Share

Berdebat Lagi

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2024-11-01 12:33:23

Keinginan bernegosiasi tampaknya akan berakhir panjang. Tenggorokan Barbara terasa hampa. Dia mengerjap beberapa kali sampai puncak kepalanya akhirnya menemukan ujung penggambaran absurd. Mungkin Abihirt masih terbawa situasi, saat pria itu marah semua menjadi tidak jelas. Atau, sebentuk perasaan lain—menyergap berusaha memberitahukan sesuatu. Ada benarnya untuk mempertimbangkan kembali sikap aneh Froy, yang tidak akan bersikuku andai, memang tidak menghirup aroma ganjil dan bertebaran hanya di beberapa tempat.

“Kau tahu, Abi. Sikapmu yang sepert ini membuatku memikirkan lagi sesuatu yang coba kulupakan. Kau tidak pernah akan membicarakan hal – hal tadi. Tapi barusan, semuanya terlihat sangat jelas.”

Iris mata Barbara menatap suaminya serius. Dia mengerti Abihirt mendengarkan dengan sangat baik, sehingga pria itu menunggu ujung tenggorokan yang bergerak menyelesaikan sisa – sisa tertunda—barangkali sengaja membiarkan hening beberapa saat, baru kemudian bicara.

“Apa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjanjian Terlarang   Pernyataan

    Seketika udara terasa dingin, mencekik, selagi Barbara menunggu Abihirt menambahkan jawaban signifikan. Iris kelabu itu tak terbaca, meskipun gerakan bibir suaminya perlahan menegaskan sesuatu. “Bukan kebiasaanku menilai seseorang cantik atau tidak. Kau salah jika berpikir aku seperti itu.” Ungkapan Abihirt tidak singkat, tetapi terlalu riskan jika Barbara tidak benar – benar memasukkannya ke dalam daftar serius. Dia bahkan hanya bisa diam membeku ketika pria itu berjalan pergi. Begitu saja. Menegaskan perdebatan mereka cukup sampai di sini—tak ingin mendengar sisanya. “Abi.” Tidak. Barbara tidak akan membiarkan semua menjadi suatugambaran mengancam pada hubungan mereka. Dia segera menyusul. Sesaat terpaku ... menyaksikan suaminya membawa bantal dan tampak ingin meninggalkan kamar. “Kau mau ke mana, Abi? Aku belum selesai!” “Tidur di sofa ruang tamu." “Kau sebegitu marahnya, ya, sampai ingin tidur di ruang tamu?” Barbara sedikit

    Last Updated : 2024-11-01
  • Perjanjian Terlarang   Mimpi Buruk

    “No.” “No.” “Hentikan.” “Jangan lakukan ini.” Rasanya Moreau baru tertidur untuk waktu yang singkat, tetapi suara sayup – sayup di luar terdengar begitu jelas di keheningan malam. Seperti berusaha mengambil seluruh kendalinya, kemudian dia tersentak dengan tidak mengerti menatap ke sekitar ruang kamar nan gelap. Terlalu ganjil membayangkan seseorang masih meninggalkan suatu kesan saat seharusnya ... sudah tidak ada lagi yang tersisa. Sudah tidak ada apa pun di luaran sana. Suara serak dan dalam yang familiar. Moreau mengerti siapa pelaku terduga bersarang di puncak kepalanya. Berjuang keras untuk tidak meyakini bahwa Abihirt bersuara getir dan nyaris menyerupai lirih. “No ....” Lagi. Tenggorokan Moreau bergerak kasar membayangkan dia berada dalam pilihan rumit. Keluar atau tidak, itu sama seperti membiarkan beberapa parasit menggerogoti tubuhnya. Membutuhkan masa – masa sulit menghadapi hal yang coba memakannya hingga habis; setidaknya bersikap t

    Last Updated : 2024-11-01
  • Perjanjian Terlarang   Terbangun

    “Abi.” Walau tidak tahu apakah ini dapat berdampak bagus, tetapi Moreau ingin pria itu ditarik pada kesadaran utuh. Sedikit berniat membangunkan ibunya, sekalipun hal tersebut tidak dilakukan. Hanya kebutuhan menyentuh lengan Abihirt dan dia masih mendapati pria itu bergerak gelisah. “Abi.” Sekali lagi. Moreau mengetatkan sentuhan di lengan atas ayah sambungnya. Agak menekan ujung jemari, memberi rasa sakit, supaya pria itu bangun dan sadar. Namun, butuh beberapa detil usaha untuk menyeret Abihirt keluar dari mimpi buruk yang menjerat. Dia menipiskan bibir. Sedikit sulit memastikan lebih dekat saat sandaran sofa membatasi sisa ruang antara mereka. Harus dengan menyingkir. Itu yang Moreau lakukan ketika akhirnya dia setengah membungkuk dan membekap bibir Abihirt di sana. Tidak ingin ayah sambungnya menimbulkan suara lebih signifikan, kemudian membangunkan semua orang. Mungkin dia merasa salah telah melakukan hal tersebut. Tidak ada pilihan. Iris biru terangnya

    Last Updated : 2024-11-02
  • Perjanjian Terlarang   Mengobati

    “Kau pasti memukul Froy terlalu keras,” ucap Moreau nyaris menyerupai sebuah bisikan. Masih sangat hati – hati, setidaknya, walau yang dia temukan adalah sesuatu dari Abihirt bahkan nyaris tidak memberi reaksi, seolah apa pun yang telah pria itu lakukan tidak memiliki dampak penting untuk dikhawatirkan. “Sedikit kelepasan.” Hanya itu. Moreau cukup tidak setuju mengenai pernyataan Abihirt barusan. Mata kelabu ayah sambungnya mungkin sedang serius menatap setiap kali kain perban melilitt perlahan di sana, tetapi dia diam – diam berusaha mencari tahu bagian yang jauh lebih kompleks dari ekspresi datar—nyaris tak terbaca. “Kau benar – benar kelepasan.” Sambil menambahkan, Moreau akhirnya memastikan ujung kain perban diikat menjadi simpul yang pas. Sekarang, dia akan kembali ke kamar. “Froy pantas mendapatkan itu.” Moreau mengakui bahwa pernyataan Abihirt benar. Froy memang pantas menuai kontroversi dari tindakan kasar. Tetapi mereka juga harus menyadari j

    Last Updated : 2024-11-02
  • Perjanjian Terlarang   Menguping

    “Kau tidak seharusnya berbuat ulah di hadapan paman-mu. Jangan lupa kalau kita sangat membutuhkannya. Mau kau memberi makan apa calon istrimu nanti, jika sampai Abi tidak mau lagi peduli terhadap apa pun yang kau lakukan?” Masih cukup pagi, tetapi Moreau yakin sedang tak salah mengenali suara seseorang yang nyaris menyerupai peringatan; bisikan; dan hal – hal relevan. Dia hanya berniat pergi ke dapur, sempat menemukan ayah sambungnya masih tidur di ruang tamu, tetapi berpikir bahwa Barbara akan segera keluar kamar. Seharusnya memang tidak memiliki urusan apa pun bersama pria itu untuk saat ini. Bahkan pembicaraan sepasang ibu dan anak di dapur, yang melibatkan Abihirt juga tak ingin ditambahkan ke dalam daftar kepentingan. Hanya saja ada sebuah anggapan tentang mendengar suatu berita secara utuh. Percakapan Gloriya dan Froy tentu akan tetap dilanjutkan, dan di sinilah Moreau memilih diam, mengobservasi apa yang mungkin bisa dia terima dengan baik. “Percuma saj

    Last Updated : 2024-11-02
  • Perjanjian Terlarang   Mengagumi

    “Jika Abi tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menawarkan bantuan. Bukankah itu bagus? Artinya dia peduli kepada mereka.” Pernyataan ini mungkin sedikit sumbang terhadap apa yang Moreau pikirkan. Sering terlibat bersama Abihirt barangkali membuatnya belajar cara menjadi kontradiktif. Sedikit mengagumkan bahwa secara perlahan dia tahu bagaimana untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Biarkan Roger melanjutkan hal—tergambang di antara mereka, supaya dapat dipelajari lebih lengkap. “Aku rasa kau seharusnya sudah tahu kalau Abi dan Gloriya tidak satu ibu. Mereka bahkan tidak seharusnya akrab dan tidak bersama sedari kecil. Hanya kebetulan Abi menjadi pengusaha sukses dan wanita itu mulai terus mendekatinya.” Dia tahu tentang hal itu: baru tahu. Namun, sikap Gloriya tidak terlihat seperti demikian, pada awalnya. Moreau mungkin tidak akan percaya apa yang baru saja dikatakan Roger, andai dia tak mendengar sendiri bagaimana wanita itu terus membujuk Froy untuk

    Last Updated : 2024-11-03
  • Perjanjian Terlarang   Menunggu

    Moreau mengerjap, sesaat mengedarkan pandangan dengan gelisah, lalu kembali melakukan kontak mata bersama Barbara. “Aku—tidak. Aku mencarimu. Kupikir tadi kau bersama Abi, tapi tidak ada. Aku juga tidak berani mendatanginya.” Dia bicara setengah gugup, sedikit tersenyum, berharap Barbara tidak akan memikirkan sesuatu lebih jauh saat perhatian wanita itu kembali beralih pada satu titik di sana. “Sudah ada aku di depanmu, apa yang mau kau katakan?” Ntah harus diliputi perasaan lega atau tidak, tetapi Moreau menelan ludah kasar memikirkan sesuatu secara tiba – tiba. Apa yang bisa dia katakan bahwa sebenarnya dia tak mencari siapa pun, tak ingin mengatakan apa pun. Semua telanjur. Barbara sedang menunggu sembari sesekali menata ikatan rambut dengan hati – hati. Wanita tersebut baru saja mandi, itulah mengapa tidak terlihat pada awalnya. “Tidak jadi, Mom. Tadi sempat ingin meminta bantuanmu, tapi aku bisa menyelesaikannya sendiri.” Bibir Moreau menipis gugup

    Last Updated : 2024-11-03
  • Perjanjian Terlarang   Berpamitan

    “Kau yakin bisa mengurus semuanya sendiri, Darling? Aku dan Gloriya mungkin pergi cukup lama. Kami akan berbelanja beberapa hal yang dibutuhkan. Hadiah untuk rekan kerjaku juga tidak akan terlewatkan. Jangan lupa panaskan sup kentangmu jika ingin makan, mengerti?” Sudah cukup siang, Barbara segera merenggut tas yang diletakkan di pinggir ranjang sembari memperhatikan setiap detil kegiatan suaminya. Abihirt tidak sekali pun meninggalkan perhatian dari layar monitor. Dia akan berusaha memahami bagaimana pria itu terlalu sibuk, meski sesaat ekspresi dari wajah tampan di sana seperti mengernyit ganjil saat mendengar kata ‘hadiah’ terucap. Mencoba untuk tidak terpengaruh. Barbara segera melekukkan senyum tipis, lalu menghampiri pria yang tidak menanggapi kata – katanya. Dia menjatukan kecupan ringan pada rahang yang terasa kasar. Sedikit mengusapnya saat Abihirt melirik dengan singkat. “Jangan terlalu memaksakan diri saat kau sedang sakit. Ingat untuk istirahat. Ada Gab

    Last Updated : 2024-11-03

Latest chapter

  • Perjanjian Terlarang   Pingsan

    “Aku ingin kau mengisapnya.” Pria itu memberi perintah—jelas. Secara naluriah tangan Moreau menggenggam erat kejantanan ayah sambungnya yang telah membekak kokoh. Dia mengernyit sesaat. Tidak tahu apa yang tiba – tiba mendesak di puncak kepala, tetapi tidak dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengambil tindakan begitu terlarang. Moreau menelan ludah kasar ketika dia mulai mengurut maskulinitas Abihirt yang penuh dengan gairah membakar. Senyumnya begitu puas mendapati pria itu mendesis tertahan, bahkan wajah suami Barbara menengadah seakan luar biasa menikmati setiap perlakuan Moreau di sana. Dia diam – diam membungkuk saat pria itu bahkan tidak melihat. “Oh ....” Erangan Abihirt lepas, kemudian menunduk persis mengikuti gerakan lidah Moreau yang meliuk di kepala kejantanan ayah sambungnya. Barangkali pria itu tidak bisa menahan diri lebih lama, sehingga rahang tegas di sana bergemelatuk dengan sayup – sayup geraman singkat. “Bangunlah.” Tidak. Moreau cuku

  • Perjanjian Terlarang   Terlalu Berani

    Moreau langsung membungkuk. Sudah tak peduli jika harus memberi jilatan basah pada belakang telinga pria itu. Sayup terdengar desis tertahan dari mulut Abihirt. Sekarang dia yakin tak perlu lebih berhati – hati, karena semua kendali sedang tunduk kepadanya. Moreau menyeringai tipis ketika memutuskan untuk memberi gigitan ringan, bahkan menargetkan kulit leher pria itu supaya meninggalkan bekas kemerahan di sana. Sedikit tak peduli jika keputusan demikian akan membawa Abihirt pada situasi di mana sikap teliti Barbara menjadi bagian yang seharusnya selalu mereka hindari. Ini hanya semacam agenda balas dendam, mengingat pria itu juga sering kali lupa bagaimana khawatirnya dirinya ketika harus menghadapi situasi tak terduga di antara mereka. “Aku suka tato buatanku.” Moreau terkikik pelan sembari menjalankan ujung telunjuk pada bekas isapan mulutnya di sana. Masih dengan samar – samar suara mendesis Abihirt, tetapi secara ajaib pria itu tidak mengajukan protes. Hanya sepe

  • Perjanjian Terlarang   Like A Hooker

    “Apa yang sedang kau pikirkan, Moreau?” Abihirt bertanya, sungguh? Perilaku ganjil telah membuat pria itu memikirkan banyak hal. Moreau tak pernah mengira akan ada satu momen di mana dia membiarkan bibirnya terbuka lebih lebar saat ibu jari Abihirt memberi sapuan ringan di sana. Bahkan pria itu mendorong masuk seluruh jempol yang terasa kasar dan besar supaya dia secara naluriah memberi isapan tak terduga. Mereka melakukan kontak mata. Iris kelabu itu benar – benar tampak dilingkupi gairah tertahan. Rasanya dia tak bisa menjabarkan bagaimana tatapan Abihirt terlalu lapar dan ingin melahapnya tanpa ampun. Tubuh Moreau segera tersentak begitu pria itu mendorong tubuhnya jatuh terduduk di atas ranjang. Tuntutan untuk menengadah mengungkapkan pemandangan murni dari cara Abihirt yang terburu ketika membuka jas dan bahkan merenggut ikatan dasi di kerah kemeja. Lengan pria itu menekan di atas ranjang diliputi wajah yang perlahan mencondong ke depan. Betapa Moreau h

  • Perjanjian Terlarang   Seduce Him

    “Aku tetap mau pulang. Ibuku akan mencariku nanti.” Dia berharap bisa mengatakan sesuatu yang lain, tetapi pengkhianatan dalam dirinya membiarkan ego melarang. Barangkali akan kelepasan dan membuat semua semakin runyam. “Ibumu tak akan mencarimu.” Lambat sekali suara serak dan dalam Abihirt mencuak ke permukaan seolah pria itu sedang mengusahakan upaya agar Moreau tidak memikirkan sesuatu melebihi apa yang seharusnya. “Kau sendiri yang bilang ibuku sudah menunggu. Dari mana kau tahu ibuku tidak akan mencariku?” dia bertanya sinis. Akan lebih adil jika Abihirt merasakan ketegangan yang coba dia besar – besarkan. “Ada kegiatan pameran busana. Ibumu akan menghabiskan banyak waktu di sana.” Sekarang Moreau tahu. Dia mengangguk – angguk tak acuh seolah ingin membuktikan kepada ayah sambungnya kalau – kalau apa pun yang sedang pria itu inginkan tidak akan dengan mudah terwujud. “Jadi, tadi kau membohongiku? Kupikir kau adalah suami cuek yang tida

  • Perjanjian Terlarang   Geram

    “Keluarlah.” Sebuah perintah serius, sepertinya Moreau akan menghadapi masa sulit andai dia masih bersikap keras kepala untuk tidak menuruti setiap keinginan pria itu. Secara naluriah bahunya mengedik tak acuh. Lupakan bahwa ini adalah peringatan terakhir. Dia melipat lengan di depan dada tanpa mempedulikan Abihirt di sana. Ayah sambungnya akan mengerti jika tindakan tersebut masih menjadi bagian dari sikap tidak patuh dan seharusnya pria itu mengambil inisiatif sendiri sekadar melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah kalau – kalau memang hal demikian merupakan bagian dari daftar panjang yang tak terlewatkan. Celakalah, Moreau tidak pernah menduga jika ternyata Abihirt akan mengambil tindakan tak terduga dengan menarik tubuhnya secara paksa dan lagi ... pria itu mendekap persis diliputi cara di klub tadi, membuat dia terombang – ambing menahan sisa rasa pening nan pekat, sementara perutnya meninggalkan sensasi tidak menyenangkan—tertekan di garis bahu yang terasa kokoh

  • Perjanjian Terlarang   Membangkang

    Tubuh Moreau terdesak ke depan ketika dia nyaris setengah terlelap. Mobil ditumpanginya menghadapi krisis tiba – tiba ... seolah itu memang suatu tindakan disengaja. Tidak tahu apa yang sedang berserang di puncak kepala Abihirt saat suami Barbara memutuskan untuk menginjak rem secara tak terduga. Barangkali hal tersebut tidak jauh dari motivasi sederhana ayah sambungnya supaya dia terbangun, sementara makhluk kaku itu tidak menemukan cara untuk menarik Moreau kembali ke permukaan. Menyedihkan. Secara naluriah dia menoleh ke wajah Abihirt. Pelbagai desakan telah menyumbat di puncak kepalanya sekadar meluapkan segala sesuatu yang tertahan. Mungkin keinginan tentang menghantam wajah tampan di sana ... dengan pukulan serius adalah gagasan paling potensial. Moreau harap bisa menuntaskan ide – ide yang berkeliaran bebas, hingga bergelantungan di belakang bahunya dengan cepat. Namun, di satu sisi tak terduga dia harus membayangkan bagaimana menjadi tenang tak tersentuh—

  • Perjanjian Terlarang   Kesal

    Moreau merasa sangat malu. Ironi. Dia tak punya cukup tenaga untuk memberontak. Kepalanya terasa pening karena alkohol dan sekarang semacam terombang – ambing di lautan berombak dahsyat, diliputi sengatan aroma tubuh ayah sambungnya yang memabukkan. “Moreau sudah bilang tak ingin kau ganggu, Rowan. Turunkan dia!” Mereka sudah separuh jalan menuju pintu keluar, kemudian suara Robby cukup lantang menghentikan Abihirt, lalu menarik perhatian pria itu untuk berbalik badan—di mana Moreau perlu berjuang memalingkan separuh wajah jika dia ingin tahu tentang apa yang akan Robby lakukan kepada ayah sambungnya. “Kau tidak perlu ikut campur terhadap urusanku.” Suara serak dan dalam Abihirt memang terdengar tenang, tetapi tersisip reaksi ganjil yang Moreau sadari coba pria itu tahan. Dia ingin tahu. Bertanya – tanya apakah keberadaan Robby telah memberi banyak pengaruh, meski ayah sambungnya masih berusaha tidak menunjukkan reaksi signifikan di antara mereka. Apakah mu

  • Perjanjian Terlarang   Memaksa

    Mungkin ... yang tersisa di antara mereka adalah sikap Abihirt ... masih berusaha hati – hati saat pria itu menghadapi keputusan serupa. Moreau menggeleng tegas. Terlalu konyol jika mereka bertengkar di sini. Di hadapan banyak orang, apalagi sampai mereka tahu tentang status hubungan yang begitu konyol sekadar dimaklumi. Bagaimanapun Moreau tak bisa memungkiri bahwa sikap Abihirt terlihat seperti seorang pria dewasa yang enggan berbagi. “Jika kau ingin pulang, kau bisa pulang sendiri. Aku tidak butuh perhatian darimu.” Persetan! Meski sesuatu dalam diri Moreau mengingatkan supaya dia bersikap tenang, ada satu bagian lain yang bernama ego ... mendorong agar dia menunjukkan keberanian di hadapan pria itu. “Ibumu sudah menunggu di rumah.” Apa pedulinya? Haruskah Moreau katakan bahwa Abihirt sedang mengandalkan Barbara demi membujuknya? Tidak. Dia akan memastikan itu bukan prospek yang mempan. Lebih baik sudahi segala sesuatu yang membuat dia merasa lebih gila.

  • Perjanjian Terlarang   Rowan ....

    “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Moreau sarat nada sinis. Menyingkirkan keberadaan tangan Abihirt adalah kebutuhan dasar. Dia menepis pria itu dengan kuat. Sudah cukup membiarkan waktu berjalan beberapa saat. Keheningan memang sudah bergemuruh sejak terakhir kali tidak ada satu pun kata terucap dari bibir ayah sambungnya, tetapi Moreau muak menghadapi sikap pria itu. Abihirt sudah seringkali memberi tatapan tajam, seakan – akan demikianlah cara pria tersebut melakukan komunikasi intens. Tidak. Seharusnya pria itu mengerti kalau – kalau hal tersebut merupakan bentuk paling menyakitkan. “Aku ingin kau pulang.” Kali pertama bersuara, Moreau dapat mencerna betapa suara serak dan dalam itu terdengar dingin membekukan. Jika Abihirt mengira dia akan setuju begitu saja, suami ibunya salah—sangat salah. Untuk saat ini Moreau tidak menerima perintah. Dia segera menoleh ke wajah Robby, merasa hal tersebut merupakan prospek bagus sekadar memperlihatkan kepada Abihirt bahwa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status