"Ada orang yang mencoba membunuh Raja!" Bhurek adalah orang yang pertama kali bereaksi dan segera melindungi Ciputra. Anak panah itu langsung menembus lengan Bhurek, sehingga keadaan di dalam aula utama menjadi kacau.Para pengawal bersenjata pun segera maju dan mengelilingi Ciputra. Semua orang di dalam kediaman jenderal besar juga mulai muncul dan terus berteriak untuk menangkap pelakunya. Suasananya benar-benar sangat kacau.Wira juga melindungi Thalia dan Dewina di belakangnya, sedangkan Agha, Nafis, dan yang lainnya juga sudah mulai siaga."Ini panahnya Nafis," kata Bhurek setelah menundukkan kepala dan melihat lukanya, lalu menatap ke arah Wira dengan dingin."Bagus sekali! Nggak disangka, kamu ternyata berniat membunuh Raja kami. Aku pikir kamu adalah seorang pria sejati, aku benar-benar sudah salah menilaimu. Pengawal, segera tangkap Wira!"Seiring perintah Bhurek, semua orang langsung bergerak dan segera mendekati Wira dan yang lainnya.Melihat situasinya menjadi buruk, para w
"Aku ...." Wira tidak bisa berkata apa-apa.Wira dan yang lainnya tahu ini adalah jebakan, Ciputra juga seharusnya menyadarinya. Namun, sekarang anak panah itu memang milik Nafis, inilah yang paling merepotkan. Meskipun dia pandai berbicara, penjelasannya akhirnya hanya akan sia-sia saja selama Ciputra bersikeras menyalahkannya. Ini benar-benar masalah yang merepotkan.Setelah merenungkannya, Wira mengernyitkan alis dan berkata, "Aku harap kamu bisa menyelidiki masalah ini dengan baik. Kalau kamu nggak menyambutku, kami akan pergi sekarang. Tapi, suatu hari nanti aku akan kembali menuntut penjelasan, insiden penyergapan Danu nggak akan berakhir begitu saja. Aku juga berharap kamu bisa menyelidiki siapa pelaku yang mencoba membunuhmu kalo ini."Setelah mengatakan itu, Wira memimpin semua orang di belakangnya untuk pergi.Bhurek langsung memerintah, "Jangan biarkan mereka pergi. Tangkap semua orang yang telah mencoba membunuh Raja!"Sekarang, kendali atas situasinya sudah kembali ke tang
Ciputra yang berdiri di samping segera mendekat, lalu mengusir para pengawal bersenjata di sampingnya dan berkata sambil mengernyitkan alis, "Apa yang sebenarnya telah terjadi?"Bukan hanya Wira yang kebingungan, begitu juga dengan Ciputra. Saat ini, hanya tersisa Ciputra, Bhurek, dan Alzam di aula utama itu.Bhurek segera bangkit dan langsung berlutut di depan Ciputra tanpa memedulikan luka di lengannya yang masih berdarah. Dia pun segera berkata, "Raja, maafkan aku, semua ini adalah inisiatifku sendiri untuk membunuh Wira. Orang-orangku sudah jatuh ke tangan Wira, dia pasti akan datang menuntut penjelasanku begitu matahari terbit."Meskipun aku sudah melakukan penyerangan tadi malam dengan sangat rapi, aku takut nggak bisa menipu mata Wira dengan mudah. Kalau begitu, lebih baik kita yang bergerak lebih dulu agar semua orang berpikir Wira yang menyerangmu. Dengar begitu, Wira juga nggak akan bisa melawan kita. Kita juga nggak perlu khawatir orang-orang Wira akan balas dendam lagi kela
Pada saat yang bersamaan, Wira dan yang lainnya sedang berlari di jalanan."Semua gerbang kota sudah ditutup rapat, sekarang kita nggak bisa keluar dari sini. Apa yang harus kita lakukan? Kak Wira, kalau nggak bisa keluar, kita lawan saja mereka. Lagi pula, sekarang Ciputra juga belum kembali ke istana. Dengan kekuatan kita, bukan hal yang sulit untuk membunuh Ciputra," kata Agha dengan ekspresi ganas.Siapa pun yang berani menantang Wira, semuanya adalah musuh Agha. Tidak peduli apa pun status musuhnya, dia pasti akan memastikan orang itu tidak akan kembali hidup-hidup jika berani mengganggu Wira.Wira mengernyitkan alis dan berkata, "Nggak boleh. Sekarang situasinya nggak menguntungkan, kita nggak boleh bertindak gegabah. Kita semua harus berhati-hati dan jangan sekali-kali berpikir untuk menyerang Ciputra. Sekarang kita hanya difitnah, suatu hari nanti kebenarannya pasti akan terungkap.""Tapi, kalau kita benar-benar membunuh Ciputra, mungkin peperangan akan dimulai dan nggak ada ke
Gadis kecil itu ketakutan sampai terisak-isak dan terus mundur sampai menabrak dinding di sampingnya.Melihat pemandangan itu, Thalia segera maju dan melindungi gadis kecil itu di sisinya. Setelah melirik Danu, dia berkata dengan kesal, "Lihatlah dirimu, kenapa menakut-nakuti anak kecil? Kamu sudah membuatnya ketakutan. Sudahlah, biar aku yang berbicara dengannya."Setelah menegur Danu, Thalia berbalik dan melihat gadis kecil itu, lalu bertanya, "Adik kecil, di mana ibumu sekarang? Kenapa ibumu menyuruhmu untuk mencari kami dan mengantar kami keluar kota?"Setelah menatap Thalia sejenak dan kembali diam-diam melirik Danu, gadis kecil baru berbisik, "Ibuku bilang Tuan Wira adalah orang yang sangat baik. Ayahku dulu mati karena perang. Kalau bukan karena Tuan Wira, perang mungkin masih belum berakhir dan pada akhirnya akan makin banyak rakyat yang mati.""Tuan Wira yang memberikan kami kedamaian. Meskipun banyak orang yang bilang Tuan Wira sudah melukai raja kami, ibu yakin Tuan Wira ngg
"Namaku Tiara, Tuan Wira nggak perlu sungkan. Aku sudah lama mendengar reputasi Tuan Wira, jadi aku menyuruh putriku untuk mencari Tuan Wira dan membantumu keluar dari kesulitan ini."Saat mengatakan itu, Tiara membawa Wira dan yang lainnya menuju halaman belakang rumahnya. Semua orang tetap waspada dan bersiap untuk menghadapi kemungkinan buruk.Setelah sampai di halaman belakang, Tiara berjalan ke samping dan segera membuka tutup sumur di sana, Dia pun menunjuk ke bawah dan berkata, "Tuan Wira, sumur ini terhubung ke luar kota. Sumur ini sudah lama kering, jadi kamu bisa berjalan dengan aman. Nggak sampai satu jam, kalian sudah mencapai luar kota."Wira menganggukkan kepala dan bersiap untuk turun ke sumur tanpa ragu-ragu.Namun, Danu yang berdiri di samping berkata dengan ekspresi hati-hati, "Sebaiknya aku yang turun dulu untuk memeriksa situasinya, lalu Tuan menyusul turun."Danu melakukan itu juga demi memastikan keamanan Wira. Tiba-tiba ada seseorang yang menunjukkan jalan keluar
Melihat semua orang tidak berbicara lagi, Wira mengalihkan pandangannya pada Tiara. Dia mengeluarkan beberapa emas dari sakunya dan langsung menyerahkannya pada Tiara."Ini sedikit tanda terima kasihku. Terima kasih atas bantuan Kakak. Kalau kelak bisa bertemu lagi, aku pasti akan membalas kebaikan Kakak," kata Wira sambil terus menyerahkan emas itu pada Tiara.Meskipun Tiara terus menolak, dia akhirnya menerima niat baik Wira dan menyimpan emas itu dengan ekspresi bersyukur. "Tuan Wira, aku tahu kamu sangat baik hati, jadi aku membantumu. Bukan karena hal-hal duniawi ini.""Sekarang hanya tersisa aku dan putriku saja tinggal di rumah ini dan kami saling bergantung satu sama lain. Uang ini memang bisa mengubah kehidupan kami, tapi tanpa uang ini pun kami tetap bisa bertahan hidup."Wira hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dan tidak berbicara lebih banyak lagi. Kata-kata terima masih tidak perlu berlebihan karena saat ini situasinya sangat mendesak. Yang paling penting sekarang
Alzam mengelus janggutnya sambil melihat situasi di sekeliling dan bergumam, "Bagaimana aku bisa tahu? Banyak rakyat di sini yang sangat mendukung Wira, bahkan menganggap Wira sebagai pilar utama mereka. Meskipun kita mengeluarkan pengumuman, nggak ada satu pun orang yang akan datang memberikan kita petunjuk.""Ini membuktikan meskipun mereka tahu sesuatu, mereka juga nggak akan memberitahukannya pada kita. Dengan kata lain, Wira mungkin saja bersembunyi di rumah salah satu dari mereka. Bahkan tetangga mereka juga mungkin saling membantu untuk melindunginya. Setidaknya ada ratusan ribu rumah tangga di kota ini.""Kalau kita harus cari dari rumah ke rumah, kita juga butuh tenaga dan sumber daya yang sangat besar. Itu pun pasti akan menghadapi berbagai hambatan juga. Coba kamu bilang, ide apa yang bisa kuberikan dalam situasi seperti ini?"Jika ini tentang strategi perang atau pemerintahan, Alzam mungkin masih bisa memberikan ide yang baik. Namun, sekarang mereka harus menangkap Wira di