Tak lama kemudian, kereta kuda Farrel sampai di depan halaman rumah Wira. Farrel dibawa masuk ke halaman dan dia tertawa terbahak-bahak saat melihat Wira. Farrel berujar, "Wira, caramu benar-benar hebat!"Wira tersenyum dan berucap, "Farrel, apa maksudmu?"Farrel juga tidak berbasa-basi lagi, lalu langsung menyahut, "Wira, memangnya masih ada yang harus dirahasiakan di antara kita? Lagi pula, semua orang bisa menebak itu perbuatanmu."Wira tertawa dan menimpali, "Aku nggak peduli, pokoknya aku nggak akan mengakuinya. Selain itu ... mengenai rahasia ... Farrel, apa kamu nggak merahasiakan sesuatu dariku?"Ucapan Wira membuat Farrel terdiam. Farrel seketika merasa kesal. Namun, mendengar perkataan Wira, Farrel tahu pasti Yudha yang memberi tahu Wira!"Kalau kamu sudah tahu, untuk apa mengujiku lagi? Aku memang wanita, apa sudah cukup jelas?" ucap Farrel.Farrel merasa tidak berdaya, lalu tersenyum dan berkata, "Wira, sekarang kamu bisa memberitahuku yang sebenarnya, 'kan? Kamu tenang saj
Farrel melirik gadis berpakaian ungu setelah mendengar ucapan Wira. Gadis berpakaian ungu berkata, "Hehe, aku nggak berani bertaruh denganmu. Tapi, Wira berani. Bagaimana kalau kamu bertaruh dengannya saja?"Farrel mengedipkan mata. Meskipun suka bertaruh, dia hanya mengikuti taruhan saat merasa yakin sepenuhnya. Namun ....Sekarang Farrel tidak terlalu yakin. Tentu saja, biasanya dia pasti merasa emas yang disimpan di dalam air ini adalah hal yang tidak memungkinkan. Namun, Farrel menjadi ragu karena Wira yang mengatakan hal ini."Kenapa? Kamu nggak berani bertaruh? Kalau kamu menang, aku akan menyetujui 1 permintaanmu. Kamu boleh meminta apa pun!" ucap Wira sambil tersenyum.Farrel mengedipkan mata setelah mendengar ucapan Wira. Farrel bertanya, "Jadi, bagaimana kalau aku kalah dan kamu menang? Aku harus membayar apa?"Farrel ingin mendengar jawaban Wira baru memutuskan untuk bertaruh atau tidak. Kemudian, Wira menjawab, "Gampang ... nanti kamu cukup bantu aku kirim semua uang emas i
Farrel menjelaskan, "Tadi sebelum datang, aku mendapat kabar bahwa bandit Desa Angindra sama sekali nggak terluka dan terus melakukan kejahatan. Sebaliknya, pasukan Provinsi Jawali yang bertugas untuk melenyapkan bandit belum kembali!""Tiga ribu pasukan Provinsi Jawali melawan 1.000 bandit yang nggak punya senjata lengkap. Seharusnya, anggota Desa Angindra nggak mampu melawan pasukan Provinsi Jawali," lanjut Farrel.Wira juga terkejut setelah mendengar perkataan Farrel. Apa yang direncanakan Desa Angindra?"Maksudmu, ada yang menyokong Desa Angindra? Siapa orang itu?" ucap Wira. Dia tidak terlalu familier dengan orang-orang di sini. Tentu saja, dia tidak bisa menebak siapa penyokong itu."Ini ... sulit ditebak .... seharusnya ada 3 kemungkinan!" kata Farrel seraya mengulurkan 3 jarinya.Wira seketika merasa penasaran begitu mendengar perkataan ini, lalu menyahut, "Coba jelaskan!"Farrel pun mengungkapkan tebakannya, "Kemungkinan pertama nggak sulit ditebak, yaitu gubernur bersekongkol
Rendra dan Solomon tersenyum, lalu segera mengerahkan pasukan mereka. Tiga puluh ribu lebih pasukan Kota Pusat Pemerintahan Roino berangkat menuju Provinsi Jawali.Saat ini, Lukman sangat senang setelah menerima surat dari Rendra. Lukman berujar, "Untung saja Rendra mengutus pasukannya ke Provinsi Jawali untuk membantuku melenyapkan bandit."Selesai bicara, Hatta yang berdiri di samping juga agak terkejut. Dengan begitu, masalah ini pun terselesaikan.Wira tentu saja tidak memedulikan semua ini. Dia berencana mengeluarkan uang emas dan meminta bantuan Farrel untuk mengirimnya. Sementara itu, perjalanan Wira di Provinsi Jawali juga sudah berakhir. Jadi, Wira tidak ingin tinggal lebih lama lagi.Namun, Wira tidak tahu bahwa saat ini pasukan Kota Pusat Pemerintahan Roino sudah tiba di Provinsi Jawali. Pasukan di ketiga benteng kota membuka gerbang dan membawa pasukan Kota Pusat Pemerintahan Roino masuk. Pemimpin pengawal dari ketiga benteng kota segera menyambut kedatangan Rendra dan pasu
Saat ini, Rendra masih tidak terburu-buru. Dia duduk di dalam kamp sambil merenung. Tiba-tiba, Solomon berjalan masuk dan berkata, "Ayah, ada surat lagi dari orang itu. Coba lihat dulu."Rendra langsung membuka matanya dan mengambil surat itu. Dia mengernyit setelah membaca isi surat. Rendra berucap, "Menyerang hanya demi seseorang?"Rendra agak terkejut. Dia mengamati nama "Wira" dengan cermat dan hatinya tergerak."Apa?" tanya Solomon yang segera menghampiri Rendra. Solomon juga kaget setelah membaca surat itu."Jadi, kita bersusah payah hanya demi seseorang?" ujar Solomon. Dia tidak mengerti apa maksud orang itu.Rendra menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, "Sepertinya, orang itu sangat menyukai Wira. Dia ingin ... membuat Wira kecewa dan tunduk kepadanya, lalu bekerja untuknya."Mendengar ucapan Rendra, Solomon mendengus dan menimpali, "Kenapa begitu repot? Kalau kita menerobos kota dan menangkap Wira, dalam 3 hari, kita bisa segera kembali ke Kerajaan Agrel."Re
"Berengsek! Rendra, kamu benar-benar keterlaluan. Ternyata kamu nggak membiarkan Provinsi Jawali menyerah!" seru Lukman. Saat ini, dia juga terkejut sesudah mengambil bilah bambu yang dilempar dari luar.Pasukan Kota Pusat Pemerintahan Roino menolak kalaupun Lukman menyerah dan membuka gerbang kota. Apa pun yang terjadi, mereka juga akan membantai semua rakyat tanpa tersisa sedikit pun."Ayah ... bagaimana ini? Apa sekarang ... kita cuma menunggu dibunuh?" ujar Hatta yang panik. Dia tidak ingin mati.Saat memikirkan hal ini, Lukman menarik napas dalam-dalam. Dia yang mendapatkan sebuah ide berujar, "Hanya ada 1 cara untuk menyelesaikan masalah saat ini."Hatta tertegun sejenak sesudah Lukman selesai bicara. Dia yang kebingungan bertanya, "Memangnya masih ada cara lain lagi?" Hatta tidak tahu mereka bisa menggunakan cara apa lagi untuk menghadapi 30 ribu pasukan Kota Pusat Pemerintahan Roino."Ada, suruh Wira menjadi ... penasihat militer!" ucap Lukman. Hatta tercengang dan dan ekspres
Apa yang bisa dilakukan saat seluruh penduduk kota dibantai? Hari ini, seluruh rakyat Provinsi Jawali akan dibunuh. Hari kedua, para tentara Kota Pusat Pemerintahan Roino akan dilenyapkan. Hari ketiga, kota ini akan bebas dari pemberontakan. Seluruh jenderal yang menyergap Kerajaan Nuala juga telah gugur.Tidak banyak pihak yang bisa mengendalikan prajurit. Kerajaan Agrel sudah melakukan banyak hal, tetapi akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Kejadian ini benar-benar membingungkan. "Tentara Kota Pusat Pemerintahan Roino memang memberontak. Aku khawatir mereka adalah bidak Kerajaan Agrel. Tapi, aku nggak mengerti alasan pemberontakan ini. Kita nggak bisa menyerang ataupun bertahan. Sungguh membingungkan!" Farrel juga berpikir demikian. Tidak sulit untuk memahami hal ini, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa berpikir dengan tenang saat wilayahnya sedang diserang oleh pasukan militer."Selain itu, mereka terus membantai kota dan menolak untuk menyerah. Taktik seperti apa ini?" tambah F
Setelah Wira melontarkan pertanyaannya, Dewina sontak tertegun. Dia tidak menyangka bahwa Wira begitu cerdas. Wira langsung mengetahui bahwa Dewina adalah orang Kerajaan Agrel hanya dari satu kalimat yang Dewina ucapkan. Dewina tampak terkejut, sementara Wira tampak muram. Namun, saat in Wira masih belum paham tujuan Dewina kemari. Jangan-jangan ... Dewina berniat untuk menarik Wira ke pihaknya? Wira bahkan berpikir apa semua situasi ini terjadi demi dirinya? Meskipun alasan Dewina sangat masuk akal, Wira tetap tidak menyangka bahwa semua ini benar-benar demi dirinya. "Tuan Wira memang yang terbaik. Kalau begitu, aku nggak akan berbasa-basi lagi. Aku memang orang Kerajaan Agrel. Kali ini, aku datang mewakili Kerajaan Agrel untuk merekrut Tuan Wira," sahut Dewina sambil tersenyum. Wira menatapnya dengan dingin sembari bertanya, "Apa? Apa semua ini demi diriku?"Setelah Wira selesai berbicara, Dewina juga sama terkejutnya. Namun, Dewina mengangguk dan menjawab, "Benar, semua ini kami
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan