"Karena aku tahu rahasia mereka. Tapi, aku nggak ingin jahat seperti mereka. Makanya, aku ingin menjaga jarak dengan mereka.""Sayangnya, nggak semudah itu untuk mundur. Aku pun nggak nyangka Ratu tega membunuhku tanpa memedulikan hubungan kami dulu."Doly menggertakkan giginya dengan geram. Demi Kerajaan Agrel dan Senia, dia hampir mengorbankan nyawanya berkali-kali. Hasilnya malah seperti ini. Siapa yang bisa menerima hal semacam ini?Wira pun mengembuskan napas dua kali. Dia bisa memahami situasi mereka. Bagaimanapun, tidak mudah untuk berada di sisi seorang penguasa. Pasti ada bahaya yang tersembunyi.Meskipun banyak orang yang memahami logika ini, justru tidak ada yang mampu menolak. Bagaimanapun, kekuasaan adalah godaan terbesar. Orang-orang tahu jalan ke depannya akan sulit, tetapi tetap memilih untuk mengambilnya dan terus maju.Ketika Doly hendak melanjutkan ucapannya, Wira memperhatikan perubahan ekspresinya. Dia memandang ke arah pintu, seperti yang dilakukan Doly.Terlihat
Kresna melirik Doly beberapa kali dengan tatapan mendalam. Sesaat kemudian, dia memutuskan untuk keluar. Namun, dia tidak pergi jauh dan masih berdiri di depan pintu.Sementara itu, Wira juga ragu-ragu sejenak sebelum pergi. Karena Kresna masih berdiri di depan, Doly tidak mungkin memberitahunya tentang rahasia itu. Lebih baik dia mencari kesempatan di lain hari.Setelah keduanya keluar, Doly pun menutup pintu dan melihat beberapa prajurit di luar. Dia tahu Wira mengutus orang-orang ini bukan untuk mengawasinya, melainkan untuk melindunginya.Seperti yang dikatakan Wira, dia menganggap Doly sebagai teman. Mungkin karena keberadaan Kresna, Wira menjadi mencemaskan keselamatan Doly.Di luar, Wira dan Kresna berjalan berdampingan. Ketika tiba di taman bunga, Wira bertanya, "Kamu seharusnya punya masalah yang nggak bisa diungkapkan ya?""Masalah? Masalah apa?" Kresna menggeleng sambil tersenyum. "Aku cuma menjalankan tugasku. Aku nggak mungkin membiarkan seseorang membocorkan rahasia negar
Karena Wira sudah angkat bicara, mana mungkin Kresna menolaknya. Kresna menyunggingkan senyuman, lalu menoleh dan menyetujuinya. "Oke. Semua masalah dimulai dari Desa Damaro. Kudengar penduduk yang selamat, Nayara, sudah diatur tempat tinggalmu olehmu, 'kan? Karena kedua belah pihak ada di sini, gimana kalau kita duduk bersama dan mencari solusi terbaik?"Segala hal pada akhirnya harus diatasi. Semua hanya masalah waktu.Semalam, Senia telah mengirim surat kepada Kresna untuk menyuruhnya diam-diam membunuh Doly. Tidak peduli dengan cara apa pun, pokoknya Doly harus mati. Namun, jika Kresna gagal, keluarganya yang akan sengsara.Pada kedatangannya ke Kota Yonggu kali ini, Kresna telah membuat persiapan matang. Dia percaya pada kepribadian Wira, tetapi tetap membawa Pasukan Bayangan untuk menjamin keselamatannya.Kresna juga yakin Senia tidak akan mengambil tindakan terhadap keluarganya, apalagi mempersulitnya. Bagaimanapun, jika hubungan mereka retak, Senia tidak akan mendapat keuntunga
"Lancang sekali! Tuan Wira ada di sini! Kamu nggak berhak berbicara di sini!" bentak Danu kepada Delon.Delon pun ketakutan hingga tidak berani melontarkan sepatah kata pun. Dia buru-buru menghampiri Kresna.Namun, Kresna sama sekali tidak peduli. Delon terlalu bodoh. Bagaimana bisa dia berteriak-teriak di wilayah Wira? Dia kira tempat ini adalah Kerajaan Agrel?Beberapa saat kemudian, Dahlan dibawa kemari oleh pengawal. Ada dua pengawal yang mengikutinya. Meskipun diborgol, semua orang bisa melihat bahwa dia hanya dikurung dan tidak disiksa.Begitu masuk, Dahlan langsung menatap semua orang yang ada di depannya. Ketika melihat Kresna dan Delon, dia pun termangu. Keluarganya akhirnya datang."Dahlan! Aku sudah menunggumu selama setengah bulan! Kita akhirnya ketemu! Untung saja kamu nggak kenapa-napa. Aku lega sekali!"Delon bergegas menghampiri dan meraih tangan Dahlan sambil menangis. Dahlan pun hanya mengiakan dengan tidak acuh. Lagi pula, hubungannya dengan Delon tidak terlalu baik.
"Kalau aku nggak maju untuk membela mereka, bagaimana para rakyat akan memercayaiku?"Ucapan Wira terdengar sangat masuk akal. Seperti yang dikatakan Dahlan, dia memang tidak berhak ikut campur masalah ini. Namun, tidak ada salahnya membantu teman, 'kan?Hanya dengan beberapa kalimat, situasi pun berbalik. Dahlan tidak punya cara untuk membantah lagi.Plak! Ketika Dahlan sedang merenung, tiba-tiba terdengar suara yang nyaring. Nayara tampak menggebrak meja dan bangkit. Kedua matanya memerah.Saat berikutnya, Nayara langsung menyerbu ke arah Dahlan. Sebelum Dahlan bereaksi, Nayara sudah mengepalkan tangannya. Tinju mendarat di wajah Dahlan, membuatnya kesakitan."Apa yang kamu lakukan?" bentak Dahlan sambil memelototi Nayara. "Kalau tempat ini bukan Provinsi Yonggu, aku pasti sudah membunuhmu!""Heh." Nayara terkekeh-kekeh, lalu menunjuk Dahlan dan menyahut, "Sayang sekali, tempat ini adalah Provinsi Yonggu. Kamu nggak berhak bertindak semena-mena di sini. Setiap perbuatan ada karmanya.
"Kamu membantai seluruh desa. Sepertinya masuk akal kalau dia mencarimu untuk melampiaskan emosinya, 'kan? Lagian, aku sudah bilang kalau Nayara adalah temanku. Aku tentu berpihak padanya. Hubungan kita seharusnya nggak sedekat itu, 'kan?"Wira melipat tangannya di depan dada sambil menyahut demikian. Dia sama sekali tidak memberikan Dahlan kesempatan untuk menekannya. Kenapa memangnya jika Wira pilih kasih? Lagi pula tempat ini adalah wilayahnya. Dia bisa bertindak sesuka hati. Sekalipun Senia berada di sini, Senia tetap harus menghargai keputusan Wira.Dahlan geram hingga menggertakkan giginya. Kedua tangannya perlahan-lahan terkepal erat. Namun, dia tidak bisa melontarkan sepatah kata pun.Ucapan Wira ini jelas untuk mempermalukannya. Lantas, apa lagi yang bisa dia katakan? Jika dirinya bukan tahanan, Dahlan tidak akan membiarkan Wira menginjak-injak harga dirinya!Meskipun ucapan Wira terdengar muluk-muluk, pada akhirnya yang dilakukannya adalah mengurung Dahlan. Dahlan tidak punya
Wira dan Nayara jelas bersekongkol untuk melawannya. Sayangnya, Dahlan berada di wilayah orang lain sehingga tidak bisa membalikkan situasi. Hal inilah yang membuatnya paling marah."Begini saja, Tuan Wira bilang kita akan membahas masalah ini bersama hari ini. Aku yakin ada cara yang lebih baik. Untuk apa kita menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah?""Kalau Tuan Wira bersedia, aku bisa memberimu kekayaan dan kekuasaan. Semua itu sudah cukup bagimu untuk hidup tanpa bekerja. Aku rasa tawaran ini adalah godaan besar bagi kebanyakan orang, 'kan?""Lagian, mereka cuma penduduk desa. Memangnya kalian punya hubungan sedekat apa? Jangan menghancurkan masa depanmu demi orang-orang yang nggak penting itu."Dahlan mencoba mencuci otak Nayara sekaligus mengulur waktu untuk diri sendiri. Dia terus memikirkan cara untuk mengatasi situasi yang mencanggungkan ini.Orang-orang di sekitar yang mendengar pun tak kuasa menggeleng. Menurut mereka, Dahlan sungguh bodoh. Bagaimana bisa dia membe
Dahlan memuntahkan banyak darah dan berusaha bangkit dari lantai dengan susah payah. Nayara menatap Wira dan berucap dengan perlahan, "Tuan Wira, kematian terlalu mudah baginya. Aku sudah memberinya pelajaran.""Asalkan dia masih hidup, aku pasti masih punya kesempatan untuk membalasnya. Aku akan membuatnya menanggung konsekuensi dari perbuatannya dengan caraku sendiri."Dahlan tersenyum dingin. Setelah dia meninggalkan Provinsi Yonggu, memangnya apa yang bisa mereka lakukan kepadanya lagi? Jangankan Dahlan, Wira sekalipun tidak akan berani mencari masalah dengannya.Dendam hari ini harus dibalaskan! Yang harus mendapat pelajaran adalah Nayara dan bukan dirinya!Wira mengangguk. "Kalau begitu, aku juga nggak bakal ikut campur masalah kalian lagi."Kemudian, Wira melirik Kresna yang duduk di samping. "Raja Kresna, aku juga merasa malu atas masalah yang terjadi. Tapi, karena Nayara sudah merasa puas, kalian boleh membawa Dahlan pergi dari sini."Kresna dan Delon seketika merasa senang. M
Meskipun bertaruh pada permainan dadu, Delon juga akan langsung menang telak. Pemandangan ini sangat langka terjadi. Bahkan saat berada di Kerajaan Agrel, dia juga tidak pernah seberuntung ini.Delon berpikir sepertinya Provinsi Yonggu ini benar-benar tanah penuh keberuntungan, setidaknya baginya. Jika tidak, dia tidak mungkin akan menang terus. Dalam waktu kurang dari satu jam saja, dia sudah menang sampai perak dan emas penuh memenuhi mejanya.Orang-orang yang tadinya bermain bersama Delon juga satu per satu mundur."Aku nggak mau main lagi!""Orang ini menang terus, nggak ada yang bisa melawannya!""Benar, uangku juga sudah habis semuanya. Kalau terus bermain, mungkin kita akan bangkrut."Orang-orang itu menggelengkan kepala dan satu per satu meninggalkan meja permainan. Saat ini hanya tersisa Delon dan bandar saja di meja permainan itu.Delon melirik orang-orang itu dan tertawa dingin. "Benar-benar sekelompok sampah yang nggak berguna, uang kalian hanya sedikit ini? Mau keluar berm
"Tentu saja! Kalau orang lain yang berkata seperti itu, kita nggak akan percaya. Tapi, sekarang Tuan yang berkata seperti itu, mana mungkin kita nggak percaya," kata wanita paruh baya itu sambil tersenyum.Delon berkata dengan puas, "Kalau begitu, jangan banyak basa-basi lagi. Cepat siapkan tempat untukku."Setelah mengatakan itu, Delon mengeluarkan sebatang emas dan melemparkannya ke pangkuan wanita cantik itu."Ini untukku?" tanya wanita cantik itu dengan mata yang bersinar."Tentu saja. Kalau hari ini kamu bisa menemaniku dengan baik, aku akan memastikan kelak kamu bisa hidup dengan tenang," kata Delon dengan santai.Semua orang yang berada di tempat itu kembali bersorak, sehingga suasananya makin meriah.Sepuluh menit kemudian, Delon sudah duduk di sebuah meja dan langsung mulai berjudi dengan orang lain.Saat seseorang perlahan-lahan muncul di tengah kerumunan, wanita paruh baya itu yang tadinya masih melayani Delon segera mendekat. Senyumannya juga perlahan-lahan menghilang dan k
Melihat ekspresi Delon yang kesal, gadis itu menjelaskan, "Tuan, ini bukan hanya demi kebaikanmu, tapi demi reputasi tempat kami dan kenyamanan orang-orang yang bermain denganmu. Kalau kamu nggak membawa cukup uang, sama saja seperti nggak bermain meskipun pada akhirnya kamu menang.""Jadi, Tuan jangan salah paham. Aturan ini juga bukan hanya berlaku pada Tuan saja. Meskipun pemimpin Provinsi Yonggu yang datang ke sini, Wira juga tetap harus mengikuti aturan kami."Mendengar itu, Delon langsung berpikir ternyata begitu. Hanya dalam beberapa kalimat saja, dirinya sudah kehilangan kendali. Dia melambaikan tangan dengan sombong dan berkata, "Lihatlah, apa aku terlihat seperti orang yang nggak punya uang? Aku beri tahu kamu, aku sebenarnya bukan penduduk lokal Provinsi Yonggu. Tapi, kekayaanku jauh melampaui bayangan kalian. Ibuku adalah ...."Namun, Delon tidak melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba teringat dengan peringatan dari Kresna. Ini sudah berada di luar Kerajaan Agrel, sehing
"Benar, orangnya sudah tiba. Aku dengar sekarang dia sedang bersiap untuk bermain kartu. Segala sesuatu di sana sudah diatur dengan baik. Kapan kita akan pergi ke sana?" tanya Lucy sambil menatap Wira dengan hormat.Saat Delon meninggalkan kediaman jenderal, ternyata Lucy sudah mengawasi semua gerak-geriknya. Dia bisa masuk ke Rumah Bordil Foniks juga adalah bagian dari rencana yang sudah diatur oleh Lucy.Bagaimanapun juga, ini adalah Provinsi Yonggu, tidak ada yang bisa luput dari pengamatan Lucy dan Wira. Rumah Bordil Foniks ini tentu saja adalah salah satu bisnis Wira dan yang lainnya. Jika tidak, tempat yang sebesar ini tidak mungkin bisa berdiri di Provinsi Yonggu.Wira berkata, "Baiklah, pastikan untuk menjamunya dengan baik. Saat waktunya tiba, aku akan muncul di sana. Tapi, jangan lupakan rencana yang sudah kita diskusikan sebelumnya, pastikan untuk menyiksanya di sana. Kali ini aku akan membuat Senia benar-benar merasakan akibatnya.""Kedua putranya ini sama sekali nggak berg
"Kalau begitu, jaga dirimu baik-baik."Setelah meninggalkan halaman belakang, Delon awalnya ingin menemui Kresna untuk membahas strategi selanjutnya. Namun, ketika teringat pada sikap Kresna, dia segera mengurungkan niatnya.Semua yang seharusnya dikatakan telah dikatakan. Kini, Delon hanya bisa menunggu keputusan dari Kresna. Mungkin, Kresna sudah mengirim pesan kepada ibunya sekarang. Hanya saja, mereka belum menemukan strategi terbaik.Delon merasa sangat gusar. Dia memilih untuk keluar dari kediaman jenderal. Untungnya, Wira tidak mengurungnya.Setelah berkeliling sesaat, Delon tiba di Rumah Bordil Foniks. "Rumah Bordil Foniks? Kedengarannya tempat ini tempat bagus!"Delon menepuk dahinya dan telah mengesampingkan masalah adiknya. "Karena nggak ada yang bisa dilakukan untuk sekarang, lebih baik aku nikmati hidup. Aku nggak ingin perjalananku ini jadi sia-sia.""Aku ingin lihat seperti apa wanita di wilayah selatan. Apa mereka punya perbedaan dengan para wanita di wilayah utara?"Sa
"Kak?" Setelah Dahlan yang berada di dalam kamar mendengar suara, dia buru-buru menghampiri jendela dan memeriksa keadaan di luar. Segera, dia melihat Delon yang berada di luar."Kak, kenapa kamu di sini? Apa Wira sudah setuju untuk melepaskanku?" tanya Dahlan dengan tidak sabar.Nasib kedua bersaudara ini tidak jauh berbeda. Kini, Dahlan babak belur, hampir sama dengan Delon saat ituPenampilannya sangat berantakan dan menyedihkan. Jika Dahlan dibuang ke pinggir jalan, mungkin tidak akan ada yang percaya bahwa dia adalah pangeran.Sejak kecil sampai sekarang, ini adalah momen paling menyedihkan di kehidupan mereka. Namun, mereka memiliki pikiran yang sama, yaitu semua masalah ini disebabkan oleh Wira. Wira yang menyebabkan mereka berakhir seperti ini."Kalau Wira mau melepaskanmu, mana mungkin kita bertemu dengan cara seperti ini. Wira nggak bermaksud membebaskanmu!""Tapi, kamu tenang saja. Aku dan Raja Kresna sedang memikirkan cara. Sebelum kemari, Ibu sudah berpesan kepada Raja Kre
Doly sedang berada di kediaman jenderal. Kini, Provinsi Yonggu adalah wilayah Wira. Kediaman jenderal juga merupakan wilayah Danu. Di sini ada banyak ahli bela diri.Ditambah lagi orang-orang Lucy juga berada di Provinsi Yonggu, siapa yang bisa menerobos perlindungan yang begitu ketat dan membunuh Doly? Bukankah Wira terlalu berwaspada?Wira menggoyangkan cangkir tehnya. Sambil memicingkan mata, dia memandang ke luar dan berujar, "Aku cuma ingin menguji Kresna. Sepertinya dugaanku benar. Senia menyuruh Kresna kemari untuk membunuh Doly.""Doly ada di Provinsi Yonggu, jadi Kresna yang paling dekat dengannya. Asalkan kita melindungi Doly dengan baik dan menjamin keselamatannya, aku yakin sebentar lagi Kresna akan bernegosiasi dengan kita. Ketika saat itu tiba, mungkin waktunya kita dan Kresna bekerja sama."Begitu memikirkan hal ini, Wira merasa dirinya harus berterima kasih kepada Senia. Senia membantunya membawa Kresna ke hadapannya. Dia pun tidak perlu repot-repot lagi."Ternyata Tuan
"Raja Kresna, bicaralah! Jangan diam saja!" desak Delon dengan tidak sabar saat melihat Kresna hanya diam. Apakah orang ini sedang menguji kesabarannya?Sesaat kemudian, Kresna baru menyahut dengan kesal, "Pangeran, kamu mungkin nggak tahu apa yang terjadi di Kerajaan Agrel belakangan ini. Sekarang Ratu ingin membunuh Doly. Tapi, Doly ada di tangan Wira sekarang.""Kamu seharusnya tahu betapa Ratu memercayai dan menghargai Doly dulu. Itu artinya, rahasia yang diketahui Doly sangat banyak. Orang seperti ini nggak seharusnya hidup."Kresna merendahkan suaranya dan melanjutkan, "Selain itu, aku mendapat surat dari Ratu. Ratu menyuruhku mengorbankan apa pun, yang penting Doly terbunuh."Begitu mendengarnya, wajah Delon menjadi pucat pasi saking kagetnya. Mengorbankan apa pun? Bukankah itu berarti dirinya juga bisa dikorbankan? Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi?"Jadi, kamu berniat mengorbankan nyawa adikku? Tapi, adikku adalah putra kesayangan ibuku!" Delon tampak cemas.Jika Senia be
Sesuai dugaan Wira, begitu mendengarnya, Dahlan langsung memelototi Kresna dengan galak.Kresna pun ragu-ragu sejenak sebelum berkata, "Tuan Wira, kuharap kamu bisa memberiku sedikit waktu. Izinkan aku dan ratuku berdiskusi dulu. Kemudian, aku akan memberimu jawaban. Ini bukan masalah sepele. Aku nggak bisa membuat keputusan sendiri. Tolong dimaklumi."Krek! Dahlan mengepalkan tangannya dengan erat hingga terdengar suara tulang. Beraninya Kresna mengabaikan keselamatannya! Dahlan merasa Kresna tidak menghormatinya sebagai pangeran!Dahlan pun diam-diam membuat keputusan. Asalkan dia bisa pulang dengan selamat, dia akan menghabisi Kresna. Bahkan, dia akan membantai seluruh keluarga Kresna!"Oke, kuberi kamu waktu untuk mempertimbangkannya. Kutunggu jawabanmu." Usai berbicara, Wira bangkit dari kursinya. Lagi pula, dia masih punya banyak waktu. Tempat ini juga Provinsi Yonggu. Tidak peduli keputusan apa yang mereka buat, waktunya tidak akan terbuang.Wira hanya perlu menunggu. Sebaliknya