Setelah seharian melakukan 'roadshow meeting' dengan tiga rekanan mereka akhirnya Bastian dan Samuel kembali tiba di kantor."Sam, panggil Aydan!"Samuel pun menghubungi kepala keamanan yang selama ini jarang terlihat, Aydan mengatur segala sesuatu di belakang layar. Tak lama Aydan masuk. "Mr Navarell," Aydan memberi salam singkat sambil menganggukkan kepala. "Aydan! Duduklah, gimana perkembangannya?""Rumah di Graha, aman Bos. Penjagaan bayangan terus berlangsung." "Ok, thank you. Oh ya naikkan anggaranmu, aku tahu makin banyak tugasmu, apalagi saat nanti aku meninggalkan negri ini." Aydan menampakkan senyumnya yang mahal. "Thank you, Bos."Bastian mengangguk. Sepeninggal Aydan, kembali Bastian memanggil Samuel.Mereka memang sedang berusaha untuk menyelesaikan beberapa hal penting yang dianggap paling mendesak, karena Bastian akan segera melangsungkan pernikahan tertutupnya dengan pujaan hatinya.Rencananya setelah pernikahan Bastian dan Almira akan segera berbulan madu walau
'Kok nggak ada? Awas kalau berani suruh gue nungguin dia! Memang setangguh apa dia?'Miranda terlihat sedang menunggu seseorang di loby sebuah hotel mewah bintang lima. Saat dia sampai dan mendapati orang yang akan menemuinya belum datang, Miranda mulai kesal.Akhir-akhir ini Miranda sedang berada dalam suasana hati jelek banget, dan itu sudah berlangsung berhari-hari sejak dia ke kantor suaminya yang sebentar lagi menjadi bekas suami.Setelah bertemu Bastian, Miranda kembali mengingat karakter Bastian yang low profile, tenang, cenderung menutup diri tapi sangat menghargai wanita, kemudian dia membandingkannya dengan pria-pria yang menemaninya, yang ada di sekelilingnya, dan mereka semua tidak dapat menandingi Bastian.Secara fisik pasti ada yang lebih hebat dari Bastian, secara materi masih banyak yang jauh lebih kaya, secara karakter banyak pria yang jauh lebih tenang dan sabar, tapi kalau mencari yang memiliki semuanya dalam satu paket dalam kadar yang di atas threshold pasti lan
"Masa nggak ada lagi orang yang bisa dibayar buat bunuh si pelakor itu?" "Orang yang kemaren itu udah yang paling top! Lo, sih pakai jual mahal segala, ikutin aja apa kata dia!" "Ya udahlah," Miranda membanting teleponnya.Setelah gagal bernegosiasi untuk menekan si pria yang akan membantunya menjalankan rencana jahatnya, dan dia tidak tahu siapa lagi yang bisa dibayar, akhirnya Miranda menyerah dan menghubungi pria itu lagi.Kembali mereka bertemu, kali ini Miranda tahu dia harus mengalah."Sepertinya nih orang memang kejam luar dalam, jadi mending aku ikuti apa maunya dia,' kata Miranda dalam hati.Setelah mencapai kata sepakat akhirnya Miranda mulai menceritakan apa yang diinginkannya dan laporan apa saja yang harus didapatkannya."Masalahnya aku tidak tahu siapa wanita itu, jadi tugasmu yang pertama adalah mencari tahu identitas si pelakor jalang itu, lalu kau tunjukkan padaku lengkap dengan fotonya.""Gampang," jawab si pria dengan dingin.Ada saat-saat tertentu si pria, yan
"Om Daddy, ayo bobok Binta ngantuk." Ini sudah yang kedua kalinya Binta bergumam sambil bergayut pada leher Bastian, di sebelahnya Saras sudah lebih dahulu tertidur di kursi panjang, berbantalkan paha Bastian.Dari tadi Bastian sudah mengatakan agar mereka semua pergi tidur saja tapi karena ingin menunggu Mommynya jadi mereka bersama-sama duduk di depan televisi, tapi karena memang sangat mengantuk akhirnya mereka tidak bisa mempertahankan matanya untuk tetap terbuka.Bastian membelai punggung Saras sambil berdiri pelan-pelan, kemudian menggeser kepala Binta supaya tidak terbangun sementara Bastian akan membaringkan Saras terlebih dahulu.Setelah membaringkan Saras di tempat tidurnya, Bastian kembali lagi dan mengulang proses yang sama terhadap Binta.Karena kelelahan menunggu mommynya mereka berdua tertidur dengan nyenyaknya, saat Bastian memindahkannya pun mereka tidak bergeming.Bastian menyelimuti mereka, mematikan lampu utama dan menutup pintu kamar tidur anak-anak, kemudian
Bastian terbaring di kamar yang gelap dan sambil berbaring dia menatap langit-langit.Almira masih tertidur di sisinya tapi mereka dipisahkan oleh bed cover yang tebal, nafasnya tenang dan dalam, tidurnya terlihat sangat nyenyak dan nyaman.Bastian teringat kemarin dia meminta untuk tetap tinggal, Almira pun mengiyakan karena bagaimana pun hari sudah sangat larut malam, dan Bastian kelelahan setelah bermain dengan Binta dan Saras.Sambil bergerak perlahan karena sebenarnya tubuhnya tidak ingin beranjak, Bastian bangkit dari ranjang, menggeliat dan mencari-cari di atas lantai hingga dia menemukan sandalnya.Kemudian Bastian menunaikan segala kewajibannya di pagi hari dan setelah itu dia kembali ke kamar tidur.Sampai di kamar tidur, Bastian melihat Almira yang masih tertidur dalam damai sehingga Bastian tidak percaya dia bisa menahan diri lagi kali ini, jadi dia memutuskan untuk tidur di sofa.Dia membawa bantal dan selimut kemudian dia beranjak untuk keluar dari kamar, setibanya
Setelah melepaskan pelukannya, Bastian pun memberi tanda pada sopir agar mereka berangkat."Kita makan di tempat baru yang view-nya luar biasa memukau!"Bastian mengajak Almira makan di sebuah tempat yang lumayan jauh jarak tempuhnya, tetapi sungguh sangat menyajikan pemandangan yang indah, view pedesaan dengan hamparan sawah dan pegunungan.Sejauh mata memandang yang dilihat adalah padi yang menguning dan pohon-pohon yang rindang."Wow indahnya pemandangan ini!"Seru Almira."Kalau tahu begini mudahnya memikat hatimu dengan alam pedesaan, sudah lama aku beli aja satu desa yang permai dan kupersembahkan sebagai tanda cintaku."Almira terlihat sangat bahagia.Bastian tidak tahan untuk membiarkan Almira menikmati sendiri kebahagiaannya, jadi Bastian segera memeluk Almira dari belakang dan menempelkan dagunya di atas kepala Almira.Almira memegang tangan Bastian yang melingkari pinggangnya, sambil melayangkan pandangannya menikmati keindahan semesta yang Tuhan ciptakan."Kamu tahu temp
"Miranda datang dan seperti biasanya dia ingin menarik perhatian semua orang!"Bastian berhenti sejenak, dia berusaha menata kalimatnya agar apa yang diceritakan sejujur mungkin tapi tidak melukai hati kekasihnya."Dia menghina sekretarisku menghina karyawan yang ada di sekitarnya, ngata-ngatain mereka bego, goblok."Bastian melihat wajah Almira yang balik menatap dengan dahi mengernyit seakan takjub dengan kelakuan buruk Miranda."Kemudian aku keluar dan mengatakan padanya agar pulang saja karena kami sudah tidak ada urusan, seharusnya semua diselesaikan lewat pengacara kami masing-masing.""Kemudian dia mulai berulah seperti biasa."Selama Bastian menjelaskan panjang lebar Almira hanya mendengarkan dengan penuh perhatian, dengan kedua tangan menangkup dagunya dan sikunya diletakkan di atas meja.Almira memandang pria tampan yang berada di seberangnya, kalau awal pertemuan mereka dia sempat berpikir pria tampan ini sungguh menakutkan.Seiring berlalunya waktu dia melihat bahwa Bastia
'cantik nian istri Bastian,' kata Bryan dalam hati."Ayo aku tunjukkin tempatnya Bro, ruangan itu adalah salah satu cottages yang sudah siap huni, lengkap semuanya, jadi kalian bisa leluasa memakainya, gratis! Walau pun aku tahu bagimu uang tidak jadi masalah, tapi tetap aku ingin melakukannya, Gratis! Demi masa lalu!" Kata Bryan dengan wajah bangga."Thank you," jawab Bastian."By the way, sekretarisku bilang ada orang-orang dari butik yang sudah datang dan sedang menunggu di lobby." Bastian mengangguk, lalu mereka melanjutkan percakapan sambil Bryan memimpin mereka menuju cottage.Sedang Bastian dan Bryan bercakap-cakap, almira tenggelam dalam pikirannya sendiri, dia berharap orang-orang butik itu membawa gaun pengantin dengan ciri-ciri seperti yang diinginkan olehnya.Sebenarnya Almira hanya ingin memakai gaun setengah resmi saja, toh mereka tidak ada undangan, hanya Samuel dan Aydan, kedua anaknya, juga Ning dan Pak Suryo, tetapi Bastian tetap memaksa dia memakai gaun pengantin su
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala