"Aku harus visite ke pasien yang lain, kalau kondisi calon istrimu sudah lebih baik, perawatan bisa dilanjutkan di rumah, tapi harus jaga makan, jangan sampai sembarang-sembarang masuk mulut," lanjut dokter Bayu.Mendengar perkataan dr Bayu, Almira langsung terpana, memandang dr Bayu dengan bibir terbuka. OMG..Untunglah posisi dokter Bayu sudah membelakangi Almira, hingga dia tidak melihat wajah Almira yang merah padam, teringat apa yang dilakukannya untuk Bastian tadi pagi, melibatkan sesuatu yang masuk mulutnya."Mungkin besok akan aku acarakan untuk pulang." Dokter Bayu menerangkan dengan menekankan kata 'calon istri' seakan ingin mengingatkan Bastian bahwa mereka belum menikah.Kemudian dr Bayu pun berlalu meninggalkan kamar Almira.Saat Bastian menghampiri Almira, wajah Almira masih merah padam.Bastian tahu apa yang membuat wajah Almira merah padam."Kalau kamu masih sebegitu terganggunya, aku takjub kamu tadi mau melakukannya, Ra.""Aku tidak terganggu, Bast!""Jadi karen
Hari ini hari pertama Bastian masuk kantor setelah pulang mendadak dari Singapura karena harus menjaga Almira di rumah sakit.Setelah duduk di kantornya, Bastian memanggil sekretarisnya."Terimakasih ya, kamu sudah bantu jaga Ibu, ingatkan aku untuk menambah bonusmu!""Sama-sama Pak, senang bisa membantu, Bu Almira juga sudah ngantor, Pak?""Sudah, hari ini juga, padahal harusnya dia masih pemulihan.""Sudah biasa kerja, Pak! Jadi mungkin nggak enak kalau di rumah, kayak saya.. daripada sendiri di rumah mending ngantor, Pak.""Iya, ini tumpukkan apa aja segini banyaknya?" tanya Bastian melihat tumpukan berkas yang ada di mejanya."Sudah saya pilah-pilah, Pak! Jadi kalau yang paling kanan itu yang paling urgent, tengah urgent, paling kiri tidak urgent.""Ok, aku mulai yang kanan kalau begitu, oh ya tolong panggilkan Samuel ya.""Baik Pak, permisi." Sekretaris Bastian pun berlalu.Selang beberapa lama masuklah Samuel yang langsung berkicau."Wah, wah, wah, kirain lupa kalau puny
"Lebih kuat man, lagi! Belum selesai, jangan coba-coba selesai duluan dari gue, tahannnnn! Aduh, dikit lagi gue sampai, tambah tenaga dong, ayo dong ihh!"Di dalam sebuah kamar hotel terlihat seorang wanita sexy sedang bercinta dengan seorang pria yang lebih muda.Nampaknya si pria sudah kepayahan, keringat bercucuran di wajah dan seluruh tubuhnya, tetapi si wanita masih juga belum puas."Ayooo man, lebih kuat! Lebih cepat! Doronggg lagi doronggg, lebih kasarrr! Yes! Yes! Ahh ......"Akhirnya si wanita sexy mendapat apa yang diinginkannya.Dia tergeletak tak berdaya, dia merasa puas tapi dia tahu kepuasan itu hanya akan bertahan sesaat.Seperti saat ini, dia puas setelah mendapatkan pelepasannya tapi kemudian kembali rasa hampa itu datang, perasaan kalah, perasaan gagal dalam setiap hal yang dikerjakannya.Sehebat apapun pria yang bercinta dengannya, dia merasa mereka semua tidak dapat menandingi suaminya.Suaminya yang tampan dan kaya raya, sejak awal menikah dia tahu suaminya tidak p
"Nggak usah undang dia, Len. Dia cuma akan ngikutin Mr Navarell kayak lintah!" "Lintah tuh nempel, bukan ngikutin." "Bodo ah, yang penting sikap dia nggak masuk akal jika menyangkut Bos kita." "Tapi dia masih terdaftar sebagai klien kita kan?" "Sudahlah...nggak usah bahas dia, mending kita bahas 'Om Daddy' gimana?""Setuju.""Setuju dong!""Setuju." Terdengar jawaban dari sana sini yang setuju jika topik berubah.Memang hari ini kesibukkan di PT Green Earth nampak lebih sibuk dari biasanya karena ada gathering tahunan yang akan diadakan minggu depan.Acara gathering ini selalu diadakan setahun sekali, tujuannya tidak sekedar mengumpulkan klien potensial mereka tapi bisa dibilang lebih memanjakan mereka karena sudah menjadi klien setia PT Green Earth selama ini.Akan tetapi euforia menyambut gathering tahunan ini tidak seperti biasanya, ternyata ada topik lain yang lebih menarik bagi para karyawan. Berita yang entah darimana asalnya, telah merebak ke seluruh lapisan, intinya s
Bastian kembali ke ruangannya dan dalam hati berterimakasih pada Vanya yang sudah menahan Miranda di luar.'Apalagi yang sekarang dia rencanakan?'Bastian tidak mengira kalau ternyata Miranda belum menyerah dan berusaha mengikutinya tapi ditahan oleh pengawalnya."Beb...Bastian."Bastian yang mendengar teriakan Miranda membalikkan badan dengan kesal, ternyata Miranda masih ingin meneruskan perdebatan mereka.Terlihat sedang ditahan oleh dua orang pengawalnya."Lepaskan dia." Bagaimanapun menjengkelkannya Miranda, Bastian tidak ingin dia mendapat perlakuan kasar dari pengawalnya. Miranda mengira dia mulai menang, kalau Bastian membawanya ke ruangannya dia akan melancarkan strategi awal yaitu merayu dengan tubuhnya.Miranda tahu Bastian bukan orang yang suka sembarangan berhubungan dengan wanita, pasti dia sudah lama tidak merasakan kepuasan yang meluluhlantakkan.Tapi ternyata Miranda kembali harus kecewa karena Bastian tidak beranjak ke mana-mana."Apa lagi maumu?" Miranda mend
"Tunggu Bast, aku mau nanya sesuatu," gumam Almira disela-sela serangan Bastian."Nanti, Ra!"Awalnya Bastian berusaha menahan diri dan gagal, ciumannya panas membara, terdorong oleh kelegaan merasakan Almira dalam pelukannya.Bastian menangkup tengkuk Almira dan melahap Almira habis-habisan.Sementara itu sebelah tangan Almira bersandar di dada Bastian dan sebelah lagi di pahanya, Almira menggerakkan tangannya mengikuti naluri, Bastian melepaskan bibirnya dan mengunci Kedua tangan Almira dengan satu tangan, tatapan Bastian sepanas suaranya," kalau tanganmu dibiarkan kita akan berakhir di lantai!"Kemudian Bastian kembali mencium Almira dan dengan tangannya yang bebas dia memanjakan calon istrinya dan dirinya sendiri."Aku ingin tanganku bebas," gumam Almira dengan gairah yang benar-benar tersulut oleh sentuhan bibir dan tangan Bastian di tubuhnya."Aku hanya mengamankan kita berdua," jawab Bastian lirih."Bast, please...tanganku," Almira kembali meminta, padahal dia juga tidak yaki
Samuel tidak pernah mengira demi apapun, bahwa Bastian sampai harus mengecek kamera."Sepertinya off, bos.""Yang pasti!"'apa yang terjadi sebenarnya? Sampai sahabat gue harus memastikan kamera off?' pertanyaan Samuel tak terucap, walau rasa penasarannya tak terbendung."Mari kita cek bos."Mereka berjalan ke ruangan sebelah yang dinginnya setengah mati."Ini adalah rangkaian monitor untuk semua kamera di lantai kita,"Setelah melihat-lihat akhirnya Samuel menegakkan tubuhnya, kemudian melihat Bastian sambil menahan ekspresi wajahnya agar tetap datar tapi dia menyerah dan tersenyum simpul."Positive off! Padahal tadinya aku sempat berharap... kamera itu menyala!" kata Samuel dengan nada menyesal.Bastian tersenyum tipis."Imajinasimu terlalu tinggi," kata Bastian sambil berjalan pergi."Bilang teknisi cabut secepatnya!" Perintah Bastian."Karena sebelumnya bukan ruang pimpinan, makanya ada kamera di sana, tapi begitu di upgrade jadi r
Hari demi hari berjalan dengan sangat menyenangkan, satu minggu yang sibuk hampir terlewati.Di penghujung minggu itu saat Almira sedang duduk di kantornya tiba-tiba dia teringat sesuatu."Tahan semua telepon dan tamu yang datang, ya." Almira berkata pada sekretarisnya.Sudah berhari-hari dia merasa ada sesuatu yang kurang, tapi dia tidak tahu itu apa, hingga hari ini , baru saja dia tahu apa yang telah mengganjal di pikirannya selama ini.Kemudian dia langsung menekan ponsel Bastian tapi tidak terhubung karena sedang berada di panggilan lain.Karena tidak ingin lupa lagi maka Almira memberanikan diri menelpon langsung ke kantor Bastian."Sekali-sekalilah mengganggu, toh aku belum pernah mengganggunya saat jam kerja," gumam Almira sambil tersenyum simpul.Setelah dering kedua, operator menerima telepon Almira dan walau Almira hanya mengatakan namanya dan minta disambungkan dengan Mr Bastian Navarell, tanpa menyebutkan keperluannya, operator dengan sigap segera menyambungkannya. Al
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala