Nada bicara dan tindakan Fabrian sudah membuat Linus murka. Dia pun memaki, “Be ... beraninya kamu memukulku!”Plak! Fabrian menamparnya lagi dan mendengus, “Asal kamu tahu, aku bukan hanya akan memukulmu. Kalau sudah kembali ke kota pusat pemerintahan nanti, aku juga akan menyuruh orang untuk menghukummu! Habis itu, aku juga akan menyelidiki seberapa banyak penduduk yang sudah kamu peras selama ini dan menjebloskanmu ke penjara!”Linus langsung berkeringat dingin dan bertanya, “Si ... siapa kamu sebenarnya?”“Aku Fabrian Gumilar, putra sulung Keluarga Gumilar!” jawab Fabrian.Setelah mendengar ucapan Fabrian, ekspresi Maudi langsung berubah drastis. Di sisi lain, para penduduk Dusun Lofita juga terkejut. Keluarga Gumilar merupakan keluarga bangsawan dan keluarganya Putro!Bruk! Linus langsung berlutut dan memohon, “Tuan Fabrian, maafkan aku yang nggak mengenalimu. Jangan ambil hati ya! Anggap saja aku nggak mengatakan apa-apa!”“Buat apa kamu memohon padaku? Yang kamu singgung itu Pa
Di dalam kereta kuda, Wira membuka matanya dan berkata, “Kalau kamu terus menatapku, aku akan minta bayaran lho!”“Ah! Tuan, a ... aku ....” Dian yang ketahuan mengintip Wira langsung merasa malu dan kewalahan.Wira pun berkata sambil tersenyum, “Aku cuma bercanda.”Wanita di era ini sangat mudah tersipu. Digoda sedikit saja sudah langsung panik.Dian berkata dengan malu, “Tuan, aku sudah kalah taruhan. Permintaan sulit apa yang kamu mau aku setujui?”Wira merasa agak malu dan berkata, “Umm .... Permintaan itu agak sulit diutarakan. Soalnya, memang agak keterlaluan dan bertentangan dengan moral. Jadi, aku nggak akan memaksamu untuk setuju meskipun kamu kalah taruhan.”Wajah Dian sudah semerah tomat. Dia menjawab, “Tu ... Tuan, boleh nggak kita tunggu sampai kembali ke kota? Di ... di sini kurang nyaman!”Wira mengatakan permintaan itu sulit diutarakan, keterlaluan, dan bertentangan dengan moral. Selain tidur bersama, ada hal lain apa lagi? Dian tidak menyangka ternyata Wira adalah oran
“Hati-hati!” Wira menarik Dian ke tengah kereta kuda, lalu mengeluarkan sebuah busur silang dan mengadang di depannya dengan ekspresi serius.Dian pun ketakutan dan mematung di tempat.Di luar kereta kuda, sebelas orang bertopeng menerjang keluar. Mereka semua terlihat kekar dan kuat.“Jangan pedulikan kereta di depan, bunuh saja pria yang ada di kereta belakang itu!” teriak pemimpin bertopeng itu. Setelah itu, dia menunjuk ke arah Danu dan Doddy, lalu berkata pada pria paruh baya bertatapan dingin itu, “Kamu hanya perlu halangi mereka berdua!”Sebagai praktisi seni bela diri, dia langsung tahu bahwa Danu dan Doddy adalah ancaman terbesar. Sementara itu, kemampuan Gandi dan Ganjar seharusnya kurang lebih sama dengan bawahannya. Jadi, dia tidak takut pada mereka.Pria paruh baya bertatapan dingin itu berkata dengan lantang, “Kedua anak itu sepertinya sangat hebat. Aku seharusnya nggak bakal bisa menghalangi mereka tanpa mengerahkan kekuatan penuh. Kalau mereka terluka atau terbunuh, kam
“Jangan pakai busur silang dulu!” Wira yang berada dalam kereta kuda berkata dengan suara tajam, “Ini bukan perampokan, mereka datang untuk membunuh kita. Danu, apa kamu bisa menangkap pemimpin mereka hidup-hidup?”Jika menggunakan busur silang, mereka semua harus dibunuh dan kematian mereka harus disamarkan dengan luka tebasan pedang. Namun, apabila bisa menangkap pemimpin itu, mereka bisa mengetahui dalang di balik penyerangan ini.Danu turun dari kuda sambil memegang pedangnya, lalu menjawab, “Mereka semua menguasai keterampilan seni bela diri, juga nggak kalah hebat dari Gandi dan Ganjar. Tapi, aku akan mencobanya. Kalian lindungi Kak Wira dan Tuan Fabrian dengan baik!”Sekelompok orang pun berjaga di depan kereta kuda Wira dan Fabrian.“Anak itu sombong sekali! Beraninya dia melawan kita semua sendirian. Dia benar-benar sudah bosan hidup!” cibir pemimpin bertopeng itu. Kemudian, dia mengisyaratkan empat bawahannya untuk menyerang Danu dari segala sisi.Prang! Krek!Begitu Danu men
“Dulu, Kak Hasan pernah bilang dia punya dua putra. Putra sulungnya bertemperamen tenang, sedangkan putra bungsunya sangat pemberani. Kalau begitu, kamu pasti Danu dan kamu itu Doddy.” Andi berdiri, lalu berkata sambil menunjuk ke arah Danu dan Doddy. Kemudian, dia menunjuk ke arah Wira dan bertanya, “Siapa dia?”Wira mengamati pria paruh baya itu, lalu menjawab, “Aku kakak sepupu mereka. Kamu anggota Pasukan Zirah Hitam?”Pemilik tubuh sebelumnya pernah mendengar tentang Pasukan Zirah Hitam saat belajar di kota kabupaten. Mereka adalah pasukan militer Nuala yang terkuat. Setelah menghadapi Desa Tiga Harimau, Wira juga tahu bahwa Hasan dan Kadir adalah anggota Pasukan Zirah Hitam. Beberapa saat yang lalu, Putro juga pernah mengucapkan kata-kata mabuk tentang Pasukan Zirah Hitam yang sudah dibubarkan dan khawatir Wira akan menjadi Dirga kedua.Andi berkata dengan bangga, “Aku ini pengawal pribadi Panglima Dirga yang kesembilan.”Doddy bertanya, “Siapa itu Panglima Dirga?”Doddy sudah b
Doddy menggaruk kepalanya dan berkata sambil tersenyum menyesal, “Paman Andi, itu karena aku nggak tahu kamu itu siapa sebelumnya!”Andi berbalik dan menjawab dengan acuh tak acuh, “Ya sudahlah. Kasih tahu ayahmu, Panglima Muda berhasil diselamatkan dan belum mati. Dia juga tinggal di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Kalau dia mau bertemu dengan Panglima Muda, suruh saja dia pergi ke kota bagian barat. Rumahnya itu rumah ketiga di bagian selatan Jalan Wubi.”Doddy bertanya dengan bingung, “Paman, siapa Panglima Muda itu?”Andi berlari ke arah hutan sambil menjawab, “Ayahmu tahu siapa dia!”Doddy bertanya lagi, “Paman, aku belum tahu nama lengkapmu!”“Andi Tanjaya!”Setelah sosok Andi hilang, ketiga orang itu kembali ke kereta kuda.Fabrian berkata dengan murung, “Paman Wira, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kalau mau ambil jalur hukum, kita bisa mencari temanku di pengadilan daerah dan menghabisi si Johan. Tapi, kita nggak mungkin bisa sekalian menyeret Keluarga Yumandi. Kalau l
Johan berkata sambil tersenyum, “Ini semua berkat bantuan Tuan Sanur!”Kedua orang itu pun tertawa sombong.“Tuan Sanur, gawat!” Seorang pengawal berlari masuk dengan terburu-buru dan melapor, “Kepala petugas patroli sedang membawa sekelompok orang untuk datang menangkap Pak Johan atas percobaan pembunuhan. Dari 12 pembunuh bayaran, 8 orang sudah mati, 1 orang tertangkap, dan 1 lagi berhasil melarikan diri. Yang tertangkap itu pemimpinnya. Dia sudah mengaku siapa dalangnya sehingga pengadilan punya bukti dan saksi.”“Mereka mau menangkap Pak Johan untuk diadili, juga meminta Tuan Sanur untuk ikut pergi ke pengadilan agar bisa diinterogasi. Mereka bilang Tuan Sanur mungkin juga adalah dalangnya.”Prang! Tubuh Sanur yang gemuk pun gemetar hebat. Cangkir teh yang digenggamnya jatuh ke lantai dan hancur berkeping-keping.Bruk! Johan terjatuh ke lantai dengan wajah pucat dan bergumam, “Nggak mungkin! Mana mungkin? Aku sudah menyelidiki mereka dengan teliti. Dari 11 orang yang dibawa bocah i
Sanur berteriak, “Ada masalah apa lagi?”Ada masalah apa lagi yang lebih besar daripada percobaan pembunuhan yang gagal dan pemberontakan penduduk Desa Fica?Pengawal itu berbisik, “Ada pengumuman yang sudah tersebar di seluruh kota. Isinya, Keluarga Yumandi membeli kupon garam dan kutipan garam dengan harga masing-masing 5 gabak, juga garam dengan harga 4 gabak. Totalnya hanya 14 gabak, tapi kita malah menjualnya dengan harga 35 gabak dan mengambil keuntungan 21 gabak per setengah kilogram!”“Siapa yang menempel pengumuman itu? Ini pasti ulah si Wira!” Sanur bertanya dengan marah, “Memangnya kenapa kalau Keluarga Yumandi mengambil keuntungan 21 gabak per setengah kilogram? Dia kira dengan memprovokasi rakyat, dia bisa menggoyahkan kedudukan Keluarga Yumandi?”Selain membeli garam, kutipan garam, dan kupon garam, Keluarga Yumandi masih perlu menyogok pejabat dan distributor juga perlu mendapatkan keuntungan. Dari 21 gabak itu, Keluarga Yumandi hanya mendapatkan keuntungan bersih 10 gab
Sekarang Leli tiba-tiba mengirim surat, Wira merasa agak terkejut. Apakah terjadi sesuatu di Kerajaan Nuala? Jika benar begitu, dia tidak mungkin mengirim surat.Wira menggelengkan kepala dan membuka surat itu, mungkin dia sudah berpikir terlalu berlebihan. Namun, begitu membaca isi surat itu, wajahnya langsung menjadi pucat dan tangannya mulai bergetar."Tuan, ada apa?" tanya kedua pengawal yang segera maju untuk memapah Wira.Wira langsung menyimpan surat itu di sakunya, lalu menggertakkan giginya dan berkata dengan suara yang agak bergetar, "Kalian berdua pergi ke dua arah. Yang satu pergi ke Gedung Nomor Satu dan harus segera membawa Dokter Arifin ke sini.""Satunya lagi pergi hubungi Danu, Agha, dan yang lainnya untuk segera berkumpul di aula utama. Meskipun mereka sedang sibuk, suruh mereka tinggalkan urusan penting itu dulu. Bilang ini perintahku."Isi surat itu membuat Wira sangat terkejut. Meskipun hanya beberapa kata singkat, hatinya langsung tergerak. "Nyawa Nona Lucy teranc
"Sepertinya suamiku ini memang sangat disukai. Selama kamu sudah membuat keputusan dan nggak gegabah saja. Apa pun yang kamu ingin lakukan, aku pasti akan tetap menemanimu," kata Karina yang segera mendukung. Menurutnya, ini juga termasuk sebuah jalan keluar, setidaknya bisa memecahkan situasi mereka saat ini.Senia sudah bukan dirinya yang dahulu lagi. Dia yang sekarang penuh dengan ambisi, bahkan menjadikan guru agung sebagai orang kepercayaannya. Semua keputusannya harus didiskusikan dengan guru agung dan inilah yang paling menakutkan.Sejak awal, guru agung ini memang memiliki niat buruk dan sudah menciptakan begitu banyak hak yang jahat. Orang seperti ini tidak seharusnya berada di wilayah tandus di utara, jelas akan membawa bencana besar bagi wilayah ini.Namun, Karina hanya seorang wanita, tidak memiliki kekuatan untuk mengubah situasi saat ini. Lebih baik dia mengubah keadaan di wilayah tandus di utara, mungkin dengan begini dunia ini juga bisa kembali stabil. Tidak ada yang in
Kresna menyadari bukan hanya ingin memanfaatkannya untuk membunuh orang dan membuatnya bertentangan dengan Wira, Senia juga berencana untuk menyingkirkannya dan merebut kekuasaannya. Benar-benar satu langkah yang membawa banyak keuntungan. Mengapa dia tidak menyadari kecerdikan Senia sebelumnya? Kelihatannya, dia benar-benar sudah meremehkan Senia.Karina berkata, "Aku tahu Raja nggak bisa menahan amarah ini dan juga membenci kejahatan. Tapi, Raja juga harus memikirkan keluarga kita. Lebih baik hidup menderita daripada mati sia-sia. Kita nggak membunuh seluruh keluarga kita hanya demi kepentingan pribadi.""Kamu sudah memimpin pasukan selama bertahun-tahun, aku rasa kamu lebih tahu ini dari siapa pun bahwa seratus ribu pasukan ini nggak akan bisa mengancam Senia ataupun membuat Senia takut padamu.""Ini mungkin adalah hasil yang diinginkan Senia. Begitu kamu benar-benar memberontak, semua hasil jerih payahmu termasuk tanah, para rakyat, dan pasukan kita semuanya akan jatuh ke tangan Se
"Raja, kamu mungkin masih nggak tahu situasi sekarang. Sebagian besar pasukanmu sudah ditarik, yang berarti sekarang pasukanmu nggak sampai tiga ratus ribu lagi. Hanya tersisa sekitar seratus ribuan saja ...," lanjut Karina.Kata-kata Karina langsung membuat Kresna terkejut, lalu matanya membelalak dan berkata, "Mana mungkin! Semua token militernya masih ada di tanganku dan para bawahanku itu juga hanya patuh pada perintahku. Meskipun Senia sangat hebat, para jenderal di bawah komandoku juga nggak akan terpengaruh. Jadi, jumlah pasukanku harusnya nggak berkurang. Kamu sedang menipuku ya?"Sebenarnya, Kresna juga tahu Karina tidak mungkin menipunya. Hubungan mereka sangat dekat dan saling memercayai. Meskipun sebelumnya situasinya sangat berbahaya, Karina juga rela tetap berada di sisinya dan menghadapi hidup atau mati bersamanya. Bahkan sampai sekarang pun demikian.Kresna percaya Karina tidak akan sengaja menjauh darinya dalam situasi berbahaya seperti ini, apalagi mengatakan kata-kat
Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k
"Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p
Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc
"Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka