Share

Masih Sama

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 12:35:57

Tangan pria itu cukup dekat di depan bibirnya, tetapi Moreau dilingkupi keraguan besar, yang seakan tak pernah lepas di sana.

“Tidak, Abi.”

Moreau segera menunduk. Menghindari apa pun yang akan terjadi di antara mereka. Abihirt akan terus memaksa. Dia mengerti; sangat jelas mengerti jika pria itu tidak akan pernah berhenti.

“Aku akan pergi setelah kau menyelesaikan burger-mu ini.”

Itu adalah bentuk rayuan di mana Moreau nyaris tidak bisa memikirkan pelbagai macam penolakan. Dia memang tidak ingin Abihirt terlalu lama di sini dan sepertinya pria tersebut memahami bahwa situasi di antara mereka sedang menghadapi bentuk negosiasi paling adil.

Tubuh Moreau sedikit tersentak merasakan sapuan ringan dari ujung jemari yang terbungkus plastik. Abihirt menuntut supaya dia menengadah dan mereka melakukan kontak mata. Sangat menyedihkan betapa Moreau hampir tidak bisa menahan diri; lagi – lagi menepis lengan ayah sambungnya untuk bersikap lebih wajar.

“Aku akan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Terlarang   Tidak Bisa

    Belum ada tanggapan signifikan. Iris biru terang Moreau segera bergerak. Dia memikirkan beberapa cara; prospek paling bagus tentunya. Tidak banyak, tetapi itulah yang dia lakukan. Ya, dengan merenggut burger di tangan Abihirt. Mencoba menahan rasa sakit saat melakukan satu gigitan kecil dan dia tetap menatap wajah ayah sambungnya sebagai reaksi paling murni. “Kau lihat? Aku bisa makan sendiri. Sekarang keluarlah,” ucap Moreau setelah berhasil menelan potongan burger di mulutnya. Cukup lama menunggu Abihirt memberi tanggapan ketika pria itu menyimpan begitu banyak keinginan tetap di sini. Sama sekali tidak ada peringatan saat Moreau merasakan sentuhan dari ujung jemari suami Barbara di sudut bibirnya. Mereka tidak melakukan kontak mata, karena Abihirt sendiri hanya menjatuhkan perhatian pada bekas membiru di sana. Mengusap tentatif, seolah pria tersebut mengerti betapa itu yang seharusnya memang dilakukan. Mungkin ayah sambungnya menganggap Moreau seperti serpihan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Perjanjian Terlarang   Sakit

    “Abi ... hei, bangun. Kau tidur di ruang tamu dan ... astaga! Mengapa minum sebanyak ini?” Sayup, itu yang Moreau dengar setelah melangkah lebih dekat. Dia berhenti persis ketika hampir melewati tikungan menuju sumber suara. Belum ada keinginan bertemu siapa pun di rumah ini. Semalam, usai Abihirt meninggalkan kamar, semua berakhir menjadi pemikiran panjang yang menyakitkan, tetapi sama sekali tidak ada petunjuk; tidak ada yang dapat ditemukan untuk berakhir lebih damai. Malah, Moreau berujung tertidur lagi. Kemudian, saat terbangun di pagi hari ... dia memutuskan untuk menunggu di waktu paling tepat. Merasa sangat yakin jika ibu dan ayah sambungnya telah meninggalkan rumah. Meski kenyataan malah berkata berbeda. “Abi, bangun, Darling. Sial, badannya panas sekali.” Masih dengan suara Barbara. Sekarang Moreau bisa menebak apa yang sedang wanita itu hadapi. Sempat mengira jika ibunya melakukan percakapan bersama Abihirt, tetapi krisis dalam dirinya berujung pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Perjanjian Terlarang   Pernyataan Barbara

    Moreau menarik napas sesaat. Cukup dengan hitungan singkat dan secara perlahan mulai berjalan lurus; tidak ada keinginan sekadar menoleh ke ruang tamu. Biarkan Barbara tetap di sana; tetap menunggu suaminya sampai Roger datang untuk melakukan pemeriksaan. “Moreau.” Sial. Suara wanita itu merambat luar biasa jelas di udara. Sesuatu yang membuat Moreau terdesak. Dia merasa sebagian saraf – saraf dalam dirinya seakan berhenti berfungsi, seakan diam membeku di sini adalah satu tindakan terakhir yang dapat digapai, hingga bunyi hentakkan heels Barbara menyiratkan begitu banyak kekhawatiran dan dia tidak bisa lagi menyembunyi ketakutan di antara mereka. Moreau menelan ludah kasar. Masih belum ada keberanian menatap langsung ke wajah ibunya. Sangat jelas bagaimana dia menghindari kontak mata; tetap berdiam diri di tempat, kemudian langkah Barbara berhenti tepat saat jarak di antara mereka sudah begitu dekat. Tiba – tiba tangan wanita itu terulur. Ya, sama sekali tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Perjanjian Terlarang   Sedikit Jujur

    Moreau meringis sebagai reaksi murni. Sudah tahu jika pembicaraan Barbara tidak akan terlalu jauh terhadap apa yang mungkin mereka hadapi pada saat – saat seperti ini. Masih begitu banyak pengetahuan tertinggal di bahu Barbara. Wanita itu tidak akan benar – benar tahu jika dia tidak berusaha mengatakannya. “Sebenarnya, Mom ... aku tidak sengaja menjatuhkan ponselku ke dalam air. Jadi, itu membuatnya rusak.” Ketegangan terasa meraup seluruh atmosfer di sekitar udara. Moreau tidak mengerti ada apa, mengapa ibunya tampak mengerjap sekadar memahami apa yang dia katakan. “Ponselmu rusak? Lalu?” tanya wanita itu seakan ingin memastikan seluruh detil peristiwa yang terjadi di belakang bahunya, tanpa ada satu pun yang tersisa. Oh—bahkan, Barbara kembali meneruskan, “Bagaimana kau bisa menjatuhkan ponselmu ke dalam air?” Haruskah serinci ini? Pertanyaan wanita itu berusaha menyelinap dengan deras. Tanpa sadar Moreau membuka bibir, kemudian menipiskan lagi sambil mencari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Perjanjian Terlarang   Siasat Barbara

    “Sesuatu yang jujur. Aku akan memaafkanmu jika kau katakan sedikit saja tentang kebohonganmu di sini, saat ini. Katakan saja kalau kau memang benar memiliki hubungan bersama suamiku, aku tidak akan marah atau apa pun. Mungkin bukan ide yang buruk untuk mendaftarkanmu ke perguruan tinggi luar negeri.” “A—apa?” Moreau terkejut mendengar pernyataan Barbara. Ini jelas sesuatu yang tidak tepat. Mendaftarkannya ke perguruan tinggi—itu memang gagasan cermelang, tetapi Barbara harus menggarisbawahi satu hal; ya, satu hal yang tak bisa wanita tersebut lupakan begitu saja. Moreau menggeleng samar. Bukan karena tidak ingin melanjutkan pendidikan. Ada sedikit keengganan; dia khawatir tidak akan bisa mengendalikan diri dengan baik, bagaimana jika dia akan merindukan rumah? Barangkali sebaiknya menambahkan satu alasan kepada ibunya secara pasti. “Mom, kau tahu selama ini aku mengikuti program homeschooling. Tidak mungkin jika kau berharap aku bisa beradaptasi dengan cepat pada pendidikan umum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Perjanjian Terlarang   Pengakuan

    Moreau mengerjap cepat. “Satu cara? Apa?” tanyanya diliputi pelbagai kecurigaan tentang apa yang sedang Barbara rencanakan. Wanita itu cukup berbahaya. Dia takut ibunya akan melakukan cara terburuk demi mendapat satu kebenaran yang mati – matian dia dan Abihirt tutupi. “Kau akan tahu nanti. Sekarang pergilah. Bukankah kau bilang sudah terlambat? Aku juga harus berangkat ke kantor.” Jika ibunya juga akan meninggalkan rumah. Lalu bagaimana dengan Abihirt? Benak Moreau bertanya – tanya tak mengerti, tetapi dia tak punya sedikit keberanian untuk mengatakan sesuatu yang merekat di bahunya. Atau justru perhatiannya kepada Abihirt menimbulkan pelbagai pemikiran di dalam diri Barbara. Tidak lagi. Moreau tidak ingin ibunya mengambil tindakan berlebihan, sementara wanita itu sudah lebih daripada cukup membuatnya didesak rasa ingin tahu yang besar. Cara seperti apa yang akan Barbara gunakan supaya mengetahui kebenaran di antara mereka? Iris biru terang Moreau terus memp

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Perjanjian Terlarang   Jalan Pintas

    Lagi—secara tak terduga Barbara mengembuskan napas kasar. Abihirt tidak mengatakan apa pun dan itu membuatnya sedikit diliputi rasa bersalah. “Aku tahu belakangan ini hubungan kita sedikit tidak baik. Hanya berharap kalau kau mau bersedia memberiku kesempatan. Aku tidak ingin bercerai denganmu. Kita bisa memperbaiki semua ini secara pelan – pelan," ucap Barbara beberapa saat, tatapannya seperti menerawang, lalu kembali melanjutkan, "Jangan tidur di sofa lagi, apalagi sampai mabuk seperti ini.” Setelah telah mengatakan pelbagai ketakutan tak bernama di benaknya dan sedikit menunggu kapan Abihirt akan mengatakan sesuatu. Barbara berharap sangat banyak, tidak peduli jika pria itu belum mencoba memikirkan cara terbaik atau sekadar melompat keluar dari lubang yang terasa terjal. Ntahlah, sesaat Barbara memperhatikan satu gerakan singkat, di mana bibir Abihirt hampir bergerak terlalu samar. Pria itu seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi segera menahan diri, seolah butuh pemahaman l

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Perjanjian Terlarang   Gagasan Baru

    “Kau sejak tadi termenung. Aku tidak yakin kau bisa berlatih dengan baik, Amiga. Mrs. Voudly memang terlihat sibuk, tapi bukan berarti kau akan terus seperti ini. Bagaimana jika kau jatuh, karena tidak fokus? Katakan, apa masalahmu?” Pertanyaan Juan ketika mereka berhenti untuk beberapa saat, secara naluriah menarik Moreau kembali ke permukaan. Dia harus mengerjap beberapa kali sekadar menyadari bahwa benar ... seharusnya tidak membawa masalah dari rumah sampai ke gedung latihan. Semua sudah cukup rumit dan dia tidak ingin menambah masalah menyakitkan lainnya. Telah banyak kegagalan. Moreau tidak bisa berpikir lebih keras ketika Anitta—mungkin menyadari setiap detil kecerobohan yang dia lakukan. Kebetulan wanita itu tampak masih membutuhkan beberapa hal untuk diselesaikan. Lagi—Moreau mengerjap sembari menghela napas kasar. “Maafkan aku, Juan. Aku tidak bermaksud,” ucapnya, berjuang keras supaya menyerahkan senyum kepada Juan. Bagaimanapun, pria itu selalu menger

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Mencari Tahu

    “Kau sudah tidur, Darling?” Barbara memiringkan separuh tubuh dengan salah satu lengan menekuk di permukaan ranjang. Lampu tidur yang redup hanya sedikit memberinya prospek bagus mengenai apa yang sedang Abihirt lakukan. Namun, mungkin perlu Barbara katakan bahwa wajah pria itu benar – benar sedang terpejam. Tidak mustahil untuk mengetahui Abihirt mudah terlelap setelah efek samping obat. Dia telah menyelesaikan sisa hal yang dibutuhkan dan sekarang ... satu bagian tertunda sedang menunggu sekadar dilanjutkan. Barbara tak pernah lupa bahwa dia sangat menargetkan ponsel Abihirt. Beberapa perdebatan dan jarak bersama pria itu membuatnya harus sedikit lebih sabar. Paling tidak, untuk saat ini Abihirt tampak tidak benar – benar peduli pada benda pipih di atas nakas. Tidak sulit meraih apa pun itu. Barbara hanya perlu sedikit bergeser. Membiarkan ranjang berderak samar, kemudian mengulur lengan panjang – panjang melewati tubuh suaminya. Dia merasakan jak

  • Perjanjian Terlarang   Foto Itu ....

    Keheningan kembali pecah ke permukaan. Kali ini bukan serentetan pertanyaan Juan lagi. Namun, getar ponsel dan pesan dari satu orang yang sama, menarik perhatian Moreau dengan lekat. Foto – foto di padang pasir. Dia hampir tak ingat jika sempat meminta hal demikian dari ayah sambungnya. Abihirt mungkin tak memiliki banyak waktu. Atau memang tidak pernah memikirkan sesuatu yang dirasa tidak penting. Hanya kebetulan merasa ini adalah saat yang tepat. Mungkin pria itu menyadari kalau – kalau dia tidak akan—sama sekali—membalas pesan apa pun, termasuk tentang semua foto ini. Semua foto di mana segala prospek tampak begitu indah. Tanpa sadar, lekuk bibir Moreau membentuk senyum tipis saat dia mengulir layar ponsel. Sorban di kepalanya, yang terlihat rapi dan cantik, terutama ketika itu merupakan bagian dari sentuhan tangan Abihirt, begitu cocok—memberi kesan berbeda di wajahnya. Moreau tidak lupa sisa hal yang masih melekat dari perjalanan hari itu; ingat

  • Perjanjian Terlarang   Rubah

    “Kau dasar rubah licik.” Benar. Pria itu baru saja mengatakan hal yang membuat Moreau menautkan kedua alis heran. “Apa maksudnya itu?” tanyanya diliputi nada menuntut. “Kau membohongi ibumu dengan sangat mulus.” Itu hanya kebutuhan mendesak. Moreau juga tidak berharap bahwa dia akan cukup mampu melakukan hal demikian di hadapan ibunya. Sedikit bersyukur bahwa Barbara tidak melibatkan percakapan lebih jauh mengenai beberapa kecurigaan wanita tersebut. “Jangan memanggilku rubah licik. Aku terpaksa berbohong. Kau tahu itu,” ucap Moreau setengah menuntut. Biarkan Juan memikirkan beberapa hal. Kelopak mata pria itu setengah menyipit diliputi sorot mata yang menerawang ke arahnya. “Aku pikir Mr. Lincoln akan datang.” Sungguh, demi setengah kewarasannya yang hampir benar – benar terompak tak bersisa. Moreau ingin, sekali saja, agar mereka tidak membicarakan Abihirt di sini. Percuma. Apa pun yang coba Juan katakan, tidak akan memberi suami Barbara s

  • Perjanjian Terlarang   Izin Sementara

    Sudah Moreau duga. Itu pertanyaan menjebak. Dia harus lebih pintar memikirkan sedikit celah untuk membuat semua ini menjadi lebih mudah dipahami. Juan di sana hampir menjadi patung, yang hanya mendengar tanpa berani menyerahkan komentar. Perlahan, Moreau menarik napas dalam. Dia tidak akan melibatkan siapa pun. Ini akan selesai bersama ibunya. Berdua, diliputi sorot perhatian yang tidak pernah lepas di antara mereka. “Aku ingin memilih, jika diberi pilihan, Mom. Mengapa kau selalu membebankan sesuatu pada satu pihak? Kau tahu aku tidak pernah menginginkan kalung ini. Kau yang menyerahkannya langsung kepadaku atas permintaan Abi. Kau seharusnya bertanya kepada suamimu. Dan kalaupun kau sudah bertanya, seharusnya kau mengerti.” “Aku lelah dengan semua tuduhan yang kau berikan, Mom,” Moreau meneruskan dengan nada suara yang terdengar nyaris menyerupai lirih. Dia sedikit mengangkat separuh tubuh ketika berbicara bersama ibunya dan sekarang, diliputi gerakan cukup kasa

  • Perjanjian Terlarang   Barbara Sanksi

    “Kau tak bilang Abi memberimu ponsel yang seharusnya masih dalam tahap peluncuran, itu seingatku sebagai istrinya.” Lurus ... perhatian Barbara terpaku pada satu titik di mana Moreau masih menempatkan sentuhan tangan pada benda pipih yang tampak mencolok. Dia segera menelan ludah kasar. Hampir secara naluriah menyembunyikan segala sesuatu dari hadapan Barbara, tetapi sisa keberanian dalam dirinya terus mengingatkan supaya tidak menunjukkan ketakutan mencolok. Barbara akan menaruh rasa curiga ketika dia bersikap sangat berlebihan. “Aku tidak tahu ini ponsel keluaran terbaru.” Masih dengan pola yang sama. Kebohongan akan selalu berakhir dengan kebohongan lainnya. Moreau tidak yakin apakah Barbara akan menunjukkan reaksi signifikan saat wanita itu terlihat sangat memikirkan pelbagai hal dengan detil. Ini terlalu berbahaya. Iris biru terang Moreau begitu singkat menyambar ke arah Juan. Memberi pria itu isyarat supaya mereka tetap diam, seolah tidak tidak a

  • Perjanjian Terlarang   Kedatangan Barbara

    “Ngomong – ngomong, sejak tadi kuperhatikan, ponselmu sepertinya baru. Brand perusahaan Mr. Lincoln.” Tidak ada yang salah dari ungkapan Juan. Ntahlah. Moreau menafirkan suara pria itu nyaris terdengar seperti bergumam. Mungkin sesuatu sedang Juan pikirkan; barangkali suatu hal yang luar biasa membuat pria itu merasa tidak asing. Ya, seharusnya begitu. Moreau tersenyum secara naluriah membayangkan bagaimana reaksi Juan saat teman terbaiknya itu mengetahui satu bagian tentang ponsel pemberian Abihirt. “Ini akan menjadi ponsel keluaran terbaru. Tapi kau harus tahu kalau aku orang pertama yang memilikinya.” Menakjubkan. Moreau tak bisa menahan diri untuk tidak melepas tawa samar, setelah mendapati rahang Juan benar – benar hampir jatuh ke bawah. Kelopak mata pria itu melebar penuh dan sorot perhatian yang tidak pernah lepas sungguh menjadi bagian paling mengesankan. “Tidak adil. Mengapa kau harus memamerkannya kepadaku!” Semacam ungkapan tid

  • Perjanjian Terlarang   Berharap

    Rasanya masa – masa sulit membuat Barbara tidak dapat membedakan beberapa hal. Dia mendengkus kasar, kemudian mengatur penampilan supaya terlihat lebih baik. “Ya. Aku akan pergi ke rumah sakit sekarang.” Satu bagian sengaja tidak dia katakan, karena Barbara tidak ingin Abihirt terlibat—atau saat – saat seperti ini, dia lebih senang bisa mengulang permintaan yang sempat dikatakan barusan; supaya pria itu kembali ke kamar. Ini waktu yang tepat untuk mengetahui apakah Abihirt peduli kepada Moreau atau tidak. Seharusnya suaminya akan menawarkan diri, jika memang benar. Namun, waktu masih berjalan dan Abihirt kembali mengenyakkan bahu di permukaan sofa. Demi apa pun, suaminya terlihat hanya ingin tidur. “Kau tidak apa – apa kutinggal sendiri, Darling?” “Pergilah.” Barbara sedikit meringis setelah pernyataan singkat Abihirt. Dia berprasangka terlalu buruk dan sekarang cukup merasa bersalah. Pada akhirnya segera tahu bahwa Abihirt tidak menunjukkan minat

  • Perjanjian Terlarang   Reaksi Berlebihan

    “Sekarang minumlah obatmu dan segera ke kamar untuk beristirahat.” Butuh beberapa saat ketika Barbara menunggu tanggapan Abihirt berikutnya. Barangkali pria itu tidak menganggap serius tentang ancaman yang dia katakan. Sangat menyebalkan. Barbara menipiskan bibir setengah kesal. “Kau mengujiku. Baiklah. Akan kubuang anjing kesayanganmu sekarang juga,” ucapnya sembari beranjak bangun. Tiba – tiba, sentuhan tangan yang terasa menyengat segera menahan di pergelangan tangan. Barbara dengan reaksi murni langsung menunduk. Memperhatikan bagaimana cengkeraman Abihirt cukup erat, kemudian mengamati bagaimana pria itu sedikit kesulitan mengatur posisi duduk. Sisa ruang sofa terasa sempit dan tidak dimungkiri bahwa dia juga meletakkan bokong di sana. “Di mana obatnya?” Suara serak dan dalam Abihirt terdengar sarat nada enggan, tetapi itulah yang membuat senyum Barbara melebar antusias. Dia mengulurkan lengan, lalu menyerahkan beberapa pil yang terperangkap pada

  • Perjanjian Terlarang   Memaksanya

    Tarikan napas kasar merupakan setengah dari kemarahannya yang belum terlepas. “Apa Abi juga tidak makan?” dia bertanya lagi. Sesaat mengatur tubuh duduk di pinggir sofa. Menunggu Caroline mengatakan sesuatu. Biarkan wanita paruh baya itu menatap ragu – ragu. “Saya beberapa kali membawakan makanan, Nyonya. Tuan hanya menyentuh sedikit.” Barbara memutar mata secara naluriah. Enggan mengomentari apa pu, yang dapat memberi dampak tidak menyenangkan dalam dirinya. Keberadaan Caroline hanya akan membuat dia semakin kesal, dan sisa perkejaan tertunda tidak akan selesai. “Kau pergilah.” Ketakutan maupun rasa bersalah tergambar liar di wajah Caroline. Ntah kali ke berapa, Barbara mengembuskan napas kasar setelah wanita paruh baya itu benar – benar meninggalkannya tertinggal bersama Abihirt. “Minum obatmu dulu, Darling.” Sekarang dia harus menghadapi situasi di mana ... Abihirt tidak bersikap setuju. Masih dengan posisi telentang. Memejam tenang, seolah beb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status