Terlihat seorang jenderal muda keluar dan menatap para pengungsi itu dengan dingin, lalu berkata dengan dingin, "Kenapa kalian ke sini?""Jenderal, tolong beri kami kesempatan untuk hidup.""Kami hanya ingin pergi ke Kerajaan Nuala dan mencari sesuap nasi.""Terjadi perang di sini setiap harinya, kami hanya akan mati kalau tetap tinggal di sini.""Kita semua ini punya keluarga, jadi tolong berbaik hati dan biarkan kami tetap hidup."Semua pengungsi itu mulai memohon karena mereka tidak ingin terjebak di sini dan mati dengan sia-sia. Bagi mereka, asalkan bisa meninggalkan wilayah suku-suku utara ini masa depan mereka akan lebih baik.Namun, jenderal itu hanya mendengus dan berkata, "Saat ini situasinya sedang kacau. Selama penyebab keadaan suku-suku utara menjadi begini belum ditemukan, nggak ada orang yang boleh meninggalkan tempat ini. Kalau kalian bersikeras ingin pergi, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan."Setelah mengatakan itu, jenderal itu langsung mencabut pedangnya dan
"Kak Hayam, ini adalah kesempatan yang sangat baik. Orang-orang ini sudah mulai bertarung, kita bisa memanfaatkan kekacauan ini untuk melarikan diri," saran seseorang dengan segera.Hayam menganggukkan kepala dan berkata, "Baiklah. Kerusuhan dari para pengungsi ini harusnya nggak akan menarik perhatian para pasukan di sekitar sini, jadi kita bisa memanfaatkan ini untuk pergi. Mungkin kita bisa mendapat keuntungan dari situasi ini. Semuanya hati-hati dan segera bergerak."Seiring perintah Hayam, semua orang segera masuk ke dalam kerumunan. Dalam sekejap, mereka sudah berada di tengah kerumunan itu.Jenderal yang tadi berbicara dengan para pengungsi itu pun mendengus dan berkata, "Sekelompok sampah sialan. Berani-beraninya kalian sewenang-wenang di depanku, kalian ini benar-benar nggak tahu diri. Bunuh mereka semua, jangan ada yang tersisa. Saat pasukan kita memasuki wilayah sembilan provinsi, kita nggak membutuhkan sampah seperti mereka lagi. Nyawa mereka nggak berguna lagi."Setelah Ha
Jadi, dia lebih memilih untuk membunuh orang yang mungkin tak bersalah daripada membiarkan satu musuh lolos. Kalaupun mereka hanyalah pengungsi, dia tetap tidak akan melepaskan mereka!"Jenderal, ada sedikit masalah ...." Seorang wakil jenderal maju dan membisikkan beberapa patah kata kepada jenderal muda itu."Apa yang harus ditangani?" Jenderal muda itu mengernyit, sontak merasakan firasat buruk dalam hatinya."Kita masih memiliki 2.000 orang di dalam hutan dan mereka semua tersebar untuk mengamati sekitar, mencegah Wira dan yang lainnya menyelinap masuk ke dalam hutan.""Tapi baru saja, kami menemukan belasan saudara kita mati di sini. Akibatnya, muncul celah di pertahanan kita. Aku khawatir ...."Sebelum wakil jenderal itu menyelesaikan kata-katanya, wajah jenderal muda itu sontak berubah suram, bahkan tangannya mengepal dengan erat. "Diam!"Wakil jenderal itu segera menutup mulutnya, tidak berani melanjutkan pembicaraan."Berapa banyak orang yang tahu soal ini?" tanya jenderal mud
"Wilayah suku utara luas, tapi nggak banyak tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian. Selain itu, kalian juga tahu ke arah mana Wira dan yang lainnya pergi. Gimana bisa sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Wira?""Jangan-jangan anak buahmu melakukan kesalahan?" Suara Baris sedingin es. Jika mereka masih belum menemukan Wira, saat waktunya tiba, dia mungkin harus mengerahkan pasukan secara langsung."Pangeran, harap tenang. Meskipun kami belum menemukan Wira, ada satu hal yang pasti, yaitu Wira dan orang-orangnya nggak bisa meninggalkan wilayah suku utara. Dengan begitu, kabar juga nggak akan bocor dan kita masih bisa memberi Osman kejutan." Komeng menyeringai licik.Semua ini sudah sesuai dengan rencananya. Membunuh atau tidak membunuh Wira, kini bukan lagi hal yang terpenting.Bagaimanapun, panah sudah berada di busurnya dan tidak bisa ditarik kembali. Selama Wira tidak bisa menggagalkan rencana mereka, itu sudah cukup menjadi keberuntungan mereka."Itu yang terbaik. J
"Kamu ini benar-benar nggak tahu diri! Semuanya, kita hajar dia dan usir dia dari sini!"Prajurit penjaga kota yang tadi langsung berteriak, takut Hayam akan menyinggung Trenggi dan membuat dirinya ikut terkena imbasnya.Saat ini, Trenggi memiliki kekuasaan besar. Dia menjabat sebagai Jenderal Besar Kerajaan Nuala. Pengaruhnya tidak kalah dari Osman.Terutama dengan kendali penuh atas kemiliteran Kerajaan Nuala, ini cukup untuk menunjukkan betapa besar kekuasaannya.Namun, Hayam tidak menghiraukan prajurit itu. Setelah menendang prajurit itu ke samping, dia langsung berlari ke depan Trenggi.Trenggi menatap Hayam cukup lama sebelum akhirnya mengernyit sambil bertanya, "Kamu mengenalku?""Benar!" Hayam segera mengangguk dan menyahut, "Aku tahu siapa kamu. Kamu Jenderal Trenggi yang terkenal itu, 'kan?""Mungkin Jenderal belum pernah melihatku, tapi aku pernah melihatmu dari kejauhan. Apa kamu mengenal Lucy?"Hayam tidak langsung menyebut nama Wira. Bagaimanapun, nama Wira terlalu besar.
"Dari sini bisa kita lihat, sejak awal Pangeran Baris memang sudah punya ambisi besar. Semua yang terjadi dulu kemungkinan besar berkaitan erat dengannya. Aku khawatir, situasi ini jauh lebih rumit daripada yang terlihat di permukaan."Trenggi berkata dengan alis berkerut. Dahulu, meskipun dia memilih untuk tetap netral dan tidak campur tangan, dia tetap mengamati situasi dengan saksama. Dia baru bertindak setelah Wira dan Osman bersatu, tetapi tetap merasa ada sesuatu yang aneh.Semua jenderal utama tiba-tiba berpihak kepada Baris, bahkan bersedia mendukung seorang raja boneka. Itu terdengar konyol.Kalaupun Baris berhasil naik takhta, siapa sebenarnya yang akan menjadi penguasa di balik pemerintahan boneka itu?Kemungkinan besar, para jenderal itu pun tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikannya.Namun, kini semuanya menjadi jelas. Jika Baris memang dalang dari semua ini, segala sesuatu yang terjadi bisa dijelaskan. Semua hal yang mencurigakan pasti berkaitan dengannya. Dialah dal
"Dua ratus ribu pasukan? Kalau aku membawa pasukan sebanyak itu untuk berperang, di dalam sini hanya akan tersisa 200.000 pasukan lainnya.""Pasukan tersebar di berbagai kota. Kalau Senia menyerang di saat itu, bagaimana cara Yang Mulia menghadapinya?”Trenggi mengerutkan kening saat berbicara. Mengalahkan Baris dan menyelamatkan Wira memang penting, tetapi ada hal yang lebih mendesak, yaitu bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Senia."Perkataan Jenderal Trenggi memang masuk akal. Hanya saja, kalau hanya membawa beberapa puluh ribu pasukan ke wilayah suku utara, itu jelas nggak cukup."Hayam menambahkan, "Menurut informasi yang dapat dipercaya, Baris memiliki 30.000 pasukan di tangannya. Dia juga telah merekrut Komeng, Bimala, serta Chaman.""Pasukan gabungan dari ketiga orang itu berjumlah lebih dari seratus ribu! Dengan demikian, total pasukan yang bisa digerakkan oleh Baris sudah mencapai sekitar 150.000!""Kita harus menempuh perjalanan jauh untuk bertempur. Kalau kita ngga
Melihat Hayam berbicara dengan nada serius, Trenggi segera mengambil keputusan dan menoleh ke arah Osman. "Kalau memang seperti yang dikatakan Jenderal Hayam, sebaiknya aku langsung membawa 200.000 pasukan menuju suku utara!"Osman tampak ragu. Sementara itu, Hayam yang berdiri di sampingnya merasa sangat cemas. Situasinya sudah sangat mendesak, tetapi Osman masih terlihat bimbang. Namun, karena mereka meminta bantuan, Hayam tidak bisa terlalu memaksa.Melihat situasi itu, Trenggi ikut berbicara, "Yang Mulia, saat ini nama Tuan Wira telah mengguncang seluruh sembilan provinsi. Kita dan mereka punya hubungan yang saling bergantung. Kalau mereka jatuh, kita yang akan menjadi target berikutnya."Perkataan itu tampaknya berhasil meyakinkan Osman. Dia segera berkata, "Baiklah! Trenggi, dengarkan perintahku!"Trenggi langsung menangkupkan tangannya sebagai tanda hormat. Di sisi lain, Hayam tampak sangat bersemangat. Dari nada bicara Osman, tampaknya dia telah setuju untuk mengirim pasukan!"
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m