Tentu saja, Giandra harus bertarung mati-matian. Sementara itu, Yudha juga memiliki kemampuan yang hebat. Dengan kesenjangan jumlah pasukan antara kedua belah pihak, Yudha tetap berusaha bertahan.Yudha berujar, "Giandra, kamu mundur saja. Kalau terus berperang seperti ini, kamu juga nggak akan menang!"Yudha yang memakai baju zirah tampak karismatik saat bertarung. Auranya sangat garang. Yudha memang ingin menghabisi pasukan Kerajaan Agrel yang dipimpin Giandra, tetapi dia mengkhawatirkan Wira. Yudha ingin menyelesaikan peperangan di sini dan menyelamatkan Wira.Hanya saja, Yudha tidak tahu bahwa semua ini ada di dalam kendali Kerajaan Agrel. Giandra tersenyum dan berkata, "Yudha, kalian memang hebat. Tapi, dalam peperangan kali ini, sudah jelas pasukan Kerajaan Nuala nggak mampu melawan pasukan elite Kerajaan Agrel.""Lagi pula, di dalam Kerajaan Nuala masih ada 30 ribu pasukan Kota Pusat Pemerintahan Roino dari Kerajaan Agrel. Asalkan aku memberi perintah, kalian pasti akan kalah ka
Suara Ardi yang lantang bergema di ruang kerja istana. Saat ini, raut wajah semua orang tampak muram setelah mendengar ucapan Ardi. Ini adalah kelemahan Kerajaan Nuala. Setiap kali berperang, semua orang akan mencemaskan hal ini.Bagaimanapun, selain Kerajaan Agrel, masih ada bangsa Monoma, bangsa Lokus, dan bangsa lainnya yang mengincar Kerajaan Nuala. Jadi, Kerajaan Nuala memang mampu bertarung dengan Kerajaan Agrel. Namun, seiring berjalannya waktu, orang-orang di Kerajaan Nuala tetap merasa cemas dan penyebabnya adalah bangsa lain ini.Ardi, Kemal, dan keenam menteri lainnya tentu memahami logika ini. Sebagai penguasa Kerajaan Nuala, Raja Bakir pasti juga memahaminya. Dia melirik Ardi yang bersikap tegas, Kemal yang tampak marah, dan ekspresi keenam menteri yang berbeda-beda. Raja Bakir sudah diam-diam membuat kesimpulan.Raja Bakir tidak menyukai Wira. Tujuan Putro menyokong Wira hanya untuk mengkritik pemerintah. Saat ini adalah kesempatan untuk menyingkirkan Wira. Raja Bakir sam
Setelah mengatakan ini, Raja Bakir memandang semua orang. Dia berpikir sejenak, lalu berkata dengan perlahan, "Kalian semua adalah menteri Kerajaan Nuala. Jadi, menurut kalian bagaimana mengatasi masalah ini? Apa kalian punya solusi?"Begitu pertanyaan ini dilontarkan, jantung Kemal sontak berdetak dengan kencang karena dia sudah menebaknya sejak awal, begitu juga dengan yang lain. Dimas seketika berdiri dan berkata dengan hormat, "Yang Mulia, saya punya solusi, tidak tahu cara ini efektif atau tidak."Raja Bakir sangat senang saat mendengar ini. Dia langsung mengangguk sambil berucap, "Katakanlah, Dimas."Dimas berujar, "Yang Mulia, yang diinginkan oleh Kerajaan Agrel adalah Wira. Kita bisa menyerahkan Wira pada mereka, tapi tidak secara cuma-cuma. Saran saya adalah mengutus Wira pergi ke Kerajaan Agrel! Dengan begitu, kita akan mengetahui maksud Kerajaan Agrel.""Sejak dulu, Kerajaan Nuala memiliki aturan untuk tidak melukai para utusan. Dengan aturan ini, saya rasa Kerajaan Agrel t
Orang sehebat Wira akan diutus pergi ke Kerajaan Agrel. Hidup dan matinya akan dipertaruhkan. Kemal tentu saja sangat mengkhawatirkan hal ini. Saat ini, Wira sedang duduk di dalam kamar. Dia menggelengkan kepalanya begitu membaca isi dekret yang memintanya menjadi seorang utusan. Jika bukan demi Kerajaan Nuala, Wira mungkin tidak akan bisa menjadi utusan. "Untung saja aku menjadi seorang utusan, Aku benar-benar mendapatkan keuntungan yang nggak terduga," ucap Wira."Tuan Wahyudi, beberapa hari lagi kamu akan diutus pergi ke Kerajaan Agrel. Apa kamu benar-benar ingin pergi?" tanya Lukman sembari menatap Wira. Lukman merasa agak khawatir. Saat ini, dia merasa dilema. Meskipun berasal dari faksi penasihat kanan, tetapi Lukman merasa bahwa Wira adalah orang yang pantas dijadikan orang dekat. Dia bahkan bersedia melayani Wira. Jelas-jelas merupakan orang dari faksi penasihat kanan, tetapi di dalam hatinya, Lukman telah memutuskan bahwa dirinya berada di pihak Wira. Wira tentu saja tidak
Setelah meletakkan suratnya, Wira pun menghela napas. Pada saat ini, Danu datang dengan membawa sepucuk surat lagi. Surat ini sangat sederhana, hanya ada beberapa kata yang tertulis.[ Mari bertemu di luar kota. ]Tanpa perlu memikirkannya, Wira sudah tahu bahwa surat ini pasti dikirimkan oleh Rendra. Sembari membaca surat tersebut, Wira pun berkata sambil tersenyum, "Ayo, temani aku untuk bertemu dengan Jenderal Rendra."Usai mengatakan itu, Wira langsung menuju luar kota. Banyak orang menganggap bahwa pertempuran masih akan berlanjut, tetapi beberapa orang tahu bahwa pertempuran sebenarnya telah berakhir. Pasukan Kota Pusat Pemerintahan Roino tidak akan menyerang lagi!Saat ini, di sebuah gazebo luar kota yang sejuk, terlihat dua orang tengah duduk di sana dan menyeduh teh. "Ayah, apakah dia benar-benar akan datang?" tanya Solomon yang lumayan penasaran.Rendra malah bertanya sambil tersenyum, "Solomon, bagaimana menurutmu?""Menurutku, dia ... dia seharusnya akan datang, tapi aku ng
Solomon memandang Wira, lalu menangkupkan tangan sembari berkata, "Tuan Wira, aku sangat penasaran, bagaimana kamu bisa memahami pemikiran ayahku?"Dimulai dari pemberontakan pasukan Kota Pusat Pemerintahan Roino hingga pertemuan malam ini, bentuk dari interaksi mereka hanya sepucuk surat dan satu pertarungan di markas perbekalan. Bagaimana orang ini bisa memahami, bahkan menyampaikan pemikiran yang ingin diungkapkan oleh ayahnya? Kenapa dia tidak bisa memahaminya?Wira menatap Solomon, lalu menjawab pertanyaannya seraya tersenyum, "Bukan karena aku bisa menebak, tapi karena adanya rasa kebersamaan. Sejak ayahmu datang ke Provinsi Jawali, aku sudah tahu apa yang dia pikirkan dengan perintah pertamanya. Dia juga memberikanku sebuah peringatan."Setelah mendengar perkataan Wira, Solomon tampak tercengang sejenak. Kemudian, dia mengingat sesuatu dan segera berkata, "Maksudmu adalah ... 'menghancurkan kota' yang dikatakan oleh ayahku?"Solomon tercengang oleh pola berpikir Wira. Hanya deng
"Tuan Wira, kalau boleh tahu, berapa banyak yang kamu ketahui tentang Kerajaan Agrel?" tanya Rendra. Begitu kata-kata tersebut diucapkan, Wira langsung memicingkan matanya. Sejujurnya, dia tidak tahu terlalu banyak tentang Kerajaan Agrel. Wira hanya tahu tentang Raja Tanuwi dan putranya, Giandra."Aku hanya tahu sedikit saja. Mohon penjelasan dari Jenderal Rendra. Aku akan sangat berterima kasih padamu," jawab Wira. Dia tahu bahwa Rendra mengajaknya bertemu hari ini karena ingin membahas hal tersebut.Meskipun beberapa informasi tentang Kerajaan Agrel akan terungkap setelah Wira sampai di sana, langkah ini diambil oleh Rendra supaya Wira dapat membuat perencanaan yang lebih matang, setelah memahami tentang beberapa hal. Memikirkan hal ini, Wira makin berterima kasih atas tindakannya.Baru setelah itu, Rendra menarik napas dalam-dalam dan berkata sambil tersenyum, "Nggak perlu bersikap sungkan. Menurutku, orang itu pasti juga berharap kamu tahu tentang hal ini, jadi aku hanya berinisiat
Wira tidak merasa keberatan ketika mendengar kata-kata ini. Jika bukan karena pengetahuannya dari dunia lain, dia tahu jelas bahwa mengalahkan Raja Tanuwi adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Raja Tanuwi tidak kalah dengan Wira, melainkan dengan waktu. Senjata ini adalah hasil riset berabad-abad yang telah dilakukan oleh banyak generasi, sementara Wira hanya memanfaatkannya saja. Meskipun dia memenangkan pertempuran, Wira tidak pernah meremehkan Raja Tanuwi."Wira, sebenarnya kamu masih memiliki pilihan lain, yaitu memberikan saran kepada Raja Ararya dan Raja Byakta untuk membantu mereka mendapatkan Kerajaan Agrel. Mungkin itu akan lebih mudah. Apa kamu tertarik?" tanya Rendra sambil tersenyum. Pria itu terlihat tenang, tetapi ada sesuatu yang aneh dalam kata-katanya.Wira sontak tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Menurutku ... aku nggak perlu menjawab pertanyaan ini."Mendengar itu, Rendra yang terkejut pun bertanya, "Eh? Kenapa?""Belum saatnya," jawab Wira dengan tenang."Ap
Mendengar jawaban itu, Hayam tersenyum. Setelah berpikir sejenak, dia tertawa dan berkata, "Sepertinya ini memang kesempatan yang bagus. Aku nggak nyangka kita bisa bertemu Zaki dalam situasi seperti ini. Tampaknya kita benar-benar bisa meraih pencapaian besar di sini."Mendengar itu, para prajurit di sekeliling ikut tersenyum. Bagi mereka, jika keputusan sudah dibuat, tak ada pilihan lain selain bertarung habis-habisan.Hayam hanya merenung sejenak sebelum akhirnya berkata dengan tegas, "Baiklah, mulai bersiap! Pastikan semua sudah berada dalam posisi. Sembunyi dan tunggu aba-aba dariku!"Semua orang semakin bersemangat. Setelah tahu musuh yang mereka hadapi adalah Zaki, semangat mereka semakin membara.Setelah menunggu beberapa saat, waktu yang dinantikan akhirnya tiba. Beberapa orang sudah tidak sabar. Salah satu dari mereka berkata, "Sebelumnya aku masih nggak nyangka. Tapi, setelah peluang ini datang, kita nggak boleh menyia-nyiakannya."Orang-orang mengangguk setuju. Bagi mereka,
Wakil itu mengangguk. Dalam pandangannya, situasi kali ini benar-benar sulit dipahami. Namun, untuk saat ini, sepertinya mereka hanya bisa mengambil langkah ini.Setelah wakilnya pergi, Zaki segera memerintahkan pasukannya untuk terus maju. Ketika mereka mencapai daerah yang lebih tinggi, mereka melihat hutan lebat di depan.Zaki mengernyit dan merasa heran. Kenapa di saat seperti ini masih ada hutan seluas ini? Dia pun menginstruksi, "Kirim dua orang untuk melihat situasi di depan, tapi jangan sampai mereka keluar dari jangkauan pandangan kita."Wakilnya mengangguk dan segera memberi isyarat. Dalam sekejap, dua orang prajurit bergegas maju.Beberapa saat kemudian, kedua prajurit itu kembali. Sebelum mereka sempat memberi hormat, Zaki langsung maju dan bertanya, "Bagaimana? Apa kalian melihat sesuatu yang mencurigakan?"Mendengar pertanyaan itu, kedua prajurit tampak ragu sejenak. Salah satu dari mereka akhirnya menjawab, "Ada yang aneh, Jenderal. Kami nggak melihat siapa pun. Di depan
Para mata-mata yang tertangkap itu langsung terkejut saat mendengar perintah tersebut. Mereka buru-buru berlutut dan bersujud untuk memohon ampun.Namun, Hayam sama sekali tidak tertarik mendengarkan mereka. Dia segera memerintahkan anak buahnya untuk menyeret mereka keluar.Setelah para mata-mata itu dibawa pergi, wakilnya yang berdiri di samping mengerutkan dahi dan berkata, "Jenderal, meskipun kita telah menangkap mata-mata musuh, kita harus tetap segera menuntaskan masalah ini. Tapi, sekarang mereka tampaknya justru akan mengambil tindakan terhadap kita.”Mendengar hal itu, Hayam sedikit mengernyit. Dia berpikir sejenak sebelum berkata dengan suara rendah, "Kalau kita nggak menangani ini dengan baik, memang akan merepotkan. Tapi, misi kita sangat penting. Jadi, cara terbaik saat ini adalah segera membereskan mereka."Para bawahan cukup terkejut mendengarnya. Setelah beberapa saat, wakilnya kembali berbicara dengan nada serius, "Kalau begitu, apa langkah kita selanjutnya? Kita nggak
Mendengar hal itu, Hayam segera berkata, "Tangkap mereka! Jangan biarkan satu pun mata-mata lolos, bawa semuanya!"Mata-mata yang menerima perintah itu langsung mengangguk, lalu berbalik dan bergerak ke arah lain. Sesampainya di tempat tujuan, mereka segera menangkap semua mata-mata musuh.Hayam dan pasukannya hanya menunggu sesaat sebelum mendengar suara langkah kaki yang tidak beraturan dari luar. Tak lama kemudian, mereka melihat para prajurit membawa sekelompok orang masuk. Jelas, mata-mata dari pasukan utara telah tertangkap.Melihat pemandangan ini, Hayam tersenyum dan memuji dengan suara rendah, "Kerja bagus!"Salah satu prajurit menyeret seorang mata-mata ke depan dan membentaknya, "Berapa banyak pasukan yang kalian bawa kali ini? Cepat katakan yang sebenarnya!"Mata-mata itu tak menyangka mereka akan tertangkap begitu cepat. Wajah mereka tampak pucat. Mendengar suara yang penuh tekanan itu, salah satu dari mereka akhirnya menyahut, "Kami membawa sekitar 30.000 pasukan kali ini
Mendengar Darsa mengatur strategi seperti itu, Joko tertegun sejenak. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan heran, "Tuan, saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat untuk keluar. Kalau musuh mengetahui pergerakan kita, akan sangat merepotkan."Namun, Darsa tampaknya tidak terlalu khawatir. Dia tersenyum tipis dan menyahut dengan tenang, "Tenang saja, aku sudah mempertimbangkan semuanya. Justru saat ini adalah kesempatan terbaik. Kalau sampai musuh benar-benar mengepung Zaki, dia akan berada dalam bahaya besar."Begitu mendengar penjelasan Darsa, Joko langsung memahami maksudnya. Jika dia membawa pasukan ke depan dan berhasil mengendalikan musuh, mereka akan memiliki kendali penuh atas situasi ini.Saat menyadari hal itu, suasana hati orang-orang membaik. Joko segera memberi hormat kepada Darsa, lalu berbalik dan pergi untuk menjalankan perintah. Dia seperti mendapatkan pencerahan.Setelah Joko pergi, Darsa menghela napas dan berkata, "Sekarang kita hanya bisa berharap pada Zaki. Se
Setelah terdiam cukup lama, Darsa menatap peta dan perlahan berkata, "Saat ini, tampaknya nggak ada pilihan lain dan kita cuma bisa melakukan ini. Untuk sisanya, kita hanya bisa menyerahkannya pada takdir."Melihat tuannya berkata demikian, wakil jenderal yang berdiri di sampingnya pun mengangguk pelan.Setelah situasi saat ini sedikit lebih terkendali, wakil jenderal itu berkata dengan suara berat, "Tapi, saat ini para prajurit sudah kelelahan, begitu pula dengan kuda-kuda kita.""Dengan kondisi seperti ini, banyak masalah yang bisa timbul. Yang paling penting sekarang adalah memastikan segalanya bisa berjalan sesuai rencana."Semua orang mengangguk setuju. Menurut mereka, banyak masalah memang bisa diselesaikan.Namun, pada saat yang sama, Darsa yang sedang memperhatikan peta dengan cermat tiba-tiba berkata, "Ada yang nggak beres! Kalau kita menyerang Gunung Sembilan Naga dari belakang dan musuh telah memasang jebakan, bukankah akan sangat sulit untuk bertempur?"Wakil jenderal itu t
Mendengar hal ini, Joko mengangguk dan berkata dengan suara rendah, "Saat ini, cara terbaik adalah kita harus segera bergerak ke garis depan untuk menghadapi musuh, jadi kita bisa benar-benar menyelamatkan Jenderal Zaki."Mendengar perkataan Joko, Darsa yang berdiri di sampingnya mengernyit. Jika benar demikian, situasinya memang cukup merepotkan.Setelah terdiam cukup lama, Joko kembali berkata, "Tuan, kita nggak bisa ragu-ragu untuk saat ini. Kalau nggak, Jenderal Zaki benar-benar akan berada dalam bahaya!"Mendengar perkataan Joko, Darsa sedikit bimbang. Bukan karena dia tidak ingin mengirim bala bantuan, tetapi karena jika musuh kembali menyerang, keadaan akan benar-benar menjadi sulit.Setelah berpikir lama, Darsa mengerutkan dahi dan berujar dengan suara rendah, "Ini memang bisa dilakukan. Hanya saja, yang harus kita pastikan sekarang adalah melihat situasi dulu.""Satu hal yang perlu diperhatikan dari perkembangan pertempuran sejauh ini, kalau musuh menyerang kita saat ini, aku
Mendengar perkataan Darsa, Joko mengangguk pelan. Mengingat hal ini saja sudah membuatnya marah. Namun, lawan tampaknya tidak ingin bertarung dengannya saat ini, jadi dia tak bisa berbuat apa-apa.Seolah-olah teringat sesuatu, dia mengernyit dan berkata, "Untuk saat ini, yang penting Zaki nggak ditemukan. Kalau nggak, kita pasti akan menghadapi masalah. Apalagi, kalau sampai dia ketahuan sekarang, itu akan menjadi persoalan yang sangat merepotkan."Mendengar hal itu, Darsa pun mengerutkan dahi. Setelah terdiam cukup lama, dia memandang peta di hadapannya, lalu menghela napas dan berujar dengan suara berat, "Saat ini, sepertinya kita memang nggak punya pilihan lain. Satu-satunya harapan kita adalah Zaki nggak ditemukan oleh mereka."Joko termangu sesaat. Setelah berpikir sejenak, dia berucap dengan suara rendah, "Memang agak merepotkan, tapi yang terpenting sekarang adalah memastikan Jenderal Zaki bisa kembali dengan selamat. Setidaknya, kita harus menyiapkan dua rencana sekaligus."Dar
Hayam menganggukkan kepala saat menerima perintah itu, lalu segera berbalik dan keluar.Melihat situasi itu, Adjie terlihat sangat bersemangat. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau kita menyerang musuh sekarang, ini bukan pilihan yang tepat. Sekarang kita hanya perlu menunggu kabar dari Hayam. Kalau mereka berhasil mengalahkan Zaki, kita akan segera bergerak dari jalur lain. Kita akan menyerang mereka dari depan dan belakang sekaligus."Mendengar perkataan itu, semua orang langsung menganggukkan kepala dengan semangat. Menurut mereka, rencana Wira kali ini pasti akan berhasil. Lagi pula, jika rencana ini berjalan dengan baik, langkah selanjutnya tidak akan begitu sulit lagi.Melihat situasinya sudah jelas, Adjie tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menatap Wira dan berkata dengan pelan, "Tuan, bagaimana kalau aku memerintahkan para saudara kita untuk beristirahat