoV Nur***"Sebenarnya istri saya kenapa, Dok? Kok bisa sampai muntah-muntah begini, ya? Apa asam lambung?" Dokter malah senyam-senyum. "Selamat, Bu Nur sedang mengandung. Sepertinya sudah mau jalan 4 Minggu."Deg!Aku dan Mas Aryo yang duduk di depan dokter, di ruang pemeriksaan ini pun terkaget-kaget sekaligus bahagia. "Yang bener, Dok? Jadi istri saya hamil?"Aku hanya mampu berkali-kali meneguk liur saking terharunya. Kalau ini benar, alhamdulillah, kami memang benar-benar menanti. Itu alasan kenapa aku tidak ikut KB."Betul sekali. Apalagi istri Bapak telat datang bulan, ya?" ucap dokter lagi.Mas Aryo melirikku. "Kamu telat datang bulan?" tanyanya padaku.Aku pun manggut-manggut dengan senyum yang ragu. Memang tadi dokter bertanya mengenai hal itu."Alhamdulillah, jadi beneran hamil, ya?" Mas Aryo memastikan lagi pada dokter perempuan yang tengah memeriksaku.Begitu bahagianya kami. Ini adalah rezeki terindah sepanjang sejarah. Ah, aku hamil? Jadi pusing-pusing belakangan ini

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tarian Bollywood

    "Ya pakek nomor suamimu lah! Pakek nomor siapa lagi? Lagian, pasti pesannya udah dihapus. Tadi, barusan aja suamimu hubungi aku. Eh, kamu keburu datang aja, Nur. Hemh." Seharusnya ini bisa membangkitkan emosi anak kurang ajar ini. Tapi, bukannya dia marah, wajahnya malah lesu dan malas."Pakai nomor yang mana, Mbak? Pakai nomor yang ini?" Ia merogoh hp dari tas kecilnya, "ini hp Mas Aryo kebawa sama aku waktu tadi Mas Aryo peluk aku dan genggam-genggam tangan aku, kayaknya dia simpan hp di keranjang belanjaan tanpa sadar. Kayaknya gak ada kiriman pesan atau pesan masuk dari kamu deh, Mbak. Atau Mas Aryo pakai nomor mana ya?" Dengan penuh keyakinan dia membuat emosiku berapi-api. Hah? Bagaimana bisa hp Mas Aryo tertinggal di keranjang si Nur? Ah, lalu tertinggal saat si Mas Aryo meluk dia?"Eh, kamu lancang ya bawa-bawa hp suami!" tegurku kesal. Entah kenapa kesempatan membuat mereka adu mulut jalannya sesulit ini. Kenapa kebetulan? Lalu alasan apalagi?"Sudahlah, Wid, kamu pulang sa

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Datang Mertua

    PoV Widya***"Eh, eh, eh, apaan ini?"Seorang wanita paruh baya yang kehadirannya membuatku terkejut itu sudah berkacak pinggang. Ia menatapku dengan sengit. Ibu, kenapa mertuaku ada di sini?"Ibu?""Dasar istri kurang ajar! Bilang mau nyari kerja, kenapa kamu di sini? Mau ngapain di sini? Jangan-jangan kalian berdua main di belakang lagi ya?" cerocosnya. Mas Aryo pun bukannya kaget tapi dia malah geleng-geleng kepala. "Jangan asal tuduh, Bu. Lihat menantu Ibu yang menyodorkan dirinya pada saya. Sudah saya suruh pergi malah makin nyosor." Mas Aryo tega seserius itu membicarakan aku.Aku di sini panik."Eh, eh, eh, si Widya ini bikin malu. Sudah lagi perut bunting, sekarang malah begini. Gak waras kamu, ya?" celetuk mertua."Bu, diam dulu. Aku ke mari … aku ke mari karena ada urusan. Iya 'kan, Mas?" Aku melirik Mas Aryo berharap dia mau kongkalingkong. Kukedip-kedipkan mata memberikan kode."Urusan apa, Wid? Kamu mau ganggu aku lagi ya? Aku malu sih pernah jadi suami kamu. Lebih baik

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Rayuan Maut

    PoV Widya***Tok tok tok!Ehm!Aku pun berdehem untuk menetralisir kegugupan. Mungkin sudah jodohnya, pintu pun langsung dibukanya dan kini Mas Aryo pun telah menatap wajahku yang cantik ini."Eh, Wid? Ngapain?" Sepertinya urat malu ku bermunculan. Betapa tampannya dia, masih sama seperti dulu. Bahkan, jam tangan di pergelangan tangannya menambah kesan elegan dan sangat rupawan."Mas Aryo, boleh masuk aku, Mas?" ujarku malu-malu."Ada apa? Duduk saja di sana, ayok!" sarannya. Huwh, sebenarnya aku kesal, dia tak membawa aku masuk ke dalam rumahnya. Padahal, sat-set, sat-set, di kamar 5 menit juga beres. Dia pasti klepek-klepek.Mas Aryo duluan duduk, aku pun mengekor dan duduk di kursi kayu yang ada di teras ini. Wangi parfumnya meski masih berkeringat tetap melekat. Apalagi sekarang dia sudah kaya, pasti parfum ini juga mahal harganya."Ada apa, Wid? Nur sedang ke warung. Lebih baik kalau ada perlu, nanti saja ke sini lagi. Aku mau mandi ini."Mendengar kalimat 'mau mandi' entah ken

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Benar-benar Iri

    PoV Widya***Seharusnya aku tak melepaskan Mas Aryo kalau pada akhirnya dia akan jadi kaya seperti ini. Setelah aku telusuri lebih jauh sampai ke kota tempat ia tinggal, ternyata Mas Aryo dapat warisan dari kakeknya yang baru saja meninggal. Aku tidak ke sana, hanya menghubungi, cari informasi dari tetangganya yang kontaknya masih tersimpan.Huwh … kenapa si kakek tidak meninggal sejak dulu? Kenapa harus setelah aku cerai. Lagipula, yang aku tahu Mas Aryo ini hanya orang-orang biasa. Bukan keturunansultan.Pantas dia beli tanah dan bangun rumah sebesar ini. Di sini harga tanah masih relatif murah. Mendengar warisan yang disebutkan dari tetangga si Mas Aryo.Kuelus perut yang sudah semakin buncit ini. Darah daging siapa? Hurkh … si miskin! Si penipu!Aku sekarang dari kejauhan sedang menatapi rumah si Nur yang dibangunnya menggunakan jasa suamiku, mantan suaminya. Apa keduanya termasuk si Bang Panjul tidak sadar dengan posisi masing-masing sejak awal? Lihatlah, si Bang Panjul sampai

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Salah Obat

    PoV Panjul***"Huwh … huwh …." Hanya mampu mengatur pernapasan tanpa bicara. Ibu juga pasti mendengar gunjingan barusan."Oh, begitu? Mujur ya nasib perempuan itu. Sudah punya kedai makanan, punya kontrakan, katering, sekarang punya suami kaya. Ck, ck, ck."Aku malah semakin sesak napas dan gemetar mendengar kehidupan keduanya. Kenapa harus kebetulan ada tetangga rempong di sini. Meski aku pernah melihat dua orang ibu-ibu ini namun tak begitu akrab, bicaranya tak bisa membuat telingaku seketika mati pendengaran."Sialan! Mereka ngoceh apaan? Aku yakin, si Mas Aryo hanya nipu kayak laki-laki di sampingku ini. Aku juga yakin, beberapa bulan akan terbongkar apa sebenarnya maksud dari si Mas Aryo. Tidak mungkin dia baru menikah langsung membuatkan rumah mewah itu untuk si Nur. Apa berharganya anak itu." Dengarlah ocehan pedas Widya. Tapi sebenarnya bisa jadi. Oh tidak, aku kebas dan kesemutan."Aneh, dari jalan keluar rumah sampai Ibu ke pasar, sampai ibu ke warung balik lagi ke rumah sa

DMCA.com Protection Status