Udara dipagi hari dipenuhi dengan oksigen yang menyejukan, kabut, dan juga embun yang menempel pada kaca jendela. Tampak indah tapi rapuh dalam sekali sentuhan. Seperti perasaan manusia pada umumnyaㅡsangat indah, sampai melohat sisi kelam dari sang pemilik raga. Pagi ini, seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, Ireme dan Mino akan mengunjungi mansio keluarga Dendanious. Jarak antara New York ke Manhattan tidak begitu jauh, sehingga Mino mengajukan untuk menyetir mobil dan meminta agar Lee dan Son untuk membawa mobil lainnya. Selama perjalanan, mungkin karena kehamilan Irene, perempuan itu tertidur sepanjang jalan, dan Mino tidak mempermasalahkan. Pria itu tampak tenang dan menaikan suhu ac mobil, berharap dengan aksi kecilnya ini bisa menghangatkan orang yang ia kasihi. Sesampainya di mansion keluarga Dendanious, Irene dan Mino turun dari mobil. Pria itu dengan protektif memeluk pinggang istrinya, dan berjalan bersama menuju pintu utama. "Kenapa di luar ada banyak sekali mobil?
Ruang keluarga itu kini hanya menyisakan tuan Levebvè dan Irene. Kedua orang itu duduk berjauhan, yang satu di sofa tiga orang, sementara satunya duduk di kursi sofa single. Sebenarnya, Irene tidak perlu mendengarkan penjelasan tuan Levebvèㅡdia sudah sempat mendengarnnya ketika dia dirawat di rumah sakit. Namun entahlah, di sisi lain dia juga kasihan dengan ayah biologisnya, di sisi lain dia tidak begitu menyukai sosok sang ayah. "Bagaimana kabar mu selama 5 bulan belakangan ini?" tuan Levebvè mencoba membuka perbincangan diantara keduanya. "Papa ... senang kau kembali, terutama ketika papa tahu kau sedang mengandung." Menghela napas, "Pernikahan mu dengan Mino ... awalnya papa tidak tahu kau menikah dengan dia, karena papa tidak ingin anak-anak papa menikah dengan orang yang telah memberikan kita kesempatan 'membuka' jalur dibisnis." Mata Irene menyipit, "Aku tidak ada kaitannya dengan mu," ucap perempuan itu dengan nada penuh penekanan, "Sejak awal, aku tidak tahu bahwa perusahaan
Apakah semua masih sama atau tidak? Entahlah, tuan Levebvè tidak bisa menjawab. Sebagai manusia biasa, dia dipenuhi dengan berbagai dinamika emosi yang labilㅡbahkan jika itu adalah seseorang yang telah dewasa, emosi selalu menjadi hal paling sensitif. Irene juga di sisi lain baru mengetahui fakta bahwa ibunya tidak pernah menginginkan ia untuk menikahi keluarga konglomerat. Sayang sekali, kini ia justru menjadi bagian di dalam keluarga tersebut. Berbanding balik dengan kehidupan ibunya dulu, kini Irene bahagia dengan Mino. Mungkin, memang ada pertengkaran yang terjadi. Sebagai contohnya adalah kesalahpahaman mereka kemarin. Pertengkaran dan kesalahpahaman tampaknya akan menjadi bumbu 'penyedap rasa' dalam rumah tangga mereka ke depannya. Wanita hamil itu melirik pria yang masih menatapnya dari jarak tertentu. Kedua orang itu tersenyum. Hanya saja, Irene merasa bahwa dia dan Mino bisa melewati segala rintangan mereka yang menanti di depan. "Papa tidak tahu, maafkan." Irene tidak me
Music Blanc merupakan salah satu perusahaan raksasa dibidang entertainment yang namanya sudah tidak diragukan lagi. Seperti yang pernah dikatakan sebelumnya, banyak pemain kancah dunia yang berasal dari agensi ini. Secara harfiah, Music Blanc bisa memblokir setengah industri jika ada yang membuat musuh. Sebagai salah satu produser di sini, Marcus hanya mencoba mengembangkan bakat bisnisnya. Bagaimanapun juga sebagai orang yang melanjutkan Dendanious Corp kedepannya adalah sang kakak, dan itu berarti kursi CEO Next In Company akan kosong. Pilihannya adalah dua, keluarga Dendanious akan memilih orang lain untuk memanagemen perusahaan keluarga atau memasukan keluarga mereka untuk mengelola perusahaan. Jelas pilihan pertama lebih menggiurkan, tapi sayangnya pilihan kedua adalah sebuah keharusan. Jika sebuah perusahaan keluarga mulai 'dimasuki' orang luar, akan terjadi kekacauan didalamnya, kecuali jika orang di dalam mampu mengendalikan dengan baik. Untuk mendapatkan pengalaman 'mengen
Perasaan sebagai calon seorang ayah sungguh campur aduk. Mino disisi lain merasa belum siap tapi disaat yang bersamaan dia sangat menantikan calon buah hatinya lahir. Laki-laki atau perempuan, semua tidak masalah. Dia bukanlah pria yang dilahirkan dengan pemikiran konservatif. Hari ini, dia bersama Marcus sedang menemani Irene check-up kandungan. Alasan Mino membawa adiknya adalah tidak lain menjadikan Marcus sebagai supir, agar dia bisa berdua di belakang bersama istrinya dan bermain bersama calon buah hati. Apakah Marcus keberatan? Sebenarnya dia sama sekali tidak keberatan, hanya saja dia sudah cukup dicekokin oleh begitu banyak adegan romantis dan canda tawa dari pasangan sejoli yang duduk di belakang. "Kau tidak mau tahu jenis kelamin bayi mu, kak?" Duduk dibangku ruang tunggu rumah sakit, pandangan Irene kini berubah menatap sang adik ipar sepenuhnya. Perempuan itu tampak terdiam sebentar sebelum menjawab, "Aku ingin jenis kelamin calon bayiku tetap rahasiaㅡbukankah menjadi
Apakah permasalahan inia akan dibiarkan begitu saja? Keluarga Dendanious yang mendengar berita ini, langsung naik pitam. Nyonya Dendanious yang merasa ini sudah sangat berlebihan segera menghubungi Eden untuk menyiapkan berkas tertentu untuk menjebloslan orang yang menjebak Irene dan Marcus dalam suatu scandal berita, dan memerintahkan kepada Leeㅡkerena bodyguard itulah yang selama ini 'menjaga' Ireneㅡuntuk segera menyelidiki siapa orang berani menyebarkan rumor tersebut. Nyonya Dendanious yang sudah selesai menghubung Lee, segera duduk di salah satu sofa dengan ekspresi lelah. "Siapa pula orang yang bermain dengan keluarga Dendanious?" Tuan Dendanious mengangkat bahu acuh, "Tidak tahu, let's see how is it going and take an action." Menyesap teh panas yang mengepul, "Tuan Levebvè juga barusan menanyakan tentang rumor tersebut, dan akan ikut melakukan tindakan.""Seperti apa?" "Berupa blacklist dari seluruh properti, aku rasa walau dia kecil, tapi pengaruh untuk mempengaruhi proper
Kesibukan seorang aktris biasanya selalu berhubungan dengan perekaman drama atau film yang akan datang. Dua hari yang lalu, dia seharusnya pergi ke tempat syuting, tapi entah mengapa pihak director film mengkensel kontrak dengannya dan tiba-tiba membuka audisi ulang untuk peran yang akan ia mainkan. Tentu saja Blair sangat kesal. Perempuan bermata hijau ini sudah dua hari pula berada di ruangannyaㅡmasing-masing aktris di Music Blanc memang memiliki ruangan tersendiri. Biasanya satu agen dapat memuat untuk 5 ruangan, yang berarti setiap 5 aktris yang ada di agen tersebut, memiliki ruangan masing-masing. Agen Blair bernama Jiya, dia sebenarnya adalah agen yang memumpuni, akan tetapi anehnya, dari semua 'anak' yang dibawa, hanya ada satu yang mampu meraih kesuksesan. Blair bisa menjadi salah satunya tapi karena sikap gadis ini kurang baik, banyak sekali orang yang tersinggung dengannya. Blair sebagai orang problematik pun sering dikenal oleh banyak orang. "Blair, kau dipanggil ke ruan
Blaor menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya dengan pandangan yang tak bisa terlukiskan; amarah, sedih, semua emosi negatif tampak menjadi satu. "Kauㅡ""Apa?" Marcus menghela napas. Pria itu kemudian menatap ke arah kakak iparnya. "Kak, aku rasa sekarang saatnya kau pergi. Bukankah kak Mino akan mengajakmu pergi ke suatu tempat?" Irene memberikan tatapan penuh perhatian kepada Blair. Wanita itu menatap sejenak sebelum berkata kepada adik iparnya, "Don't be to harsh, okay? She's seem to like you." Marcus tidak mengalihkan padangannya sedikitpun. "It's okay, itu urusan ku. Kau cepatlah pergi.""Alright, see you at home." Marcus menganggukan kepala. Sedikit senang kala mengetahui bahwa Irene dan Mino akan berkunjung ke mansion keluarga Dendnaious di Manhattan. Irene membenahi dress kuning pastelnya sejenak. Meraih tasnya, dan segera pergi dari ruangan, dengan maksud untuk membuat atmosfir tidak terlalu menegangkan. Setelah memastikan Irene pergi dari tempatnya, Marcus berjala