“Bangunlah sedikit.”
Suara serak dan dalam pria itu terdengar parau mengikuti satu perintah yang Moreau sendiri hampir tak mengerti bagaimana. Dia diam beberapa saat. Berpikir. Akan membutuhkan waktu lebih panjang. Namun, gerakan tak terduga muncul dari Abihirt yang tiba – tiba menariknya sedikit bangun; lagi – lagi persis seperti hanya memindahkan boneka besar untuk bersandar di kepala ranjang. Moreau menelan ludah kasar, tetapi tidak bisa meninggalkan perhatian dari wajah ayah sambung tampan yang serius ketika pria itu mengambil posisi duduk begitu dekat—bersisihan, walau Abihirt mengatur posisi agak miring dengan sebelah lengan terulur menyentuh beberapa bagian di tubuhnya. “Buka kakimu.” “Apa?” Buru – buru mengajukan pertanyaan. Moreau harap pria itu mau menjabarkan sesuatu lebih rinci. Sesuatu yang masih belum dapat dia mengerti. Belum ada petunjuk dan secara tak terduga Abihirt segera membuka kedua kakinya lebar. Sebuah sentuhan dari ujungBukan apa – apa. Moreau tidak cukup berani mengajukan protes terlalu panjang. Ini risiko dan dari awal dia telah memahami hal demikian. Memang tidak adil, tetapi kecintaan Abihirt kepada Barbara merupakan satu – satunya hal yang tak dapat dia lupakan, meski pinggul pria itu segera bergerak lebih lambat; seolah bagian tersebut merupakan bentuk perbaikan yang sedang dilakukan. Benar – benar untuk menebus perilaku ayah sambungnya di awal.“Aku berusaha tidak terlalu kasar kepadamu.” Moreau tidak tahu apakah perlu percaya atau tidak. Hanya terpaku diam saat sementara Abihirt sudah mulut di bawah rahangnya. Pria tersebut menempatkan kecupan bibir yang ringan, kemudian membiarkan sentuhan seperti itu turun pada beberapa inci tubuh yang lain. Paling tidak, dia tidak lagi merasakan genggaman erat di pergelangan tangan. Malahan, dapat dengan bebas berpegangan di bahu lebar ayah sambungnya, hingga bagian tidak sengaja adalah mempertemukan ujung jemari terhadap teksur berparut dari l
Ranjang sedikit berderak, tetapi Abihirt sudah lebih daripada hati – hati saat memindahkan tubuh Moreau ke atas kasur. Gadis itu telah begitu lelap; sesuai permintaan ... ini yang dia lakukan; mengatur posisi Moreau senyaman mungkin sambil melebarkan selimut tebal untuk menutup tubuh yang secara naluriah bergerak. Tidak segera berjalan pergi. Abihirt memutuskan sekadar duduk sebentar di pinggir ranjang. Menatap wajah cantik dan polos yang sedang terpejam sambil memikirkan beberapa hal. Moreau tidak pernah tahu apa pun. Segala sesuatu yang ternyata adalah serangkaian simpul dari peristiwa di masa lalu. Bagaimanapun, ini yang seharusnya terjadi. Semua sudah telanjur, sama seperti Abihirt juga tidak tahu apa – apa mengenai perselingkuhan ayahnya di awal. Seperti dia masih begitu hijau untuk memahami peradaban dari konflik pernikahan. Kenyataaan punya pelbagai macam sensasi pahit supaya dihirup secara bersamaan. Seorang wanita terlalu mencintai sang suami. Mengabdikan hidup secara
Tersadar dengan situasi berbeda yang ekstrim sedikit membuat tubuh Moreau tersentak. Dia segera beranjak bangun. Memperhatikan seluruh sudut ruang di mana kamar tampak begitu hening. Tidak ada siapa pun di sini, bahkan terhadap pria yang terakhir kali bersamanya, meski memang sebaiknya seperti itu. Mereka tidak berusaha terlihat mencolok—terlalu riskan. Ada dampak terlalu berbahaya, meski tidak tahu sampai kapan semua akan berakhir baik – baik saja. Tidak pula perlu memikirkan ke mana Abihirt seharusnya pergi. Perlahan Moreau mengusap wajah kasar sambil menyeka selimut tebal. Pria itu menunjukkan sikap peduli ketika memutuskan untuk benar – benar membawa dia sampai di sini? Di kamar sendiri? Ntah apakah perlu merasa terkesan atau tidak. Moreau tetap memulai langkah untuk menuju kamar mandi—langsung menyiapkan segala kebutuhan setelah malam panjang. Dia tidak akan mengulur waktu, dan itu dibuktikan dari segala usaha untuk berada dalam keadaan lebih segar. Barangkali B
Dia dan Juan mendapat panggilan mendadak untuk bertemu di gedung latihan. Awalnya Moreau mengira terdapat hal mendadak yang tak bisa mereka tebak, atau berbahaya lain yang tidak pernah diharapkan muncul secara berlebihan. Namun, sebuah pengetahuan tentang kepergiaan Abihirt sesaat lalu, telah menyerahkan banyak informasi di benaknya supaya benar – benar percaya bahwa semua kebetulan ini menghubungkan mereka pada satu kepentingan relevan. “Kira – kira apa yang dilakukan ayahmu di kantor Mr. Pablo tadi?” Suara Juan berbisik sangat dekat dan bagaimana Moreau dapat merasakan sentuhan pria itu secara naluriah di bahunya. Ketika menengadah, dia mendapati dagu Juan begitu dekat di puncak kepala, lalu segera menyingkirkan keberadaan pria itu dengan menekan permukan dada hingga Juan terdesak mundur sekian jengkal jarak. “Mungkin sebaiknya tidak menanyakan itu kepadaku, Juan. Karena aku juga tidak tahu kenapa dia ada di sini saat tiba – tiba kita dipanggil.” Moreau berjal
Moreau menunggu saat – saat yang tepat setelah ibunya sudah meninggalkan rumah. Sedikit yang dia ketahui bahwa Abihirt tidak bersikap begitu mencolok ketika semalam pria itu pulang; bersikap seolah tak satu pun kenyataan disembunyikan dan mereka beranjak baik – baik saja. Sesuatu yang tak cukup adil. Seharusnya. Namun, tidak ada yang bisa dikatakan. Moreau tak berhak ikut campur. Tak ingin terlihat bersikap tak setuju terhadap keputusan Abihirt, meski reaksi signifikan dalam dirinya seperti mengalami krisis tidak terpecahkan. Dia menghela napas—berharap dapat membantu untuk tidak membayangkan apa pun. Hanya ada satu tujuan utuh. Kepadanya, setelah sempat bertanya, Caroline mengatakan pria itu tidak melakukan kegiatan lari pagi atau menemani Chicao pergi bermain sebagai rutinitas menyenangkan anjing peliharaan tersebut. Suatu informasi yang langsung membuat Moreau mengerti di mana ayah sambungnya berada saat ini; sebuah ruangan yang disulap menjadi tempat latihan fisik.
Tidak ada peringatan jika ternyata Abihirt segera menjulang tinggi. Wajah pria itu basah bermandikan keringat dengan beberapa helai rambut lembab jatuh menyentuh kening. Sebuah pamandangan murni di pagi hari. Moreau tidak mengerti mengapa ibunya mau melewati sesuatu yang indah seperti ini saat Barbara sendiri dapat memilih untuk bersama suami wanita itu lebih lama—katakanlah ... tidak harus terburu – buru melakukan perjalanan ke kantor, dan andai seperti itu ... dia yakin ibunya tidak akan ragu menahan Abihirt di sini—hanya di sini—melakukan sisa hal yang dapat dibayangkan dengan pikiran liar. Celakalah, itu bayangan sangat kotor. Moreau mengerjap beberapa kali dan secara tak terduga tercekat oleh keberadaan Abihirt yang begitu dekat. Nyaris tidak menyisakan jarak. Dia harus mengambil tindakan penuh tekad sekadar berjalan beberapa langkah ke belakang. Paling tidak, sampai tak akan mendapati wajahnya berhadapan langsung dengan dada pria itu. “Kau belum menjawabk
Kebutuhan bercinta sudah tak terbendung saat Moreau menghadapi sengatan panas terhadap setiap apa pun yang Abihirt lakukan. Dia telah bertelanjang penuh. Ujung jemari pria itu begitu mahir melucuti satu demi satu kain tersisa, dan tiba – tiba menekannya supaya menghadap dinding ruangan. Moreau segera menahan napas mendeteksi Abihirt menjatuhkan mulut di garis bahunya. Teramat lembut, bahkan sentuhan – sentuhan lainnya tidak dapat dimungkiri telah memberi banyak pengaruh. Dia putus asa membiarkan satu tangan pria itu meremas di payudaranya dengan serupa genggaman yang begitu pas, sementara bentuk gigitan – gigitan kecil di sekitar ceruk leher seakan dapat meyakinkan jika akan meninggalkan bekas tanda kemerahan. Moreau tak berdaya, tetapi dia berusaha berpegangan erat semari merekatkan telapak tangan pada dinding di hadapannya. Cumbuan Abihirt melepaskan sensasi membakar. Dia benar – benar membara di bawah setiap detil lidah pria itu menjalar, meninggalkan jejak basah dan
Sambil menelan ludah kasar. Moreau mendorong tubuhnya sesaat demi menatap ekspresi wajah Abihirt lekat. Tetap tidak ada protes keluar. Mungkin, karena dia merasa cairan tubuh pria itu merembes ke bawah mengikuti kejantanan yang ditarik keluar. Ntahlah, agak sulit membayangkan desakan dari suatu insting yang tetap memberinya kekhaeatiran mengenai dampak tak diinginkan nanti. Mereka telah selesai dan sebaiknya tidak terlalu lama di sini. Namun, setiap persiapan tak selalu dapat melewati batas yang ditentukan. Pada akhirnya Moreau mengerti jika dan jika dia akan tetap di sini; baru saja menyelesaikan kebutuhan untuk berpakaian utuh. Setidaknya memang sedikit lebih wajar daripada mereka terus bertelanjang berdua. Abihirt mungkin tak sepenuhnya, mengingat pria itu dari awal tidak mengenakan apa pun di bagian atasan. “Apa yang ingin kau bicarakan?” Suara serak dan alam ayah sambungnya terdengar serius, cukup berbeda seperti terakhir kali saat sedang merasa kenikmatan. Mo
Sekarang ... ntah cambukan kali ke berapa. Barbara tidak bisa menghitung. Semua bentuk pemikiran di benaknya hancur berantakan. Krisis ketidakpercayaan terhadap sikap Abihirt sungguh memberi pengaruh besar. Dia merasa benar – benar telah memborong kebodohan, hingga yang tersisa adalah hasrat supaya tidak terjebak pada kondisi seperti ini. “Sakit, Abi,” Barbara mengeluh sarat nada begitu getir. Sebatas harapan agar Abihirt bersedia memberi ampun. Jika pria itu berpikir ini merupakan hukuman setimpal, hal tersebut sama sekali bukan keadilan. Dia berharap Moreau yang ada di sini. Menggantikan posisinya. Namun, apakah hal tersebut terdengar masuk akal? Abihirt terlihat mabuk kepayang kepada gadis itu. Dia tidak yakin. Barangkali telah melewatkan banyak hal. Bertanya – tanya ... mungkinkah? “Daripada menyiksaku di sini, mengapa kau tidak seret saja Moreau dan biarkan dia merasakan yang sama seperti yang kualami hari ini?” Tidak ingin diliputi pelbagai hal menggan
“Kau yakin ini akan berjalan baik – baik saja?” Masih sedikit usaha untuk meyakinkan diri. Barbara akhirnya hanya menghela napas ketika Abihirt mengangguk samar. Pria itu tidak akan mengatakan lebih banyak. Semua pilihan ada di tangannya; apakah dia masih ingin melakukan seks atau membiarkan hubungan mereka kembali regang. “Baiklah.” Barbara memutuskan untuk membuka blazer yang dia kenakan. Satu persatu pakaian telah dilucuti. Bukan masalah besar bertelanjang penuh di hadapan suaminya. Dia kemudian memberi Abihirt tatapan penuh bertanya. Menunggu apa yang akan pria itu lakukan. Tidak ada kata terucap. Sebaliknya, Abihirt merenggut dasi yang mengikat kerah kemeja pria itu. Langkah lebar suaminya tidak pernah luput dari perhatian Barbara. Dia menelan ludah kasar persis ketika Abihirt sudah menjulang tinggi di belakang. Semua menjadi gelap kali pertama Abihirt merekatkan bagian dasi untuk menutup di matanya. “Haruskah dengan pandangan tertutup, Ab
Kali pertama mendengar pernyataan Abihirt, kelopak mata Barbara mengerjap cepat. Hampir tidak menyangka tentang hal yang telah mereka lewatkan. Dia tahu suaminya jauh lebih sering menghabiskan waktu bersama Moreau—dan itu sungguh meninggalkan banyak kecemburuan tidak tertahankan. Cukup puas bahwa dia bisa melewati saat – saat di mana mengendalikan diri dari kebutuhan melampiaskan amarah. Sungguh, sampai mati pun, Barbara tidak akan menyerahkan Abihirt kepada Moreau. Dia tidak akan pernah mengalah. Kemenangan harus selalu berada di tangan. Persetan dengan mengorbankan yang lainnya. “Baiklah. Ke mana kau akan membawaku?” tanya Barbara sembari mengikuti langkah Abihirt menuju mobil. Mereka datang terpisah. Miliknya sendiri sedang terparkir di sisi halaman lain, tetapi mereka bisa mengatur situasi. Bukan masalah besar meminta Gabriel menyelesaikan tugas tertunda. Abihirt tidak mengatakan apa – apa sepanjang perjalanan, tetapi Barbara mengenali setiap detil tempat yang
“Pelacur kecil itu sudah tidak mau denganmu. Apa yang kau harapkan lagi darinya?” Sejak awal, tujuan Barbara adalah menghancurkan kehidupan Moreau dan membuat hubungan gadis itu bersama suaminya retak. Dia mengambil langkah yang tepat setelah meyakinkan Moreau bahwa Abihirt terlibat dalam keputusan ini. Tadi, betapa tatapan itu penuh luka. Moreau telah meninggalkan mereka. Sekarang konflik terhadap hubungan yang seharusnya baik – baik saja terus beterbangan. Paling tidak, Barbara cukup puas, walau segala sesuatu yang dia rencanakan tidak sepenuhnya lancar. Ada hasrat untuk membuat Moreau benar – benar mendapat pelajaran berharga. Dia ingin orang – orang melempari gadis itu dengan apa pun sebagai kemungkinan terburuk—anggap saja suatu penghinaan hebat. Sungguh, kemunculan Abihirt sangat tidak tepat. Mereka sedang dihadapkan badai tensi yang meningkat. Barbara tahu cepat atau lambat Abihirt akan menjadikannya target utama. Sial. Dia sama sekali tidak tahu kal
Barbara bertanggung jawab atas situasi yang sedang mereka hadapi, tetapi yang tidak Moreau mengerti; mengapa? Bukankah Abihirt juga terlibat? Apa lagi yang diinginkan sehingga pria itu bersikap seakan sedang didesak kebutuhan menuntut Barbara. Mungkin ibunya berusaha menjebak suami sendiri karena seharusnya mutahil bagi Abihirt bersedia membuka aib perselingkuhan ini? Yang juga akan mempengaruhi reputasi di masa mendatang. “Aku tahu kau datang untuk menghadiri program ulang tahun mendiang ibumu. Tapi, nanti. Setelah aku menyelesaikan pelacur kecil ini. Bukankah kau sendiri juga sudah setuju?” Sesuatu yang keras seperti berusaha mencecoki tenggorokan Moreau. Dia mengira masih ada sedikit harapan, tetapi reaksi Abihirt yang tampak tidak akan langsung menyangkal, seakan memberinya banyak petunjuk. Pria itu hanya ... melirik ke arah Gabriel, kemudian berkata, “Bubarkan tamu undangan.” Sudah cukup. Moreau merasa muak jika harus mempertahankan kepercayaan dalam dirinya k
“Jika ayahmu masih di sini, Moreau. Kurasa, dia akan mendapat serangan jantung mendadak karena menerima informasi seperti ini, bahwa putri kesayangannya, putri kecil yang selalu dimanjakan olehnya, sanggup menjual diri demi seorang pria beristri. Kurasa, arwahnya pun tidak akan tenang selama menyaksikan apa yang kau lakukan di muka bumi ini.” Sial. Belum ada satu pun hal sanggup Moreau katakan, tetapi kesalahan Barbara sangat tidak bisa dimengerti kali ketika wanita itu melibatkan ayahnya. “Jika ayahku masih ada di sini. Kau tidak akan mungkin menikahi lagi, Mom. Atau kau mungkin ingin bermain api di belakangnya, sama seperti yang kau lakukan di belakang Abi?” “Tutup mulut sialanmu!” Tamparan keras lainnya, membuat wajah Moreau benar – benar berpaling dengan kasar. Saraf – saraf di sekitar pipi terasa kebas. Dia membeku di tempat. Namun, semua yang dia katakan memang benar. Perselingkuhan ini tidak akan terjadi, andai wanita itu juga bisa menjaga diri dari h
Barbara tidak akan berhenti. Itu masalahnya. Betapa wanita itu tampak dilingkupi pelbagai antusiasme meluap – luap, seolah masih begitu banyak hal tidak terungkapkan, sementara Moreau merasa dia tidak akan bisa menerima peristiwa seperti ini lebih lama. Semua akan berakhir jauh lebih kacau, tetapi bagaimana dia bisa menghentikan ibunya terhadap kebutuhan untuk mengungkapkan kebenaran di hadapan banyak orang? Sikap konfrontasi dalam dirinya seketika menjadi tumpul. Tidak ada suara penyangkalan yang bisa digunakan sekadar tidak menjebak kondisi sendiri menjadi lebih rumit. Tidak dimungkiri, Moreau cukup takut menyaksikan begitu banyak tatapan kemarahan nyaris di seluruh penjuru gedung. “Kalian semua mungkin tidak percaya terhadap apa yang kukatakan di sini.” Lagi. Suara Barbara kembali mencuak ke permukaan. Senyum wanita itu tampak begitu puas; seperti telah memastikan kalau – kalau kemenangan sudah berada di tangan. “Aku punya bukti.” Kembali meneruskan. Waj
Moreau dapat merasakan bagaimana Juan memegangi kakinya dengan erat, sementara dia berada pada posisi cukup tinggi di udara. Kedua lengan lentik Moreau bergerak diikuti irama musik. Semua berjalan seperti yang mereka rencanakan. Seharusnya .... Seharusnya tidak lama lagi menuju tari penutupan, tetapi tiba – tiba bayangan tubuh Barbara naik ke atas panggung membingungkan siapa pun yang menyadarinya. Wanita itu membersihkan tenggorokan di depan mic, seperti memang sengaja, kemudian lagu berhenti berputar. Demikian pula, gerakan Moreau dan Juan kompak berhenti di tempat. Sedikit yang dia tahu, proses acara Abihirt tidak berjalan seperti ini. Tidak ada riwayat agenda di mana Barbara tampil di atas panggung diliputi kebutuhan bicara di sana, seolah ada hal yang telah wanita itu rencanakan dan mereka sama sekali tidak mendapat petunjuk tentang apa pun itu. “Aku tahu kalian semua pasti bingung dengan keberadaanku di sini, terutama karena aku baru saja menghentikan para atli
Ini waktu – waktu yang ditunggu. Moreau berulang kali mengendalikan ketegangan dalam dirinya. Sedikit tidak menyangka jika Abihirt akan membuat program acara yang terlihat luar biasa penuh persiapan. Mungkin—memang, keberadaan dia dan Juan di sini tergolong bukan kali pertama. Di saat – saat terakhir latihan, mereka lebih sering menghabiskan waktu di lapangan secara langsung; melakukan gladi bersih dan kotor. Semua selalu dalam pengawasan Anitta. Pun ... terkadang Abihirt melibatkan diri ketika pria itu memiliki waktu luang. Ya, tidak dimungkiri mereka jarang terlibat dalam pertemuan langsung. Sepertinya Abihirt terlalu sibuk, sehingga mereka cenderung melakukan kontak lewat sambungan telepon. Moreau juga tidak terlalu memikirkan karena dia benar – benar serius dengan beberapa urusan penting; ujian masuk perguruan tinggi masih menjadi desakan krusial yang dilakukan Barbara. Namun, juga tak menyangkal ada keganjilan spesifik dari sikap ibunya. Ntahlah. Barangkali dia m