Thalia kembali berkata, "Dia pasti melakukan ini agar kita percaya dia sudah bunuh diri dan menurunkan kewaspadaan terhadapnya. Dengan begitu, dia bisa mencari kesempatan untuk diam-diam melarikan diri. Orang ini benar-benar licik.""Inilah alasannya kenapa mayat Fathir masih ada, tapi mayat Ahmad menghilang. Bukan bawahannya yang membawa pergi mayatnya, tapi dia yang diam-diam melarikan diri. Sepertinya kelak kita harus lebih waspada. Dia pasti nggak akan menyerah begitu saja karena kali ini dia terluka begitu parah, kelak dia pasti akan datang mencari masalah dengan kita lagi."Ekspresi Wira dan Doddy juga menjadi muram. Ini pertama kalinya mereka mendengar ada orang yang letak jantungnya berada di sebelah kanan. Bahkan Wira juga belum pernah bertemu dengan situasi seperti ini. Ini benar-benar kelalaian besar.Pada saat itu, Thalia yang berada di samping kembali melanjutkan, "Tapi, meskipun yang ditusuknya adalah dadanya bagian kiri, dia juga pasti terluka parah. Kalau kita terus men
Keesokan paginya, Danu sudah memimpin para pasukannya untuk berangkat menuju utara. Biantara juga sudah mengirim orang-orang untuk diam-diam melindungi dan membuka jalan untuk Danu dan rombongannya di sepanjang perjalanan. Bagaimanapun juga, kereta itu dipenuhi dengan emas dan perhiasan, keamanannya harus terjamin karena pasti akan menarik perhatian orang.Bagi Wira, kehilangan emas dan perhiasan itu bukan masalah besar karena uang hanya harta duniawi saja. Nyawa Danu lebih penting daripada semua harta itu.Di sisi lain. Bhurek sudah meninggalkan Kerajaan Beluana dan saat ini sedang menuju ke perbatasan Kerajaan Nuala. Mereka harus melewati Kerajaan Nuala terlebih dahulu untuk menuju wilayah suku utara.Wilayah utara adalah daerah untuk suku pengembara yang dijaga oleh Bobby dan yang lainnya, musuh luar bukan tandingan mereka. Saat ini, Wira juga mengeluarkan begitu banyak harta untuk mendukung mereka. Jika diberi sedikit waktu lagi, wilayah ini akan berkembang dengan pesat dan menjadi
Jika tidak, dengan kedudukannya, Ahmad akan hidup nyaman ke mana pun dia pergi."Tuan Ahmad, lihatlah peta ini dulu. Meskipun kita sudah mempersiapkan segalanya, pasti akan terjadi konflik juga kalau kita berhadapan langsung dengan Danu. Kalau Danu berusaha memberontak, situasi kita mungkin tidak menguntungkan."Bagaimanapun juga, ini adalah wilayah Kerajaan Nuala dan hubungan Wira dengan Osman juga cukup dekat. Osman bisa mencapai posisi saat ini berkat bantuan Wira. Jika tahu orang-orang Wira dijebak di sini, Osman pasti akan segera mengirimkan bantuan. Mereka hanya membawa seribu pasukan saja, mungkin bukan tandingan Osman."Kalau begitu, kita harus menyelesaikan ini secepat mungkin," kata Ahmad sambil tersenyum dingin."Aku memang menunggu kata-kata ini dari Tuan. Sepertinya Tuan punya rencana lain, kan?" kata Bhurek sambil menatap Ahmad dengan menyipitkan mata.Sebelumnya, Ahmad baru saja turun tangan sudah berhasil membuat banyak orang di Dusun Darmadi kehilangan nyawa mereka dan
"Sutomo?"Setelah melihat pria yang datang itu, Danu berkata sambil tersenyum, "Bukankah kamu seharusnya membuka jalan di depan untuk kami? Kenapa kamu tiba-tiba balik ke sini? Apa ada musuh di depan?"Biantara memiliki urusan penting yang harus diurus dan Danu sendiri yang memimpin pasukan di sini, tentu saja tidak perlu Biantara yang turun tangan lagi. Mereka berdua adalah tokoh elite di bawah komando Wira, salah satunya dari mereka yang berada di sana saja sudah cukup.Sutomo adalah orang Biantara. Kali ini, dia yang bertanggung jawab atas semua intelijen untuk mendukung Danu di sepanjang perjalanan ini."Jenderal Danu, ada yang nggak beres di depan. Ada sebuah hutan lebat beberapa mil dari sini, kita harus melewati area ini dulu untuk masuk ke Kota Safara. Kami sudah coba masuk untuk memeriksa area itu, tapi mereka mengalami gejala muntah ringan setelah keluar dari sana. Sepertinya mereka keracunan.""Mungkin kami perlu sedikit waktu lagi untuk coba masuk memeriksanya sebentar. Set
Salah seorang anggota jaringan mata-mata menatap Sutomo."Jadi menurutmu, kita harus bagaimana? Kamu nggak lihat sikapnya tadi? Dia begitu keras kepala, kita sama sekali nggak bisa mengubah pemikirannya. Kalau kita terlalu memaksanya, keadaannya hanya akan menjadi makin buruk.""Kalian terus memantau sepanjang perjalanan dan jaga komunikasi dengan Jenderal Danu. Aku akan pergi menemui Tuan Biantara dan melaporkan situasi di sini agar dia bisa memutuskan langkah selanjutnya."Setelah memberikan instruksi, Sutomo berpisah dengan bawahannya dan menuju Kota Limaran.Pada saat yang bersamaan, Danu dan rombongannya sudah memasuki hutan. Hutan itu lebat dan gelap membuat orang tidak bisa melihat ke ujung. Meskipun masih siang, keadaan di sana tetap gelap dan suram."Tempat ini benar-benar mengerikan. Kalau sudah malam hari, mungkin seorang pria dewasa pun akan merasa sangat ketakutan, 'kan?" kata Danu yang menunggang kuda dengan ekspresi yang tetap santai.Mendengar perkataan itu, para pengaw
"Sepertinya, kemampuan intelijen di bawah komando Wira juga hanya begitu saja. Mereka bahkan nggak menyadari ada yang aneh di dalam hutan, aku sudah menilai Wira terlalu tinggi," kata Bhurek dengan nada dan ekspresinya yang sangat dingin, lalu melambaikan tangan pada orang di sekitarnya.Target sudah masuk ke perangkap, sekarang saatnya untuk bergerak. Dalam sekejap, orang-orang yang berdiri di belakang Bhurek pun mulai bergerak."Jenderal Bhurek, kamu nggak perlu turun tangan untuk hal sekecil ini. Setelah kejadian terakhir, aku mendapat pengalaman baru. Dalam hal apa pun, kita lebih baik tetap berada di balik layar saja. Kita bisa menunggu berita kemenangan dengan tenang dan juga menjaga diri kita sendiri. Bukankah ini lebih baik?" Saat Bhurek hendak memimpin pasukan untuk menyerang, Ahmad menghentikannya.Saat di Dusun Darmadi, Ahmad hampir saja kehilangan nyawanya karena terlalu percaya diri. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dia bukan hanya bisa menyerang dan mu
Danu segera menghunuskan pedangnya untuk menebas anak panah itu. Jika terlambat selangkah saja, mungkin panah itu sudah menembus lehernya!"Jenderal Danu!" seru orang-orang dengan panik saat melihat kejadian menakutkan itu.Danu melambaikan tangan dan berseru, "Aku baik-baik saja. Cepat pergi, aku akan berjaga di sini!"Semua orang merasa terharu. Mereka tahu ini bukan saatnya untuk menunda waktu. Keterampilan tempur mereka baru bisa pulih setelah meninggalkan hutan ini.Tidak peduli berapa banyak jumlah musuh, lebih dari 3.000 prajurit ini yakin mereka bisa menahan musuh untuk sesaat.Apalagi, tempat ini adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala. Di depan sana juga adalah Kota Safara yang merupakan wilayah Osman. Begitu tahu mereka berada dalam bahaya, Osman pasti akan mengirim bala bantuan.Lagi pula, selama mereka masih berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala, sepertinya tidak ada yang sanggup menahan mereka selain pasukan yang dipimpin oleh Osman sendiri."Cari mati!" Danu mengamb
"Aku juga nggak punya pilihan lain. Itu dosis maksimalnya. Kalau ditambah, kabut di hutan akan berubah warna menjadi hijau. Waktu itu mereka sudah melihat kehebatan asap hijau di Dusun Darmadi.""Insiden itu terjadi belum lama ini. Aku yakin kalau mereka melihat asap hijau, mereka pasti akan langsung berwaspada," jelas Ahmad yang memiliki pertimbangan sendiri.Hanya saja, Ahmad mengira dosis racun itu sudah cukup untuk menjatuhkan Danu dan pasukannya. Siapa sangka, perhitungannya malah salah.Padahal, Ahmad hampir tidak pernah gagal selama ini. Makanya, dia bisa menjadi salah satu dari 4 pelindung Aliran Kegelapan. Bahkan, dia yang paling misterius dan yang paling bisa diandalkan.Akan tetapi, sejak berselisih dengan Wira, Ahmad terus berada dalam kondisi pasif. Parahnya, Wira selalu menang darinya. Benar-benar lawan yang sulit dihadapi. Apa mungkin Wira adalah pembawa sial baginya?"Sudahlah, sekarang bukan waktunya membahas hal itu. Kita harus segera mengejar Danu dan pasukannya," uj