Bab 97.
Tanpa pamit gadis blasteran ini keluar dari kamar, menutup pintu dengan kencang, dan pulang dengan air mata yang tak bisa di bendung.Melihat penampakan Azalea yang sedikit berantakan Sinta hanya menduga-duga,apakah telah terjadi pertempuran maha dahsyat? tetapi kenapa Azalea menangis? sinta hanya menggedikkan bahu saat Ervan bertanya lewat tatapan mata. Kebetulan Ervan lewat ingin menghampiri Arkan."Bos!! " Mendengar suara Ervan memanggil Arkan keluar dengan tampang acak-acakan."Apa yang terjadi, Bos? "***Azalea sedikit berlari menuju lift, tak menghiraukan tatapan heran orang yang kebetulan berpapasan dengannya.Mata dan hidung merah, riasan berantakan, walau hanya memakai riasan seadanya, tetap wajah Azalea terlihat sedang tidak baik-baik saja.Gadis blasteran ini menelfon seseorang, mereka bBab 98Azalea membelalakkan mata tak menyangka Evellyn akan mengatakan yang sebenarnya sehingga membuat hatinya terbakar api cemburu. Arkan melihat kilatan kemarahan pada mata Azalea. Tadi di kantor dia tak ingin menyentuhnya, dan di rumah dia langsung melampiaskan pada Evellyn, ' Bener-bener nih orang' Azlea menggumam. "Kenapa Lea? " melihat ekspresi kaget dan seperti marah Evellyn bertanya curiga. "Nggak, Kak. " Azalea kikuk, kembali menggoyang-goyang badan El, yang sudah tenang di gendongannya. "El, ikut tante ke bawah ya. Biar gak bosen, biar Mommy sama Papi bisa bikin adek lagi, biar El nanti punya temen, gak kaya tante sendirian. " Azalea mengajak bicara bayi yang anteng dalam gendongannya. Dari nada suara Azalea terdengar di tekan marah."Kak aku bawa ya, silahkan bulan madu lagi," Azalea berkata dengan nada masih di tekan. Sebenarnya dadanya berge
Bab 99Dia masih diam menunggu Arkan mengatakan yang sebenarnya, diam saat Arkan mengatakan akan bicara di saat yang tepat. Diam ketika Arkan masih mengulur waktu setiap Evellyn memberi kode meminta penjelasan. Sebenarnya Evellyn sudah tak sabar menanti jawaban dari mulut Arkan. Namun, Evellyn menekan perasaannya untuk mengikuti drama apa yang akan di mainkan Arkan untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Evellyn memantau kondisi di kantor, menelpon Sinta, untuk menginformasikan padanya jika Lea berkunjung. Juga di pintu apartemen Azalea, Evellyn bekerjasama dengan pihak cleaning service untuk memantau Azalea. Siapa saja yang masuk ke apartemennya. Hati Evellyn sedikit bersyukur Arkan tak pernah terpantau berkunjung ke dalam sana. Kemarin pun saat Lea terpantau berkunjung ke kantor, Evellyn segera memasang strategi jitu. Dia tau ketika itu Lea berusaha merayu, beruntung Evellyn menelfon Arkan di sa
Bab 100Arkan mengorek mulut baby El dan El pun makin tersedak. Lalu memuntahkan apa yang dia makan. Seketika Evellyn panik luar biasa. " Sri ini El makan apa? Ambilkan minum Sri!! " Evellyn berteriak. Mendengar Evellyn berteriak Elvano menangis lebih kencang, kaget. " Eve, jangan berteriak, El, kaget, " ucap Arkan pun menjadi panik. Sri datang dengan segelas air putih. " Sini El, sama Mbak Sri, " ajak Sri pada bayi asuhannya. Setelah El di bawa masuk ke dalam kamar. Arkan memandang Evellyn. " Eve, kamu kenapa? " Evellyn hanya memandang Arkan dengan pandangan entah seperti apa mengartikannya. Evellyn bangkit dari duduk, melangkah masuk ke dalam kamar. Membaringkan tubuh, tetapi entah mengapa dia pun tak bisa mengeluarkan air mata untuk meluapkan kekesalannya. Arkan mengikuti masuk setelah menenangkan diri sesaat. Duduk di samp
Bab 101Azalea menutup mulutnya rapat, netra indahnya membola lebar, tak percaya Arkan menyanjungnya di depan Kaka madunya." Jadi kamu terang-terangan menyanjung Azalea. " Evellyn melempar apapun yang berada di dekatnya pada Arkan. Lelaki tampan itu tak menghindari apapun yang Evellyn lempar, termasuk vas cantik di atas nakas. Beruntung tak mengenai lelaki tampan yang tetap berdiri kokoh menghadap pada wanitanya yang seperti kesurupan. " Pergi saja sana? Aku benci kamu!! " suara Evellyn menggema memenuhi ruang apartemen ini. " Sunguh kau mengizinkan aku pergi menemui Azalea? " Arkan berkata pelan tetapi tegas. Evellyn hanya diam, tangannya terkepal, dada turun naik. Kepalanya terasa berat. Arkan berjalan melewati Evellyn menuju pintu kamar. Kleekk.... Saat pintu terdengar di buka, Azalea berdiri menant
Bab 102."Yah, aku ingin bercerai dari Arkan, " ucap Azalea pada Dad. "Apa maksud kamu, Lea? " tanya Dad. Pria tua yang berkharisma ini tak jadi menyeruput kopi yang sudah didekat bibir. " Kak Evellyn sudah bangun. Arkan tak membutuhkan kehadiranku, kemarin dia mau menikah dengan ku juga untuk menggantikan Kak Eve yang terbaring koma, sekarang Kak Eve sudah bangun." Azalea menjabarkan maksudnya pada Dad dengan wajah murung. " Perusahaan gabungan sudah Menunjukkan kenaikan penjualan, walau pada awalnya tak mengharapkan keuntungan, tetapi ternyata keuntungannya lumayan. Kalau kamu berpisah dari Arkan perusahaan retail yang baru berdiri akan terombang ambing jika kita yang kelola, karna kita belum mengenal seluk beluk penanganan yang di lakukan mereka. " Dad menjabarkan panjang lebar. " Untuk usaha itu, aku mau berikan untuk Elvano, Yah. Lagi pula Arkan akan menye
Bab 103" Ya sudah, Bi Ningsih seperti dulu aja, besih-bersih di sini. " jawab Arkan santai, duduk di sofa, mengangkat satu kaki pada kaki lain, lalu mengangkat kedua tangan ke atas sandaran sofa. " Ya sudah, toh di sana juga sudah ada Asisten rumah tangganya, " jawab Evellyn. " Tapi hari pertama ikut ya nginep sehari di sana, " suruh Evellyn. " Iya Non. Saya beres-beres dulu." Pamit Ningsih ke belakang. Arkan meraih Elvano yang berada di pangkuan Evellyn. Mencium gemas. Bayi gemoy yang sudah bisa merangkak ini, meraih-raih wajah tampan ayahnya. " Eve, persiapkan dirimu, ketika penempatan rumah baru aku undang tiga keluarga kita. Aku akan menceraikan Azalea saat itu, " ucap Arkan sambil mencium pipi Evellyn. Reflek Evellyn menyingkirkan wajah Arkan, " Malu tuh di liatin El. " Bayi tujuh bulan itu tertawa - tawa melihat kedua o
Bab 104.Evelly terlihat sibuk membereskan barang-barang." Eve... Kenapa sibuk sekali, " tanya Arkan. " Bawa yang penting saja. 'Kan nanti kapan waktu kita bisa ke sini, biar gak di ganggu El, " bisik Arkan, pada kata terakhirnya. " Iya, sih. Tapi mubajir kalo harus beli pakaian melulu, di sini kan gak terpakai, nanti kena hisab, Mas. Berat di akhirat kelak, " ucap Evellyn masih memasukkan pakaian-pakaiannya ke dalam koper. Arkan memandangi istrinya, pantesan dia gak suka sering-sering belanja barang-barang branded. Dia takut di hisab rupanya, monolog Arkan.Selama ini Evellyn lebih senang mengeluarkan uang untuk sedekah, dan santunan. Dia kurang berminat jika di ajak jalan-jalan untuk berbelanja. Berbelanja jika sudah sangat membutuhkan, atau Arkan mengajak ke sebuah pertemuan, dan Evellyn membutuhkan pakaian untuk menunjang penampilan untuk menjaga nama baik Arkan.
Bab 105Azalea menghampiri ayahnya, menggapit tangan kekar sang ayah. Memberi kode dengan tatapan mata agar tak lagi mempermasalahkan. " Maaf Ayah, saya memang lelaki bodoh dan seorang pecundang yang ingin melebarkan sayap perusahaan dengan menyakiti hati wanita. Putri Anda begitu berharga, sebab itu aku tak ingin menyakiti. " dengan Gentle Arkan berbicara.Mendengar ucapan Arkan, semua mata memandang takjub pada Arkan. " Saya Akan semakin menjadi bodoh jika melanjutkan pernikahan ini dan menyakiti dua wanita kesayangan ayah mereka. " Arkan diam sesaat, mengamati setiap mimik muka orang tuanya. " Mulai saat ini, saya talak Azalea, karna saya belum pernah menyentuhnya jadi tak ada masa idah padanya. " Arkan tak berani melihat pancaran mata Azlea, walau Azalea sudah menyiapkan mental dan sudah tau akan kejadian ini tetapi tak pelak hatinya sakit. Mendengar perkata