Share

Manajer Baru di Rumah

Penulis: Kom Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ehm, Jul, aneh deh, kok di rumah ini Ibu kayak capek sendiri, ya. Ibu sejak pagi bangun, nyapu, pel, nyuci, lah, istrimu cuma diam. Badan Ibu tinggal di sini tiga minggu mau copot ini. Beresin rumah Segede ini. Kan biasanya Ibu beresin rumah yang sederhana."

Saat aku sedang menyeduh kopi, Ibu menghampiri. Ini masih pukul tujuh, jadi istriku jam segini masih joging. Pantas Ibu kerjakan semuanya sendiri.

"Ibu capek? Kenapa gak sisain kerjaan buat Widya, Bu. Jangan Ibu kerjain semua." Aku berkomentar sembari mengangkat gelas untuk di bawa ke meja depan. Menikmati pagi hari sambil merokok, dan sambil menyeruput kopi hitam. Itu baru rencana.

"Ah, si Widya kalau Ibu sisain kerjaan, malah Ibu yang repot Jul. Ibu tinggalin cuci piring dua hari, dia gak sentuh sedikit pun, Jul. Hemh, jadi Ibu deh yang repot. Biasanya dicicil nyucinya pas udah beres makan, sengaja Ibu tumpuk, malah Ibu yang repot," jawab Ibu dengan nada sedikit kesal.

"Ya sudah, Ibu lanjutkan saja kalau Ibu gak kerepotan. Kala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Mertua Jadi Babu

    PoV Widya***"Wid, sekali-kali bantu Ibu beresin rumah kenapa sih? Kamu memang cantik, tapi juga harus bisa beresin rumah. Setelah Ibu pikir-pikir, cuma pamerin kamu itu gak ada guna ah!" Tiba-tiba mertuaku berseru lalu berdecak kesal. Tidak tahu diri, sudah tinggal di sini, masak iya dia mau gratisan?Aku yang sedang memakai cat kuku pun segera menjawab. "Bu, bukankah Ibu sendiri yang minta Widya dandan cantik supaya Ibu bangga? Nih lihat, kuku Widya begitu cantik. Tangan juga halus gak kapalan. Kalau Widya nyapu dan pel lantai terus, bisa-bisa ini tanganku kasar. Maaf ya, Bu, tapi 'kan tangan Ibu dasarnya udah kasar, jadi memang Ibu sudah biasa." Aku nyeletuk.Secepat kilat tubuhnya yang tadi begitu jauh, sekarang sudah ada saja di dekatku. Macam si Kunti, cling di sana, cling di sini."Ah, Ibu ralat omongan Ibu. Pamerin kamu ke tetangga, malah Ibu yang apes. Masak iya kerja di rumah anak dan menantu!" sahutnya lagi. Aku pun mengernyit heran."Lah, Bu, di rumah Ibu suka ngepel sam

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Dapat Tukang Rujak

    Setelah memuji mertua sampai ia terbang ke awang-awang, aku segera pergi. Niatnya mau langsung ke mall dengan sepeda motor milik Ibu, tapi, aku penasaran. Apa kabar si Nurul saat ini? Nomornya sudah aku blokir, jadi tidak tahu lagi kabar dia. Aku harus minta lagi nomornya, biar aku bisa pamer padanya. Iya, iya bener."Lah, si Nur ngapain tuh sama laki-laki?" gerutuku heran dalam hati. Lekas saja tubuhku yang masih ada di jok roda dua ini kubawa ke halaman rumah kami. Iya, ini rumahku juga. Hanya saja sertifikatnya belum aku temukan entah di mana."Eh, Mbak Widya? Apa kabar, Mbak? Tumben ke mari?" Si Nur menyapaku lebih dulu. Memang sudah tiga Minggu lebih aku tidak ke sini. Di dekatnya ada seorang pria yang menatapku santai. Jangan-jangan mereka pacaran? Ah iya. Aku juga seperti tak asing dengan wajahnya."Kamu mau ke mana, Nur? Siapa dia?" tanyaku langsung tanpa menjawab sapaannya.Si Nur senyum simpul. Dia sepertinya akan pergi ke suatu tempat dengan pria itu. Lihat saja, pakaiannya

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tempat Usaha Baru

    PoV Nur***"Terima kasih ya, Mbak. Semoga setelah Mbak pegang, kedai ini jadi ramai. Soalnya saya perlu uang, makanya saya menjual ini. Saya juga mau pindah ke luar daerah karena saya dan istri akan menetap di sana."Begitu obrolan akhir antara aku dengan Pak Malik. Dia adalah orang yang punya kedai yang saat ini aku injak, namun sekarang surat-menyurat kedai ini sudah ada di tanganku."Baik, Pak. Semoga di sana Bapak berhasil, Pak, dan saya juga bisa menghidupkan kembali tempat ini."Pak Malik telah pergi. Mulai saat ini, kedai ini resmi jadi milikku. Dia akan pergi meninggalkan daerah ini untuk waktu yang tidak bisa ditentukan, atau mungkin untuk selamanya. Apalagi dia bukan asli orang sini.Atas pemberitahuan Bang Ramlan aku tahu kedai ini akan dijual. Padahal kedai ini katanya ramai pengunjung, tapi si pemilik lebih menginginkan untuk menjual tempat ini. Mungkin karena untuk mengendalikan dari jarak jauh itu lumayan sulit juga. Dan kebetulan jarak dari kedai ini ke rumah tidak be

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Mulut Julid Mantan Mertua

    Setelah kulirik, ternyata pelanggan ini adalah mantan mertua. "Eh, Ibu?" Kusapa dia.Dia kaget. "Eh, Nur? Kamu Nur? Eh, kerja di sini, Nur? Hihi." Eh, dia malah cekikikan. Somplak sekali.Aku tak memperdulikan isi hati, dan lebih baik membungkus pesanannya. Meski aku tidak cerdas di sekolah, tapi sekali ucap saja, aku sudah hafal apa pesanannya tadi."Ini, Bu, semuanya 65 ribu." Aku menyodorkan pesanan tadi yang telah dibungkus.Ia malah heran. "Eh, memang masih ingat saya pesan apa? Awas kalau salah, saya adukan ke bosmu!" celetuknya."Coba cek aja, Bu, itu ayam lima, tempe orek, sama capcay. Ikan mujairnya dua 'kan?"Ibu mencebik mendengar jawabanku sembari ia cek. Memang dia pikir aku budeg?"Hemh, baguslah. Ini uangnya 70 ribu." Ia memberikan selembar kertas berwarna biru dan yang satunya berwarna hijau. Benar, 70 ribu.Di saat aku ambil kembalian, ia menolak. "Eh, buat kamu aja. Anggap aja itu tips kayak ojol. Hihi. Kasihan Ibu lihat kamu menderita begini. Rumah aja gede, tapi ke

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tema Nyinyir Baru

    PoV Nur***[Nur, kata bumer, kamu kerja di warteg, ya? Hahaha. Awas ya, Nur, kalau kita ketemu nanti, kamu jangan bilang adik Mbak, kalau orang lain tanya atau ada yang belum tahu. Mbak gengsi. Kata ibu, penampilan kamu lusuh sekali. Wkwkwk]Itu isi pesan dari Mbak Widya tadi. Setelah beres bersih-bersih dan menunaikan ibadah shalat isya, aku segera berbaring di ranjang.Melihat sekeliling, rumah ini begitu sepi. Rumah gede, tapi hanya aku seorang. Padahal kamar ada beberapa. Kalau ada saudara menginap, pasti tertampung.Kubalas pesan dari Mbak Widya ini untuk menetralisir kesunyian.[Ya ampun, Mbak, Mbak baik hati sekali begitu perhatian sama aku. Sampai-sampai Mbak gunjingin aku dan sekarang kirim pesan ke aku. Oiya, kalau Mbak gak mau diakui oleh aku, jangan cemas, Mba, aku juga gak akan akui Mbak kok. Lagian, kan orang-orang juga sudah dengar gosip Mbak bagaimana orangnya. Udah ya, Mbak, aku mau tidur dulu. Selamat malam Mbakku tercinta]TerkirimTak lupa kububuhi emotikon love y

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Sepertinya Mau Direbus

    Pagi hari seperti biasa aku berkutat di kedai. Semua masakan sudah siap, dan pelanggan semoga semakin banyak. Biasanya, kalau makan siang nanti, mereka suka membludak.Oya, tadi aku mendapat pesan balasan dari Mas Aryo yang semalam itu. Ternyata mbahnya memang telah berpulang kepada Sang Agung. Aku pun turut berbela sungkawa. Mau ke sana tapi jauh, cukup doa saja. Kasihan sekali Mas Aryo. Dia sudah yatim piatu, Mbahnya juga sekarang sudah berpulang. Padahal aku tahu, Mbahnya itu masih sehat sekali, meski sudah renta. Alhamdulillah hubungan aku dan Mas Aryo sampai saat ini masih baik-baik saja. Silaturahmi kami masih terjalin."Mbak, saya mau ayamnya empat ya, sama tumis dua bungkus." Seorang pelanggan tiba."Baik, Mbak, saya bungkuskan, ya." "Iya, Mbak. Oiya, Mbak, apa di daerah sini ada kost-kostan murah, ya? Soalnya saya punya saudara perempuan mau kuliah di daerah sini, Mbak. Sebenarnya saya juga tawarin di rumah saya, tapi mungkin sungkan, karena di rumah saya banyakan. Rumah se

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tawaran Kontrakan

    PoV Nur***"Eh, Nur, kontrakan di jalan Kelelawar mau dijual katanya. Itu yang punya udah meninggal, anaknya mau jual. Kan ada lima pintu, anaknya ada 6. Katanya mau dijual, uangnya mau dibagikan."Menul yang saat ini berkunjung ke kedai makananku bercerita. Dia masih melahap kacang kupas sudah habis lima bungkus. 5 × 2000 sudah 10 ribu. Memang bagus punya teman seperti dia. Kecuali kalau ngutang, aku bisa bangkrut. Tapi dia bukan tipikal penghutang. Haha."Memang kenapa kamu cerita ke aku, Nul?" tanyaku. Tangan masih menulis barang belanjaan yang akan dibeli. "Bukan kenapa, Nur. Beli sana, punya uang gak? Harganya di sana memang agak mahal, tapi kamu bisa jadi juragan kontrakan Nur!" jawab Menul lagi dengan wajah serius terus mengupas kulit kacang."Ah, aku mana ada uang. Pasti ber M M, kan. Aku gak ada uang sebanyak itu." "Yaelah, kayaknya gak sampai milyaran. Paling ratusan juta aja. Ya, dekat-dekat ke 1 M." Aku menarik kedua ujung bibir. "Sama aja, Nul, aku ada uang dari mana.

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tamu Angkuh

    "Bukan iri, tapi sayang. Mbak kebayang kalau wajah Mbak yang mulus kena jerawat atau beruntusan? Kecantikan bisa lenyap seketika!" komentarku lagi.Dia malah tertawa. "Hahaha. Skincare aku bagus. Mahal. Terjamin. Terdaftar BPOM. Semua yang aku pakai itu mahal. Ya, seperti yang artis-artis pakai lah!" jelasnya angkuh. Aku tersenyum sinis."Lah, dia gak tahu apa ya, Nur? Artis juga banyak wajahnya yang rusak. Katanya ke dokter termahal, operasi juga gagal. Pengen cantik, jadi kayak botol kecap. Hahaha." Si Menul menertawakan. Aku juga ingin, tapi takut dosa. Wkwkwk."Eh enak saja kau gentong minyak! Perlu kamu tahu, aku mau suntik putih terus operasi pipi biar agak tirus. Bukan bulet kayak serabi mirip pipimu!"Mendengar pernyataan Mbak Widya barusan aku malah cemas. "Ngapain sih Mbak harus operasi segala? Mbak itu sudah cantik dan seharusnya memang disyukuri dan dirawat saja!" Tapi dia malah tertawa mendengar nasehatku. "Hahaha, sudahlah kamu jangan iri. Kamu juga jangan banyak ngomon

Bab terbaru

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   End

    Saat ini ada kesempatan Bang Panjul untuk mengurung Mbak Widya di kamar. Dia langsung menguncinya hingga kini suara godor-gedor pintu pun terdengar dari balik kamar pribadi mereka."Bang! Bang! Buka! Buka, eh, buka! Itu di sana ada Mas Aryo yang mau datang untuk mengajak aku jalan-jalan. Kamu jangan terlalu cemburu Bang Panjul, biarkan aku jalan sama dia sekarang. Buka pintu ini! Cepetan muka!"Dari balik kamar sana Mbak Widya masih terus berteriak dan menggedor-gedor pintu. Aku dan Mas Aryo benar-benar jadi bingung untuk membawa Mbak Widya ke psikiater. Kalau dibiarkan pasti gangguan emosinya pasti lebih parah.Kini si Bang Panjul duduk di kursi dengan tatapan lesu dan lunglai. Dia juga mengacak rambut seolah-olah pusing dengan keadaan yang saat ini ia hadapi."Kenapa si Widya jadi begitu? Kenapa dia malah parah seperti ini ya?" Dia bicara sendiri di depan kami berdua."Istri kamu memang gila, Panjul! Pokoknya kamu harus ganti semua barang ibu yang pecah ini. Pokoknya Ibu juga nggak

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Gagal bawa ke psikiater

    PoV Nur***"Mau ngapain? Pokoknya aku gak mau, ya? Awas kalau kalian berani bawa aku ke mana-mana. Mati kalian!" Akan dibawa ke psikiater, Mbak Widya malah ngamuk-ngamuk di depan aku dan Mas Aryo, di depan Bang Panjul dan juga ibunya. Dia benar-benar brutal. Baru kali ini aku melihat Mbak Widya sengamuk ini. Betul-betul, otaknya sudah berat sebelah."Ya udah, kalau gak mau ya udah. Jangan kamu rusak semua barang saya, Widya!" Mantan mertua ngomel. Lihat saja apa yang terjadi, Mbak Widya acak-acak isi rumah. Sampai panci, wajan, centongan, semuanya berhamburan keluar. Seperti ada pertempuran antara istri dan selingkuhan suaminya.Brang! BRENG!Pluk!"Sinting kamu, Widya! Apa yang kamu lakukan? Rusak saja barang lain, jangan barang milik saya! Heurkh!"Bu Nengsih murka habis-habisan. Apalagi karena kekacauan ini malah berhasil mengundang perhatian para tetangga. Beberapa warga berhamburan menjadikan rumah Bu Nengsih ini sebagai pusat perhatian.Aku dan Mas Aryo pun bingung harus bag

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Stres Betulan?

    Semakin aneh lagi Mbak Widya. Jangan-jangan …"Sebenarnya ada apa, Bang?" Aku sangat penasaran dan langsung menanyakan pada si Bang Panjul."Sejak minum baygon sama so Klin lantai, otaknya jadi gesrek, Nur! Abang 'kan pernah cerita sama kamu waktu itu." Bang Panjul menjelaskan dengan fasih."Hah, jadi itu beneran?" Aku kaget, Mas Aryo pun masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."Beneran, Nur. Sepertinya kalau tidak keburu dicegah, dia bisa mati. Eh, malah stres!" kesal si Bang Panjul."Astaghfirullahaladzim!""Heh, jangan bilang aku stres ya, Bang? Kurang ajar! Kamu yang stres, kamu gak bisa kasih aku uang banyak! Kamu yang stres!" Mbak Widya nyolot.Aku tak habis pikir dengan tingkah Mbak Widya saat ini. Dia seperti lain, ini bukan dia. Kalau pembahasannya sih masih sama, tapi cara dia tampil dan dia ngelantur, ini beda."Lihat 'kan, Nur? Dia tidak gila semacam amesia, dia masih sadar, hanya kadang ngelantur dan kayak orang gila. Lihat aja, baju dia pakai dobel-dobel kayak gitu

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Calon Anggota Keluarga Baru

    PoV Nur***"Sebenarnya istri saya kenapa, Dok? Kok bisa sampai muntah-muntah begini, ya? Apa asam lambung?" Dokter malah senyam-senyum. "Selamat, Bu Nur sedang mengandung. Sepertinya sudah mau jalan 4 Minggu."Deg!Aku dan Mas Aryo yang duduk di depan dokter, di ruang pemeriksaan ini pun terkaget-kaget sekaligus bahagia. "Yang bener, Dok? Jadi istri saya hamil?"Aku hanya mampu berkali-kali meneguk liur saking terharunya. Kalau ini benar, alhamdulillah, kami memang benar-benar menanti. Itu alasan kenapa aku tidak ikut KB."Betul sekali. Apalagi istri Bapak telat datang bulan, ya?" ucap dokter lagi.Mas Aryo melirikku. "Kamu telat datang bulan?" tanyanya padaku.Aku pun manggut-manggut dengan senyum yang ragu. Memang tadi dokter bertanya mengenai hal itu."Alhamdulillah, jadi beneran hamil, ya?" Mas Aryo memastikan lagi pada dokter perempuan yang tengah memeriksaku.Begitu bahagianya kami. Ini adalah rezeki terindah sepanjang sejarah. Ah, aku hamil? Jadi pusing-pusing belakangan ini

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tarian Bollywood

    "Ya pakek nomor suamimu lah! Pakek nomor siapa lagi? Lagian, pasti pesannya udah dihapus. Tadi, barusan aja suamimu hubungi aku. Eh, kamu keburu datang aja, Nur. Hemh." Seharusnya ini bisa membangkitkan emosi anak kurang ajar ini. Tapi, bukannya dia marah, wajahnya malah lesu dan malas."Pakai nomor yang mana, Mbak? Pakai nomor yang ini?" Ia merogoh hp dari tas kecilnya, "ini hp Mas Aryo kebawa sama aku waktu tadi Mas Aryo peluk aku dan genggam-genggam tangan aku, kayaknya dia simpan hp di keranjang belanjaan tanpa sadar. Kayaknya gak ada kiriman pesan atau pesan masuk dari kamu deh, Mbak. Atau Mas Aryo pakai nomor mana ya?" Dengan penuh keyakinan dia membuat emosiku berapi-api. Hah? Bagaimana bisa hp Mas Aryo tertinggal di keranjang si Nur? Ah, lalu tertinggal saat si Mas Aryo meluk dia?"Eh, kamu lancang ya bawa-bawa hp suami!" tegurku kesal. Entah kenapa kesempatan membuat mereka adu mulut jalannya sesulit ini. Kenapa kebetulan? Lalu alasan apalagi?"Sudahlah, Wid, kamu pulang sa

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Datang Mertua

    PoV Widya***"Eh, eh, eh, apaan ini?"Seorang wanita paruh baya yang kehadirannya membuatku terkejut itu sudah berkacak pinggang. Ia menatapku dengan sengit. Ibu, kenapa mertuaku ada di sini?"Ibu?""Dasar istri kurang ajar! Bilang mau nyari kerja, kenapa kamu di sini? Mau ngapain di sini? Jangan-jangan kalian berdua main di belakang lagi ya?" cerocosnya. Mas Aryo pun bukannya kaget tapi dia malah geleng-geleng kepala. "Jangan asal tuduh, Bu. Lihat menantu Ibu yang menyodorkan dirinya pada saya. Sudah saya suruh pergi malah makin nyosor." Mas Aryo tega seserius itu membicarakan aku.Aku di sini panik."Eh, eh, eh, si Widya ini bikin malu. Sudah lagi perut bunting, sekarang malah begini. Gak waras kamu, ya?" celetuk mertua."Bu, diam dulu. Aku ke mari … aku ke mari karena ada urusan. Iya 'kan, Mas?" Aku melirik Mas Aryo berharap dia mau kongkalingkong. Kukedip-kedipkan mata memberikan kode."Urusan apa, Wid? Kamu mau ganggu aku lagi ya? Aku malu sih pernah jadi suami kamu. Lebih baik

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Rayuan Maut

    PoV Widya***Tok tok tok!Ehm!Aku pun berdehem untuk menetralisir kegugupan. Mungkin sudah jodohnya, pintu pun langsung dibukanya dan kini Mas Aryo pun telah menatap wajahku yang cantik ini."Eh, Wid? Ngapain?" Sepertinya urat malu ku bermunculan. Betapa tampannya dia, masih sama seperti dulu. Bahkan, jam tangan di pergelangan tangannya menambah kesan elegan dan sangat rupawan."Mas Aryo, boleh masuk aku, Mas?" ujarku malu-malu."Ada apa? Duduk saja di sana, ayok!" sarannya. Huwh, sebenarnya aku kesal, dia tak membawa aku masuk ke dalam rumahnya. Padahal, sat-set, sat-set, di kamar 5 menit juga beres. Dia pasti klepek-klepek.Mas Aryo duluan duduk, aku pun mengekor dan duduk di kursi kayu yang ada di teras ini. Wangi parfumnya meski masih berkeringat tetap melekat. Apalagi sekarang dia sudah kaya, pasti parfum ini juga mahal harganya."Ada apa, Wid? Nur sedang ke warung. Lebih baik kalau ada perlu, nanti saja ke sini lagi. Aku mau mandi ini."Mendengar kalimat 'mau mandi' entah ken

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Benar-benar Iri

    PoV Widya***Seharusnya aku tak melepaskan Mas Aryo kalau pada akhirnya dia akan jadi kaya seperti ini. Setelah aku telusuri lebih jauh sampai ke kota tempat ia tinggal, ternyata Mas Aryo dapat warisan dari kakeknya yang baru saja meninggal. Aku tidak ke sana, hanya menghubungi, cari informasi dari tetangganya yang kontaknya masih tersimpan.Huwh … kenapa si kakek tidak meninggal sejak dulu? Kenapa harus setelah aku cerai. Lagipula, yang aku tahu Mas Aryo ini hanya orang-orang biasa. Bukan keturunansultan.Pantas dia beli tanah dan bangun rumah sebesar ini. Di sini harga tanah masih relatif murah. Mendengar warisan yang disebutkan dari tetangga si Mas Aryo.Kuelus perut yang sudah semakin buncit ini. Darah daging siapa? Hurkh … si miskin! Si penipu!Aku sekarang dari kejauhan sedang menatapi rumah si Nur yang dibangunnya menggunakan jasa suamiku, mantan suaminya. Apa keduanya termasuk si Bang Panjul tidak sadar dengan posisi masing-masing sejak awal? Lihatlah, si Bang Panjul sampai

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Salah Obat

    PoV Panjul***"Huwh … huwh …." Hanya mampu mengatur pernapasan tanpa bicara. Ibu juga pasti mendengar gunjingan barusan."Oh, begitu? Mujur ya nasib perempuan itu. Sudah punya kedai makanan, punya kontrakan, katering, sekarang punya suami kaya. Ck, ck, ck."Aku malah semakin sesak napas dan gemetar mendengar kehidupan keduanya. Kenapa harus kebetulan ada tetangga rempong di sini. Meski aku pernah melihat dua orang ibu-ibu ini namun tak begitu akrab, bicaranya tak bisa membuat telingaku seketika mati pendengaran."Sialan! Mereka ngoceh apaan? Aku yakin, si Mas Aryo hanya nipu kayak laki-laki di sampingku ini. Aku juga yakin, beberapa bulan akan terbongkar apa sebenarnya maksud dari si Mas Aryo. Tidak mungkin dia baru menikah langsung membuatkan rumah mewah itu untuk si Nur. Apa berharganya anak itu." Dengarlah ocehan pedas Widya. Tapi sebenarnya bisa jadi. Oh tidak, aku kebas dan kesemutan."Aneh, dari jalan keluar rumah sampai Ibu ke pasar, sampai ibu ke warung balik lagi ke rumah sa

DMCA.com Protection Status