21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
Wedding day. Agatha keluar dari sebuah pintu dengan menggunakan gaun berwarna putih gading. Seperti seorang princess.. Sebuah tudung menutupi kepala dan wajahnya. Ia berjalan pelan…. di atas karpet. Tidak lupa memasang senyum kebahagiannya. Gio tidak mengalihkan pandangannya pada Agatha. Baginya tidak ada wanita secantik Agatha. Seperti sekarang, seolah duni hanya berpusat pada mereka berdua. Seolah ada lampu yang menyorot Agatha saja. Wanita itu begitu cantik menggunakan gaun itu. Gio mengulurkan tangannya ketika Agatha datang… Agatha menerimanya. mereka berhadapan dengan Pendeta dan mengucapkan janji pernikahan mereka. Setelah itu memasang cincin di jari manis masing-masing. Waktunya berciuman… Agatha mendongak—Gio membuka tudungnya. Kemudian menarik tengkuknya—sebelum bibir mereka menempel, Gio berbisik lirih. “Kamu sangat cantik,” bisiknya. Agatha tersenyum—ia memejamkan mata. bibir mereka saling menempel. Tepuk tangan orang-orang datang. Hany
“Ibu..” panggil Agatha. Ia hanya membantu ibunya menata masakan ke meja di ruang tamu. “Agatha ingin memberitahu sesuatu…” lirihnya. Ibu Agatha mengambil duduk di depan Agatha dan Gio. “Kenapa?” tanya ibu Agatha bingung. “Kalian tidak nyaman ya tidur di sini?” Agatha menggeleng. “Bukan itu.” Agatha ingin mengatakan bahwa mereka mematahkan ranjang. Tapi ia malu. “Ranjangnya roboh. Kaki ranjangnya patah… jadi kamu menurunkan kasurnya ke bawah…” jelas Gio. Agatha menoleh ke samping. memberikan peringatan pada pria itu agar tidak berbicara lagi. Ibu Agatha tersenyum. “Tidak masalah.” Kemudian mengambil piring untuk mereka. mengambilkan makanan untuk mereka. Ia juga mengambil daging untuk diberikan pada putrinya. Agatha tersenyum menerima daging pemberian ibunya. Ibu menunjuk Agatha dan Gio menggunakan sendoknya. “kalian pasti bekerja keras..” “Ibu..” Agatha yang malu. “Tidak seperti yang ibu pikirkan!” Sedangkan Gio malah tersenyum… senyum bangga. Ibu hanya
Agatha menatap langit-langit kamar ini. Langit kamar yang langsung menghadap dengan genteng. Katanya, ini kamar ibunya. Sedangkan ibunya tidur di belakang, menempati kamar bekas nenek kakek. Agatha mengerucutkan bibirnya—menatap kipas angin yang berputar. Suaranya sungguh berisik… Gio pun sama—pria itu diam, sembari mengamati sekitar. Mereka sama-sama berbaring di atas ranjang. kasurnya keras dengan ranjang yang terbuat dari kayu. Jika bergerak sedikit saja, suaranya pasti akan terdengar. Tapi kata ibu Agatha. “Ibu ada di belakang. Ibu kalau tidur, tidak akan mendengar apapun.” Agatha menoleh ke samping. pergerakannya yang kecil itu tentu saja menimbulkan bunyi. “Apa kamu bisa tidur dalam keadaan seperti ini?” tanya Agatha. Gio mengangguk. “Tidak jauh beda dengan rumah nenekku dulu.” “Tapi itu sudah lama…” lanjutnya. “Rumahnya sudah lama direnovasi dan lebih baik. dulu aku biasa tidur dengan kamar seperti ini. tapi aku tidak yakin sekarang…” Agatha mengerja
“Ibu…” lirih Agatha. Gio dan Agatha tidak langsung pulang. Mereka bermain di pantai. Ibu Agatha juga melarang mereka untuk pulang dulu. Gio menggennggam tangan Agatha. “Sudah lega?” Agatha mengangguk. “Kalau tidak ke sini, aku tidak akan tahu bagaimana keadaannya. bagaimana cerita tentangku. Dan jika aku tidak ke sini, aku akan selalu membenci ibuku.” Gio mendekap tubuh Agatha. Membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. “Aku tidak akan membawa kamu ke sini jika ibu kamu orang jahat. Aku sudah menyelidiki semuanya. Semua yang diceritakan ibumu semuanya adalah fakta.” Agatha mendongak. “Kamu mencari tahu dengan detail sebelum memberitahuku?” Gio mengangguk. “Ibumu tidak pernah menikah seumur hidupnya. Ibumu memang merawat kakek nenekmu…” Agatha menghela napas. “Bukankah tidak adil jika aku terus membencinya seumur hidupku? Dia sendiri menderita.” “Sialan..” lirih Agatha. Gio menunduk—mengecup bibir Agatha. “Bibirmu harus mendapatkan hukuman jika mengeluarkan
“Ibu memang pengecut. Ibu tidak berani menemui kalian. Maafkan ibu, Agatha..” wanita itu menggeleng. “Tidak, tidak usah maafkan ibu… hiduplah dengan tenang.” Wanita itu menatap Agatha dan Gio. “Hiduplah dengan bahagia dengan suamimu. Ibu di sini akan selalu berdoa agar kalian selalu diberikan kemudahan dan kebahagian dalam hidup.” Agatha mengernyit. “Lalu kau sendiri?” tanyanya. “Kau akan menjadi tidak berguna selamanya?” Gio menoleh dan mengusap punggung wanita itu pelan. Ucapan Agatha memang terdengar kasar… Luapan emosinya selama ini sudah tidak bisa terbendung. Ibu Agatha tersenyum. “Selagi kamu bahagia. Ibu tidak akan merasa menderita.” Agatha memejamkan mata. “Tahu apa tentang hidupku?! Tahu apa?” tanyanya dengan nada yang meninggi. “Aku berjuang sendirian! Aku tumbuh tanpa kasih sayang satu orang pun!” teriaknya. Ibu Agatha menangis. Air matanya jatuh… Turun membasahi pipinya yang mulai keriput. Kedua tangannya menyatu. “Lampiaskan amarahmu pada ibu. Ibu
Waktunya datang… Sebuah pedesaan di pesisir pantai. Agatha dan Gio berada di dalam mobil. Mobil dengan atap yang terbuka itu membuat angin bebas menerpa wajah. Agatha menggunakan kaca mata hitam—mengulurkan tangannya menerpa angin. Entah kenapa jantungnya berdegup… Ia menantikan hari ini… tapi juga enggan… Mobil berhenti di depan sebuah gang. Gang itu tepat berada di hadapan pantai. Gang yang terletak di antara banyaknya ruko dan restoran seafood. “Kenapa di sini?” tanya Agatha. Gio membuka pintu mobil—lalu keluar. memutar dan membukakan pintu Agatha. “kita harus jalan kaki untuk ke rumahnya.” Gio mengulurkan tangannya. Agatha menerimanya. Tangan mereka saling bertaut. Agatha melepaskan kacamata hitamnya. Kemudian…. Berjalan memasuki sebuah gang bersama Gio. Tidak ada yang menarik…. Disepanjang gang, di sisi kanan dan kiri penuh dengan rumah orang. Mereka berjalan cukup jauh sampai di ujung. Mereka berhenti. Tepat di depan sebuah rumah sederhana yang mem
“Aku masih bingung dengan satu hal..” gumam Agatha. Berada di dalam bathub… Bersandar pada Gio yang berada di belakangnya. Agatha menatap langit-langit kamar mandi. “Apa aku harus menemui ibuku sebelum aku menikah?” tanyanya. Gio mengecup bahu Agatha. “Kamu ingin menemuinya tidak?” Agatha mengangguk. “Hm. Tapi aku hanya bingung. Bagaimana saat aku bertemu dengan dia.. apa yang akan aku lakukan..” “Aku takut kalau aku kehilangan kendali dan berakhir marah-marah.” Agatha mengerucutkan bibirnya. Gio memeluk pinggangnya dari belakang. “Aku akan bersamamu. Aku akan mencegahmu marah-marah.” Agatha menoleh ke belakang. “Apa yang akan kau lakukan saat aku marah?” Gio tersenyum. “menciummu..hanya itu yang bisa membuatmu diam.” Agatha berdecak. Kemudian menggeleng. “Tidak ada ide yang lebih bagus dari itu?” Gio menyandarkan dagunya di bahu Agatha. Tangannya mengsuap lengan Agatha yang dipenuhi dengan busa. “Bagaimanapun aku akan tetap bersama kamu. aku akan menemani kamu
Kembali ke rutinitas awal. Agatha baru saja pulang setelah menjalani harinya seharian penuh sebagai pemimpin Harpar. Mengenai sepupunya, Leonard. Pria itu telah mengundurkan diri dari perusahaan. Tanpa Agatha minta, tanpa Agatha usir. Agatha masuk ke dalam mansion… Lelah… Agatha melihat meja yang sudah terisi oleh makanan. “Kau terlihat lelah,” ucap Anggun. Agatha mengangguk. mengambil duduk sembari menyandarakan kepalanya di meja. “Hei.” Mina mencolek lengan Agatha. “Bu CEO lemes amat…” membawa satu sup ke atas meja. Agatha mengangkat kepalanya. “Satu persatu kalian akan pergi.” Agatha mendengus. “Sekarang tinggal dua..” “Kalau kalian menikah, beritahu aku. Ema dan Yaya tiba-tiba menikah dan pergi begitu saja…” omel Agatha. Mina berdiri di hadapan Agatha. “Tentu saja aku akan memberitahumu. Amplop darimu kan sangat aku tunggu!” Agatha memincingkan mata. “Dasar wanita mata duitan,” cibirnya. Mina memberikan jempolnya. Tidak keberatan mendapatkan julukan itu dari Agatha.
21++ Menurunkan Agatha dengan hati-hati di atas ranjang yang kecil ini. “Ranjang ini terlalu kecil tahu..” lirih Agatha yang berada di bawah Gio. Gio tersenyum miring—ia membuka kemejanya. “Ranjang kecil membuat lebih bergairah.” Agatha menyipitkan mata.. “Kita tidak bisa bergerak di atas ranjang ini,” balas Agatha. Gio melepaskan sabuk—kemudian menarik resleting celananya turun. Hingga menyisakan satu celana pendeknya yang melindungi miliknya. Gio menunduk. “Kata siapa?” bisiknya. Kemudian mengecup leher Agatha. “Ranjang ini membuatmu tidak bisa kabur dariku. Kita akan terus menyatu…” Agatha memejamkan mata. dalam sekejap saja, Gio berhasil meloloskan seluruh pakaiannya. Kini ia benar-benar tidak menggunakan sehelai benangpun. “Ahh!” lidah mereka saling berpangutan. Gio meremas puncak dada Agatha yang begitu pas… Agatha mendongak—memejamkan mata ketika milik Gio perlahan masuk memasuki miliknya. Jemari Gio tidak berhenti meremas dan memilin dadanya. “Ahh G