Sebuah bayangan berkelabat turun dari atas pepohonan.Raditya berhasil membawa Rawindra ke dalam Hutan Terlarang yang tidak boleh dimasuki oleh anggota Perguruaan Pedang Patah.Sosok perempuan berpakaian hijau dengan rambut panjang tergerai menambah anggunnya pendekar wanita ini. Hanya saja perempuan ini menggunakan cadar yang menutupi sebagian wajahnya selain topi caping yang menutupi kepalanya."Ternyata hanya pendekar wanita yang suka ikut campur urusan orang lain!" seru Raditya."Aku sudah muncul! Lepaskan pemuda itu! Dia haarus bertanding besok!" sahut perempuan misterius ini."Pergi saja, kau! Jangan ganggu kesenanganku untuk menyiksa pemuda cacat ini! Dia telaah mempermalukanku ... sudah sepantasnya aku membalas penghinaannya ini!" usir Raditya."Kau melanggar janjimu, Raditya! Aku tidak suka orang yang melanggar janji!" seru perempuan misterius ini.Rawindra yang masih terikat dan tertutup kepalanya oleh kantong kain ini berharap perempuan misterius ini bisa melepaskan dirinya
"WINDRA!"Terdengar oleh Pendekar Tangan Satu ini suara Adista yang sangat dikenalnya."Adista?" tanyanya."Kamu tidak apa-apa, Windra? Siapa yang mengikatmu di sini?" tanya Adista."Kenapa kalian bisa tahu kalau aku ada di Hutan Terlarang ini?" tanya Rawindra.Adista dengan cekatan melepaskan semua ikatan di tubuh Rawindra."Kami mendapat pesan misterius dari orang tidak dikenal yang meminta kami untuk memeriksa Hutan Terlarang!" saahut Adista."Kak Sagara tidak ikut?" tanyaa Rawindra."Tuan Muda memeriksa Hutan Terlarang lainnya karena ada beberapa hutan terlarang di Pulau Pedang ini!" jelas Adista.Gadis ini memeriksa kondisi tubuh Rawindra yang lemah dan memberikan minum kepadanya yang kehausaan berat."Apa kamu melihat adanya pendekar wanita misterius di Pulau Pedang ini saat mencariku?' tanya Rawindra."Apa pendekar wanita misterius ini yang menculikmu?' tanya Adista."Bukan! Kamu tahu siapa yang menculikku?' tanya balik Rawindra."Tidak mungkin pengecut itu berani menculikmu!'
Tubuh Rawindra tiada hentinya mengeluarkabn cahaya yang besar yang langsung memancar ke atas langit.Energi dari kekuatan cahaya ini melindungi Pendekar Tangan Satu ini dari jangkauaan siapapun yaang berusaahaa mendekatinya."Kekuatan apa itu?" tanya Adista yang berusaha bangkit setelah terpental menabrak pepohonan di dalam Hutan terlarang."Kekuatan Rawindra besar sekali! Berasal darimana kekuatan sebesar itu?" ujar Sagara penuh tanda taanya.Pendekar Matahari ini tercengang dengan energi cahaaya besaar yaang tiba-tiba keluar dari daalam tubuh Rawindra tanpa henti hingga sekaraang."Bagaimana cara kita mendekari Windra, Tuan Muda? Kondisinya baru pulih dari raacun pelemas tulang tapi sudah bisa mengeluarkan kekuaatan sebesar itu! Siapa yang menyembuhkannya? Apa kekuatab Rawindra tidak sengaja terbuka oleh penyembuhan yang dilakukan orang asing ini?" tanya Adista."Kita harus segera mengamankan Rawindra sebelum anggota Perguruan Pedang Patah memergoki Windra dalam kondisi seperti seka
Sagara dan Adista berhasil membawa Rawindra kembali ke paviliun tanpa ketahuan oleh anggota Perguruan Pedang Patah, karena sebagian besar anggota perguruan bergerak ke Hutan Terlarang."Hufh! Akhirnya kita berhasil kembali juga! Peserta seleksi lainnya masih tidur, jadi kita aman untuk istirahat sejenak. Kamu tidak apa-apa kami tinggal di sini, Windra?" tanya Adista."Tidak apa-apa! Terima kasih, sahabat!" sahut Rawindra.Adista memeluk Rawindra kemudian pergi meninggalkan Rawindra seorang diri.Ada perasaan aneh yang mengalir di dalam diri Rawindra, saat Adista memeluknya.Perasaan senang sekaligus merasakan getaran di dalam tubuhnya yang belum pernah dirasakannya."Apa yang sedang terjadi? Apa aku menyukai Adista tanpa aku sadari?" batinnya dalam hati.Rawindra benar-benar memanfaatkan waktu sehari sebelum babak selanjutnya untuk beristirahat memulihkan kondisi tubuhnya, walaupun sebenarnyaa kondisi tubuhnya sudah sehat dan bugar.Tidak ada kejadian apapun selama waktu istirahat ini
"HAH!""Loh! Kok aku yang bertanding?"Tentu saja Rawindra terkejut dengan situasi yang tidak terduga ini.Seharusnya dia berada di giliran ke sepuluh, tapi sekarang dia berada di giliran keenam sebelum pertandingan seleksi antara Adista melawan pendekar Tinju Besi."Apa yang telah terjadi, Windra? Kenapa giliranmu berubah?" tanya Sagara."Aku tidak tahu, Kak Sagara!" sahut Rawindra."Pendekar Tangan Satu diharapkaan segera naik ke arena pertarungan seleksi!" seru panitia seleksi pertarungan ini."Aku harus naik ke atas arena untuk bertarung agar tidak dianggap gugur!" ujar Rawindra."Ada seseorang yang telah menukar giliraanmu tanpa kita ketahui, Windra! Berhati-hatilah di atas sana!" seru Sagara."Baik, Kak Sagara!"*****Pendekar Mata Dewa benar-benar pendekar yang berkarisma, yang memiliki tatapan mata tajam dan dingin.Walaupun umurnya sepantaran dengan Rawindra, namun sikap pendekar ini lebih dewasa daripada usianya.Dilihat dari wajahnya, pendekaar ini sepertinya bukan berasal
Pendekar Mata Dewa terkejut kalau ada pendekar di dunia bawah ini yang mengenali teknik kultivasi yang digunakannya.Satyaloka memutuskan menggunakan pedang kultivasi karena merasakan energi yang begitu kuat dari diri Rawindra yang terpancar keluar untuk menekan dirinya.Pendekar ini khawatir kalau energi yang bersifat pemusnah ini akan melenyapkan dirinya kalau tidak segera diredam dengan kekuatan energi chi."Baru kali ini aku merasakan energi pendekar yang begitu kuat, bahkan melebihi chi yang ada pada Immortal hasil kultivasi! Bagaimana mungkin di dunia yang begitu rendah ini, menyimpan suatu energi yang begitu kuat? Apalagi energi ini berada di dalam tubuh pendekar yang hanya memiliki tangan kanannya saja, sedangkan tangan kirinya buntung?" batin Pendekar Mata Dewa ini."Bagaimana, Pendekar Mata Dewa? Apa tanggapanmu terhadap tuduhan dari Pendekar Tanpa Bayangan ini?" tanya panitia seleksi."Bukan magis sebenarnya, tapi aku akan bersikap adil dengan menggunakan ilmu pendekar saja
"Pertandingan berikutnya antara Pendekar Tanpa Bayangan melawan Pendekar Tinju Besi!"Suara dari panitia seleksi pertandingan bagaikan dewa penolong bagi Rawindra karena pertanyaan Sagara yang sangat memojokkan dirinya."Kok Adista bertanding setelah pertandinganku? Apa Pendekar Mata Dewa yang mengatur semua ini? Tapi aku sungguh berterima kasih terhadap Satyaloka yang telah mengatur semua ini. Mungkin juga dia sudah menduga Sagara dan Adista akan curiga terhadap diriku yang menang mudah melawan Pendekar Mata Dewa yang hebat!" batin Rawindra.Adista juga terkejut dengan pemanggilan dirinya oleh panitia seleksi."Wah! Aku juga maju ke urutan tujuh padahal sebenarnya urutan kedelapan!" seru Adista. "Aku tanding dahulu ya ...!""Semoga berhasil, Adista!" ujar Rawindra yang ikut maju untuk mendukung sahabatnya ini dari dekat.Tujuan lainnya adalah menghindar dari Sagara untuk sementara.Rawindra masih dilema untuk memberitahukan Sagara atau tidak tentang dirinya yang diungkapkan oleh Saty
"RAWINDRA!"Suara yang cukup merdu di telinga ini menghentikan langkah Rawindra yang hendak keluar dari tempat seleksi pertandingan untuk menghirup udara segar."Siapa yang memanggilku? Suaranya bukan suara Adista ... siapa dia?" batin Pendekar Tangan Satu ini.Spontan Rawindra berbalik untuk melihat siapa yang memanggil namanya dan juga untuk mengetahui siapa pemilik suara merdu ini.Seorang gadis yang cantik jelita dengan balutan pakaian hijau mendekatinya dengan tersenyum.Rawindra tidak pernah melihat gadis ini sebelumnya, tapi gadis ini sangat cantik dan eksotik dengan gigi-gigi putihnya yang berjejer rapi saat tersenyum."Ada apa, Nona? Apa Nona tidak salah orang?" tanya Rawindra yang cukup heran ada gadis secantik gadis di hadapannya yang menegurnya dari jauh tadi."Memangnya kenapa? Aku tidak boleh menegurmu?" tanya gadis cantik ini dengan perasaan kesal."Boleh saja! Tapi, aku kan hanya pemuda bertangan satu ... masih banyak pendekar lainnya yang lebih baik daripada aku!" sah
Amara yang marah besar langsung berubah menjadi rasa kasihan saat melihat keadaan Shen Long. Tubuhnya kurus kering dan menderita semacam penyakit misterius yang sulit untuk disembuhkan."Kaisar Agung benar-benar menghukum berat Kaisar Naga yang gagal memenuhi perintahnya. Ada sebabnya Shen Long memberikan Kitab Jari sakti dan Pedang Naga Api ... itu semua atas perintah ayahmu, Amara."Aisya baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya saat mereka menemui Shen Long yang lumpuh dan tidak mampu untuk bergerak sama sekali."Sadis sekali Kaisar Agung itu ... kenapa dia memburuku, Aisya?" tanya Rawindra."Aku tidak tahu, Windra ... semua itu ada hubungannya dengan masa lalumu yang terlupakan! Aku hanya diperintahkan ke Kota Pendekar ini untuk menahanmu tinggal di sini sampai ayah datang menemuimu, tapi aku tahu kalau Kaisar Agung berniat jahat padamu sehingga aku harus melanggar perintah ayah!" sahut Aisya."Lebih baik kita segera pergi dari Alam Lelembut ini, Windra ... Kaisar Agung masih membu
"Begini Aisya ... aku dan Windra sudah memutuskan akan mengajakmu untuk pergi bersama ke Alam Manusia. Apa kamu berminat untuk pergi bersama kami?" tanya Amara.Aisya menaikkan sedikit bibirnya dengan dahinya yang berkerut seolah sedang berusaha mencerna ucapan Amara. "Aku tidak mengerti maksudmu, Amara! Untuk apa aku ikut dengan kalian? Bukankah kalian ini pasangan suami-istri?" ujarnya."Benar, Aisya ... kamu masih belum mengerti juga? Apa kamu benar-benar mencintai Windra?" tanya Iblis Amara sekali lagi dengan tegas."HAH!"Aisya benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan dari Iblis Amara. Hal ini membuat kesal Amara."Ya sudah kalau tidak mau ikut! Aku hanya tidak ingin Windra menyesal telah meninggalkanmu di Kota Pendekar ini. Kemungkinan kecil untuk Windra kembali lagi ke Alam Iblis ini walaupun dia menginginkannya," ujar Iblis Amara."Apa sebenarnya maksudmu, Amara? Jangan bertele-tele dan membingungkan ... langsung saja ke pokok permasalahan!" tegur Aisya."Hufh! Baiklah, a
Gadis yang barusan datang ini sangat cantik dan anggun sekali. Walaupun wajahnya cantik jelita, tapi ketegasannya membuat anak buahnya takut terhadapnya."Nona ... gembel-gembel ini telah berani mengacau di tempat Nona! Seharusnya kita tidak memberi ampun terhadap mereka!" seru salah satu penjaga gerbang Balai Lelang ini.PLAAAK!Sebuah tamparan keras diterima oleh penjaga pintu gerbang ini. "Siapa lagi yang berani mengatakan tamu kita ini, gembel?" hardik gadis cantik ini.Peri Houri dan Roh Athalia dibuat bingung oleh sikap gadis muda yang cantik ini, tapi tidak demikian dengan Iblis Amara."Aisya ... kamu tambah cantik saja! Windra pasti semakin terpikat olehmu!" seru Iblis Amara.Sikap bersahabat Iblis Amara membuat peri Houri dan Roh Athalia keheranan. Hal yang sama juga dialami oleh penjaga gerbang Balai Lelang."Kalian semua memang pantas dipecat! Sudah bertemu Tuan Besar kalian, masih saja tidak memberi salam hormat dan minta maaf!" teriak Aisya kepada belasan penjaga gerbang
Kota Pendekar begitu megahnya saat Rawindra bersama istri dan sahabat naga-nya tiba di kota yang telah mengalami perubahan besar ini.Tidak ada bekas ledakan dan kejadian besar yang menewaskan setengah penduduk Kota Pendekar ini. Kota ini seakan tidak pernah terusik oleh kejadian besar apapun.Tidak ada lagi pembagian distrik seperti sebelumnya, bahkan tidak ada lagi penjaga di perbatasan kota ini. Semua penghuni Alam Lelembut bebas untuk keluar-masuk Kota Pendekar tanpa perlu melalui gerbang pemeriksaan seperti sebelumnya."Wah! Siapa yang membangun kembali Kota Pendekar ini? Sangat indah sekali!" kata Rawindra yang takjub dengan bangunan-bangunan baru yang sanggup dibangun dalam waktu yang cukup singkat."Apa Kak Shen Long masih memerintah di Kota Pendekar ya?" tanya Iblis Amara. Dewi Iblis ini menyinggung tentang kaisar Naga yang sebenarnya menjadi sumber masalah kehancuran Kota Pendekar dengan menyerahkan Kitab Jari Sakti dan Pedang Naga Api kepada dirinya dan Amara."Kaisar Naga,
Kemampuan Rawindra yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu pendekar, kultivasi, dan magis membuatnya tanpa kesulitan membuka kunci ingatan yang telah disegel oleh kekuatan magis Iblis Mikaela.Wajah Rawindra yang awalnya tampak tenang mulai terlihat pucat pasi dengan wajah yang penuh kepanikan saat berusaha mengingat kejadian masa lalunya bersama Iblis Mikaela.Berbagai kilasan kejadian masa lalu yang terus lalu lalang dalam ingatannya ini membuat Rawindra terkejut sekaligus bingung dengan kejadian yang awalnya sama sekali tidak diingatnya sama sekali ini."Kenapa, Kaela? Kenapa kau lakukan ini?" ujar Rawindra dengan wajah penuh penyesalan."Apa Ryder sudah ingat semua kejadian bersama Ryder Mikaela?" tanya Naga Hitam."Apa yang telah terjadi, Windra?" tanya Iblis Amara yang baru pertama kali melihat kepanikan dalam diri Rawindra. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, tapi perasaannya sebagai wanita mengatakan kalau telah terjadi sesuatu antara Rawindra dengan Mikaela ya
Belum sempat Dewa Iblis membalas ucapan Iblis Rawindra, tiba-tiba terasa sesuatu yang dingin menerpa lehernya.CLASH!Satu tebasan dari Pedang Iblis Api mengakhiri hidup Dewa Iblis untuk selama-lamanya. Iblis Rawindra benar-benar membuat Dewa Bodhisatva tidak akan mampu lagi untuk inkarnasi ataupun reinkarnasi dengan kemampuan Immortal-nya.Walaupun Pedang ini berkobar api tapi bisa terasa dingin di leher Dewa Iblis,yang menunjukkan kehebatan Iblis Rawindra untuk mengendalikan elemental api sesuai keinginannya.Roh Kultivasi di dalam diri Dewa Bodhisatva ini turut dihancurkan oleh kekuatan Iblis Rawindra, sehingga tidak akan lahir lagi Dewa Bodhisatva baru hasil inkarnasi dan reinkarnasinya.Roh Dewa Bodhisatva juga turut hancur karena setelah menebaskan Pedang Iblis Api pada bagian leher Dewa Bodhisatva, Iblis Rawindra juga menusukkan Pedang Iblis Petir ke dalam tubuh Dewa Iblis untuk menghancurkan semua spirit dan kemampuan spiritual yang terdapat di dalam tubuhnya.Mata Dewa Iblis
Dewa Bodhisatva tetap memandang angkuh ke arah Rawindra. Dia tidak gentar sedikit pun terhadap Pendekar Tangan Satu ini."HA-HA-HA! Kamu belum lihat kemampuanku yang sebenarnya, Tangan Satu!" serunya dengan penuh keangkuhan."Kemampuan apalagi yang kamu miliki, Bodhisatva? Kamu tidak ubahnya seperti penjahat yang menyamar menjadi dewa ... haus kekuasaan dengan menghabisi dewa lainnya!" hasut Rawindra.Dewa Bodhisatva tidak menjawab pertanyaan Rawindra, tapi tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. "Aku telah mempelajari Kultivasi Kegelapan yang membuatku bisa beruba wujud menjadi Dewa Iblis yang tak terkalahkan!" serunya.Aura hitam yang keluar dari dalam tubuh Dewa Bodhisatva ini membungkus tubuhnya dengan rapat sampai wujudnya tidak kelihatan lagi."Bersiaplah untuk mati, Tangan Satu!" Hanya terdengar suara sombong dari Dewa Bodhisatva saat tubuhnya terbungkus habis oleh aura hitam yang juga melindunginya dari serangan lawan apabila Rawindra memutuskan untuk menyerangnya.Namun, Pendekar
Peri Houri langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu 8 Jurus Peri Iblis untuk satu tujuan, yaitu menghabisi Roh Shivya agar tidak mengacau lagi di Alam Lelembut."Peri Iblis Pemusnah!"Peri Iblis Pemusnah memiliki daya magis yang tinggi karena rata-rata peri iblis mempelajari ilmu sihir untuk jurus bela diri mereka. Sesuai namanya, serangan ini akan memusnahkan apa saja yang tersentuh oleh aura magis yang berwarna hitam.Roh Shivya juga menyadari situasi ini sehingga dia berusaha untuk melawan Peri Houri juga dengan jurus terkuatnya."Roh Tanpa Jiwa!"Tubuh Roh Shivya seakan membelah diri menjadi beberapa sosok roh yang menyerupai Roh Shivya. Seluruh Roh Shivya ini maju menyerang Peri Houri yang terus menerus mengeluarkan aura hitam pemusnah ini.Menyadari serangan yang berbahaya dari beberapa Roh Shivya ini, Peri Houri mulai mengeluarkan jurus kedua. "Peri Dewa Abadi!"Teknik bela diri yang menitik beratkan pada pertahanan ini membuat Peri Houri diselubungi lingkaran bola cahaya
# Peri Houri vs Roh Shivya # Roh Shivya bergerak dengan cepatnya bagaikan melayang cepat di angkasa menuju ke daratan. Phoenix Hitam yang berusaha menerjang Roh Shivya ini hanya mengenai tempat kosong saja karena gesitnya pergerakan roh ini."Aku menantangmu pertarungan satu lawan satu, Peri! Kalau kau berani, silahkan turun ke sini untuk bertarung denganku ... bukannya mengandalkan Black Phoenix bodohmu itu!" seru Roh Shivya.Peri Houri masih berada di atas Black Phoenix, lagi memikirkan tantangan dari Roh Shivya ini apakah pantas diladeni atau tidak."Sudah kalah, masih bertingkah! Kamu memang harus dihajar, Shivya!" sahut Peri Houri."Hihihi ... kalau berani turun ke sini! Jangan suruh burung hitam itu terus memburuku!" tantang Roh Shivya lagi.Peri Houri tahu kalau Roh Shivya sudah berada di ujung tanduk. Hanya mengandalkan Black Phoenix maka lambat laun dia akan dikalahkan karena Rajawali Hitam yang menyertainya kini sudah menghilang dan meninggalkannya sendirian."Menyerah sa