Wira terkekeh-kekeh sejenak sebelum berkata, "Karena kita sedang membicarakan topik ini, biar kujelaskan pada kalian cara berbisnis."Sebenarnya, Wira bukanlah seorang pebisnis. Namun, setelah melakukan perjalanan waktu, dia masih memiliki memori tentang dunia asalnya dan bisa menarik pelajaran dari perjuangan banyak orang di sana.Mendengar ini, ketiga wanita itu buru-buru duduk di kursi dan menatap Wira penuh perhatian. Wira lantas berkata, "Apa kalian tahu hal terpenting dalam berbisnis?"Ketiga wanita itu punya pendapatnya masing-masing tentang hal ini. Wulan langsung berkata, "Produk, 'kan? Produk yang bagus pasti laris. Betul?"Wira mengangguk, lalu berkata sambil tersenyum, "Ya, inilah landasannya. Dengan produk yang bagus, kita nggak perlu khawatir tentang penjualan."Dian mengerjap dan berkata, "Selain produk yang bagus, keuntungan juga sangat penting. Kalau laba nggak cukup besar, orang-orang nggak akan berbisnis."Wira juga mengangguk seraya berkata, "Benar, seperti kata pep
Melihat ketiga wanita itu terdiam, Wira pun berkata, "Sebenarnya, posisi kita bukanlah sebagai pihak penjual!"Wulan dan Dewina tertegun sejenak, bagaimanapun kedua wanita itu belum lama terjun di dunia bisnis. Sebaliknya, Dian langsung paham."Tuan ... maksudmu, kita akan bertindak sebagai produsen?" tanya Dian.Wira segera mengangguk dan berkata, "Ya! Posisi kita adalah penyuplai produk dari sumbernya!"Mendengar itu, Dian sontak mengernyit dan berkata, "Tuan, tapi kalau membiarkan orang lain menjual produk bagus kita dan mendapat keuntungan darinya, uang yang kita dapat jadi lebih sedikit, 'kan?"Wira tentu juga mengetahui hal itu. Namun, dia tetap tersenyum dan berkata, "Itu benar, tapi ... ada begitu banyak kota di Kerajaan Nuala ini. Kalau kita bersusah payah menjual sendiri, mana bisa kita mengembangkan bisnis ke banyak kota?""Lebih baik biarkan orang lain yang menjualnya, biar mereka yang mengeluarkan tenaga. Selain itu, kalau kita menjual sendiri, berapa banyak tenaga kerja y
Kerajaan Monoma sangat berbahaya, Wira tidak mungkin membiarkan ketiga istrinya mengikutinya ke sana. Setelah tiba di Provinsi Suntra, Wira berencana menyuruh mereka menunggunya di sana. Dia dan Danu akan pergi berdua. Wulan, Dian, dan Dewina akan tetap tinggal di wilayah Kerajaan Nuala dan mempersiapkan bisnis.Wira yakin bahwa mereka akan baik-baik saja, apalagi ada sepuluh prajurit Pasukan Zirah Hitam dan orang Keluarga Barus yang akan menjaga mereka. Kalaupun terjadi sesuatu, masing-masing dari mereka memiliki senjata. Siapa pun yang berniat mencelakai mereka bertiga harus berpikir dua kali!Wira ingin melatih mereka untuk mandiri. Bagaimanapun, kaum wanita tidak lemah. Dia juga bukan tipe orang kolot yang tidak mengizinkan wanita melakukan apa pun. Jika demikian, potensi mereka akan terbuang sia-sia. Seperti kata pepatah, keahlian yang beraneka ragam pasti akan bermanfaat di masa depan.Wira juga sudah mempertimbangkannya sejak lama. Jika ada kesempatan bagus, dia tidak akan menyi
Dengan mengutus 100 orang, walaupun ada perlindungan dari Keluarga Barus, Wira pasti akan mati!Tanpa tahu apa yang direncanakan Kumar, Wira tiba di desa pegunungan dekat Provinsi Yolas setelah melalui tiga hari perjalanan. Besok, mereka baru akan memasuki kota. Malam ini, Wira hendak menginap semalam di hutan."Kak Wira, ada desa nggak jauh di depan. Kenapa kita nggak ke sana saja?" tanya Danu penasaran. Mereka tengah duduk mengelilingi api unggun dan makan daging buruan dengan ekspresi bingung. Sebenarnya, Wira bukannya tidak mau pergi ke desa itu. Dia hanya takut akan melibatkan penduduk desa dalam masalah. Wira pun berkata, "Karena aku menolak untuk bekerja sama, Keluarga Juwanto nggak akan membiarkan aku mencapai Kerajaan Monoma. Mereka pasti akan berusaha membunuh kita. Waktu itu, Rumi berhasil menghentikan serangan mereka, tapi kita jadi mengekspos jumlah pasukan kita.""Kemungkinan, kali ini mereka akan mengutus lebih banyak orang. Kalau terjadi perkelahian, Keluarga Juwanto
Terdengar suara pertarungan sengit tak jauh dari tempat Wira dan yang lainnya berkumpul. Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa itu adalah pertarungan antar master bela diri.Pada saat yang sama, Wira mendengar derap langkah kaki menghampiri mereka. Tidak lama kemudian, 30-an orang telah mengepung tempat itu. Orang-orang ini mengenakan topeng dan memandang Wira dan yang lainnya dengan sorot mata garang. Rumi sangat gugup, dia menggenggam pedang panjang di tangan dan terlihat siap menyerang kapan saja.Wira memandang orang-orang ini dan berkata dengan tenang, "Apa Keluarga Juwanto yang mengirim kalian untuk membunuhku?"Alih-alih menjawab, salah satu dari orang-orang itu berkata dengan dingin, "Nggak usah banyak omong. Kalian semua bakal mati hari ini!"Usai berkata demikian, orang itu langsung bersiap menyerang. Namun, Danu mendadak mengarahkan senapannya ke orang itu dan menarik pelatuk. Dor! Peluru mengenai kepala pria itu dan membunuhnya seketika. Kejadian ini sangat cepat sehingga
"Dengan kejadian barusan, Keluarga Juwanto nggak akan gegabah lagi. Lagian, dia tahu dia nggak bisa membunuhku," ujar Wira. Dia tahu bahwa bahaya dari perjalanan ini bukan dari Kerajaan Nuala, melainkan Kerajaan Monoma.Sekelompok orang itu beristirahat semalam di sana dan memasuki kota keesokan paginya. Situasi Provinsi Yolas tidak berbeda jauh dengan Provinsi Artana. Tanah di kedua provinsi ini sangat subur. Hanya saja, keduanya masih sedikit di belakang Provinsi Lowala.Setelah kejadian tempo hari, Wira malas menjual gelas kristal lagi. Dia langsung membeli toko dan mengikuti strategi sebelumnya. Wira menempatkan satu prajurit Pasukan Zirah Hitam di sini untuk menjaga toko dan menarik perhatian para pedagang. Jalur perdagangan ini memang belum terbuka, tetapi itu hanya soal waktu. Wira melakukan semua ini demi membuka jalan bagi rencana masa depannya. Ini adalah pertama kalinya mereka datang ke tempat seperti ini. Jadi, Wira mengajak ketiga wanita itu berkeliling.Pada saat ini,
Usai Taufik berkata demikian, beberapa orang tua tampak mengangguk, begitu pula dengan wanita itu. Kemudian, si wanita segera berkata, "Keluarga Juwanto benar-benar ingin mengikat takdir kita bersama mereka!" Nada bicaranya terdengar sangat kesal.Setelah itu, Taufik kembali mengeluh, "Keluarga Juwanto memiliki pengaruh yang cukup besar di antara kita, bahkan sudah menyusup ke dalam pemerintahan. Hal itu benar-benar membuatku kesal. Aku sedang memikirkan cara untuk menghilangkan pengaruh mereka di sini!""Kalau permintaan mereka benar-benar kita lakukan, kita mungkin akan mengusik Kerajaan Nuala! Beberapa tahun terakhir, Kerajaan Monoma selalu menghadapi bencana alam dan ancaman tanpa henti. Kas negara juga sudah kosong. Apabila benar-benar bersitegang dengan Kerajaan Nuala, itu nggak akan menguntungkan kita!" timpal Taufik.Sebagai Raja Monoma, Taufik sangat paham akan hal ini. Jadi, sebenarnya dia tidak ingin berperang melawan Kerajaan Nuala. Tentunya, alasan dia menyetujui Keluarga
Beberapa hari ini, Raja Bakir merasa pusing dan lemas sehingga tidak bisa melakukan apa pun. Saat ini, Wira sudah hampir tiba di Provinsi Suntra dan akan segera memasuki wilayah Kerajaan Monoma. Kalaupun dia tidak mengizinkan Wira untuk menjadi duta, semuanya sudah terlambat. Apalagi, dekret yang dikeluarkan Ratu Jihan juga tidak dapat dibatalkan begitu saja oleh Raja Bakir.Saat ini, Raja Bakir telah lumayan pulih dan tengah duduk bersandar di ranjang Istana Nairi. Setelah meminum sup, dia langsung bertanya kepada Ratu Jihan, "Ratu, apa yang terjadi selama beberapa hari terakhir di istana?"Raja Bakir masih khawatir. Bagaimanapun, Kerajaan Monoma hendak menyerang Keajaan Nuala. Dia masih merasa tidak tenang dalam hatinyaBegitu Ratu Jihan mendengar ini, dia segera berlutut di lantai sembari berkata, "Yang Mulia, Anda tidak sadarkan diri selama beberapa hari terakhir, jadi hamba tidak punya pilihan selain campur tangan dalam urusan istana. Hamba memohon kepada Yang Mulia untuk mengamp
Saka merasa ini adalah penipuan dan dia tidak bisa menerimanya."Nggak mungkin, pasti ada yang salah di sini. Apa mungkin temanku itu sudah dikalahkan Wira dan kelompoknya dan mereka membawanya pergi? Mereka pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Asalkan kita terus memeriksa tempat ini, kita pasti bisa menemukan jejak Wira," kata Caraka dengan tegas.Saat ini, hanya ini satu-satunya cara yang terpikirkan oleh Caraka. Meskipun cara ini belum tentu berhasil, setidaknya ini satu-satunya cara yang ada.Setelah ragu sejenak, Saka bertanya, "Bagaimana kalau kita tetap nggak menemukan jejak mereka?""Mudah saja, aku serahkan nyawaku padamu," kata Caraka dengan tegas. Lagi pula, jika dia tidak bisa membawa Jaran kembali Kerajaan Agrel dengan selamat, dia juga tidak akan bertahan hidup lagi. Lebih baik dia pasrah saja.Saka tertawa dingin dan berkata, "Aku sama sekali nggak tertarik dengan nyawamu, tapi aku punya ide bagus. Melihat kamu begitu teguh, ini membuktikan Wira dan kelompoknya bena
Caraka khawatir dengan keselamatan Jaran segera berkata, "Kenapa begitu? Temanku masih ...."Namun, sebelum Caraka selesai berbicara, Saka langsung berkata, "Apa hubungannya denganku? Aku harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Kamu harus ingat kini kita sedang menghadapi musuh yang sama, jadi rencana kita harus selaras. Kalau kamu merasa ada masalah dengan rencanaku, kamu boleh langsung keluar sekarang juga. Aku juga nggak kekurangan orang."Sikap Saka terlihat sangat tegas. Sebagai penguasa Provinsi Tengah, dia tidak akan membiarkan Caraka memerintahnya. Caraka ini hanya orang yang memberikan informasi saja, sama sekali tidak berarti apa-apa baginya. Dia hanya menganggap sebagai sebuah bidak saja.Caraka terbatuk-batuk, lalu perlahan-lahan berkata, "Baiklah. Kita jalankan semuanya sesuai dengan rencana Jenderal saja, aku nggak akan mengatur lagi ...."Saat ini, Caraka sudah merasa sangat cemas, tetapi dia juga hanya bisa berharap Jaran tidak berada dalam bahaya. Jika benar-
Setelah mendengar penjelasan Fikri, Agha baru mengubah pemikirannya."Kalau Tuan Wira juga merasa cara ini bisa dicoba, aku akan turun untuk melihat situasinya dulu," kata Fikri. Orang-orang dari Lembah Duka memiliki kemampuan mereka masing-masing, jauh lebih kuat daripada musuh-musuh Wira. Oleh karena itu, hanya dia saja yang bisa menjalankan tugas penting ini.Wira menganggukkan kepala, lalu mendekati Fikri dan berkata sambil menepuk pundak Fikri, "Kamu harus hati-hati, kami akan menunggu kabarmu di sini."Fikri menganggukkan kepala, lalu segera turun ke kedalaman jurang menggunakan tanaman yang merambat di tebing.Sementara itu, Wira dan yang lainnya terus mengawasi situasi di sekeliling dengan cermat untuk memastikan semuanya tetap aman.....Di kaki gunung.Orang yang memberikan informasi pada Saka adalah Caraka dan saat ini dia sudah berdiri bersama dengan Saka. Sebelum datang ke sini, dia sudah mendiskusikan rencananya dengan Jaran. Sepanjang perjalanan ke sini, mereka mengikuti
Agha merasa jurang itu sangat dalam, siapa pun yang melompat ke dalamnya akan langsung kehilangan nyawanya. Meskipun mereka memiliki kemampuan, mereka juga tidak akan sanggup menahan dampak dari lompatan itu. Hasil akhirnya sudah bisa ditebak.Wira mengernyitkan alis dan berkata dengan nada yang muram, "Tapi, ini cara terakhir kita. Sekarang kita nggak mungkin langsung menerobos begitu saja dan melawan mereka. Kita sudah jelas kalah jumlah dan ditambah lagi ini adalah wilayah barat. Kalau kita bersikeras melawan mereka, pada akhirnya kita yang pasti akan rugi.""Jadi, satu-satunya cara yang paling aman sekarang adalah mencari jalan dari jurang ini. Kita lihat apa kita bisa bersembunyi di sekitar sini untuk sementara. Kalau mereka sudah mencari kita di sini selama beberapa hari dan tetap nggak menemukan kita, aku yakin mereka pasti akan pergi. Meskipun nggak pergi, penjagaan mereka juga akan berkurang. Pada saat itulah, kita baru melarikan diri."Wendi dan Dwija tidak mengatakan apa-apa
Jaran berpikir saat Wira sendiri yang ingin menceritakannya, semua kebenarannya pun akan terungkap.Wira tersenyum dan berkata, "Nggak bisa dibilang seperti ini juga. Aku mencari kalian bukan hanya untuk menghadapi dia, aku sebenarnya punya alasan lain juga. Aku juga ...."Saat mengatakan itu, Wira melirik bungkusan yang berisi abu jenazah di punggung Agha.Saat baru bertemu dengan Wira dan yang lainnya, Fikri kebetulan melihat adegan itu. Dia pun langsung mengerti, ternyata begitu kejadiannya. Sepertinya, Wira adalah orang yang sangat menghargai hubungannya dengan yang lainnya juga hingga rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencari jasad teman-temannya. Bisa memiliki teman seperti ini termasuk keberuntungan seumur hidup.Saat keduanya sedang berbicara, Dwija tiba-tiba mendekati Wira dan berkata sambil menunjuk ke arah kaki gunung, "Ada orang yang datang."Wira dan yang lainnya segera berjalan ke tepi tebing gunung dan melihat saat ini seluruh gunung sudah dikepung dengan rapat.
Sementara itu, terlihat sebuah lubang hitam dan kini masih sedang meneteskan darah di kepala Jaran. Dalam sekejap, Jaran sudah terkapar di tanah dan langsung mati."Apa yang sudah terjadi?" tanya semua orang yang menoleh secara bersamaan dan menatap Wira.Saat ini, Wira masih menggenggam sebuah pistol dan tadi dia yang menembak saat Jaran tidak memperhatikannya. Bagaimanapun juga, perhatian Jaran sedang tertuju pada Fikri, ini juga yang memberikannya kesempatan bagus untuk bertindak. Dia pun berhasil memastikan kemenangannya hanya dengan satu tembakan."Aku khawatir dia benar-benar akan menggunakan ilmu sihir terkuatnya seperti yang dikatakannya dan membawa masalah bagi kalian semua, jadi aku langsung menembaknya. Dengan begitu, kita juga akan menghemat banyak tenaga," kata Wira sambil tersenyum dan menyimpan kembali pistolnya.Fikri yang berdiri di samping pun segera mendekati Wira dan berkata sambil tersenyum, "Kalau kamu punya senjata seperti ini sejak awal, kenapa masih perlu bantu
"Karena kamu memilih untuk mati bersama mereka, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan," teriak Jaran dengan marah.Namun, saat Jaran hendak turun tangan, terdengar suara angin yang bertiup dan langsung muncul beberapa sosok di depannya. Mereka semua mengenakan jubah hitam dan hanya menunjukkan sepasang mata saja. Melihat mereka, dia langsung menjadi panik. Dia juga berasal dari Lembah Duka, tentu saja tahu siapa mereka dan dia tidak mungkin bisa menandingi mereka.Dalam sekejap, napas Jaran menjadi makin terengah-engah. Dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan secara refleks mundur beberapa langkah, lalu berkata dengan ekspresi serius, "Kalian semua meninggalkan Lembah Duka? Apa kalian masih ingat dengan aturan yang ditetapkan orang-orang itu untuk Lembah Duka?""Sekarang kalian keluar dari Lembah Duka berarti sudah menentang mereka secara terang-terangan. Kalau ketahuan mereka, mereka pasti nggak akan membiarkan kalian begitu saja.""Bagaimana kalau kita saling mengalah? Jangan a
"Tapi, tempat ini nggak akan jadi kuburanku, melainkan jadi kuburan kalian. Karena kalian sendiri yang cari mati, aku akan mengabulkan keinginan kalian," kata Jaran.Dalam sekejap, kedua pihak berpindah ke tebing gunung yang letaknya jauh dari sana. Setelah bergerak sekitar satu jam, Wira dan yang lainnya sudah tiba di tebing gunung itu. Pemandangan di sana sangat tandus dan terdapat sebuah jurang yang sangat dalam di samping. Tempat ini terlihat sangat menyeramkan, tetapi sangat cocok untuk pertarungan hidup dan mati juga."Aku tahu kamu sengaja mengulur waktu. Kamu pasti sudah tahu kemampuanku juga, jadi nggak berani melawanku secara langsung. Sayangnya, sekarang kita sudah sampai ke sini, aku ingin melihat kamu masih punya cara apa lagi untuk terus mengulur waktu," kata Jaran dengan tegas.Jaran berpikir tadi Wira memilih untuk berpindah lokasi, ini membuktikan Wira pasti sedang mengulur waktu. Bagaimanapun juga, Wira juga sudah tahu kekuatannya, tidak akan berani benar-benar melawa
Fikri berkata dengan dingin, "Dilihat dari penampilannya yang seperti itu, aku sudah tahu siapa dia. Pengkhianat ini malah inisiatif datang mencariku, ini malah memudahkan urusan kita. Sekarang semuanya sudah siap, hanya tinggal bertindak saja. Kalau sudah di dalam kota, kita memang akan sulit untuk melawannya.""Kalau kita bertindak di sana, kemungkinan besar akan menarik perhatian orang lain. Tapi, sekarang dia sendiri yang mendekati kita, kita pun jadi jauh lebih mudah untuk menghabisinya. Nanti kita pancing dia ke tempat yang lebih jauh dari sini, lalu kita baru bertindak. Kita singkirkan dia dengan diam-diam."Sebagai pewaris ketua Lembah Duka, Fikri tidak akan membiarkan siapa pun melanggar aturan dari Lembah Duka. Apa yang dilakukan Jaran sudah membawa bencana besar bagi orang-orang di lembah. Jika orang-orang itu tahu ada orang dari lembah yang keluar dari sana, mungkin nyawa mereka juga tidak akan selamat."Kita jalankan semuanya sesuai dengan rencanamu," kata Wira dengan perl