"Aku dengar, ada banyak pembunuh yang muncul di Kota Limaran. Apa itu benar?""Itu bukan urusan kita!""Katanya, target para pembunuh itu adalah utusan dari beberapa kerajaan!""Ya iya, mana mungkin mereka menargetkan rakyat jelata seperti kita!"Semua orang sibuk membahas kejadian ini. Tidak ada yang perlu diherankan karena keributan yang terjadi memang cukup besar. Wajar jika para penduduk ini mengetahui ada insiden yang terjadi.Wira yang sudah memasuki rumah sakit segera bertanya, "Gimana kondisi Nona Leli?"Para staf di rumah sakit benar-benar sibuk. Semua dokter terkenal berkumpul di sini demi mengobati Leli. Salah satunya menghampiri Wira, lalu menyeka keringat di dahi dan berkata, "Kondisi Nona Leli masih belum termasuk stabil. Tikaman itu mengenai ginjalnya, jadi harus segera dijahit. Dia bisa bertahan atau nggak, semua tergantung hasil jahitannya."Wira mengangguk dan merasa makin cemas. Dia datang dari zaman modern sehingga tahu betapa pentingnya dokter di dunia ini. Operasi
Hanya saja, itu berarti semua rencana yang disusun mereka akan menjadi sia-sia. Proyek hidrolik terpaksa dihentikan dan para rakyat akan sengsara. Wira tidak ingin hal seperti ini terjadi."Aku merasa semua ini terlalu kebetulan," ujar Kusmanto yang menghampiri dengan ekspresi serius. Dia terus mengikuti Wira sejak tadi, tetapi masih belum mengutarakan pendapatnya. Bagaimanapun, semua sudah diatur dengan baik. Mereka hanya perlu menunggu hasil. Meskipun begitu, Kusmanto terus memikirkan proses penyerangan ini."Tuan Kusmanto, apa pendapatmu tentang masalah ini? Katakan saja langsung," ucap Wira. Mereka hanya bisa bertukar pikiran untuk sekarang. Dengan begini, mereka mungkin bisa segera menemukan petunjuk dan menangkap biang keroknya untuk terlepas dari kecurigaan."Semua orang yang berada di penginapan adalah bawahan kita. Yang bisa masuk dengan mudah dan menyerang utusan sudah pasti bukan orang biasa. Meskipun begitu, mereka nggak mungkin bisa menyelinap masuk tanpa ketahuan. Aku cur
"Nggak perlu, ini cuma luka luar." Harraz melambaikan tangannya, lalu menunjuk para prajurit di sampingnya dan menjelaskan, "Insiden itu terlalu mendadak. Aku nggak menguasai ilmu bela diri. Kalau bukan karena para prajurit ini, mungkin aku sudah terluka parah seperti Nona Leli. Sungguh menakutkan. Kenapa bisa terjadi insiden seperti ini?"Semua orang menatap Harraz tanpa berbicara. Jelas sekali, Harraz menyalahkan Wira atas peristiwa ini. Tidak peduli siapa biang keroknya, Wira tidak ingin melihat hasil seperti ini."Ehem, ehem." Doly berdeham, lalu menatap Harraz dan menghampirinya. Dia berkata, "Tuan, aku menguasai ilmu medis. Karena semua dokter sibuk mengobati Nona Leli, gimana kalau aku yang memeriksa kondisimu?"Ketika berbicara, Doly sudah menjulurkan tangannya. Akan tetapi, kedua prajurit di belakang Harraz sontak maju untuk mengadang Doly."Memangnya siapa kamu? Atas dasar apa kamu mengobati tuan kami? Sana, jangan ikut campur!" tegur kedua prajurit itu dengan galak. Harraz p
Begitu mendengarnya, amarah Nafis berkecamuk. Ketika dia hampir kehilangan kendali, Wira akhirnya maju dan menampar prajurit yang berbicara itu.Prajurit itu hendak membalas. Namun, begitu melihat orang di hadapannya adalah Wira, dia hanya bisa menahan diri dan tidak berani berkata-kata lagi.Bagaimanapun, tempat ini adalah Kota Limaran, wilayah kekuasaan Wira. Ciputra sekalipun harus menghormati Wira, mana mungkin dia berani memperbesar masalah. Akibatnya pasti sangat fatal, bahkan mereka mungkin tidak bisa meninggalkan Kota Limaran."Nafis adalah jenderalku sekaligus saudaraku. Kami sering duduk dan makan bersama. Siapa kamu? Atas dasar apa kamu bersanding dengannya dan berbicara lancang di sini?" bentak Wira yang murka.Wira seharusnya menjaga harga diri Harraz, tetapi prajurit ini benar-benar tidak tahu malu. Karena tidak tahan lagi, Wira baru turun tangan memberinya pelajaran."Ehem, ehem. Tuan Wira, maaf kalau para bawahanku ini sudah lancang." Harraz ingin mencairkan suasana. "S
"Kalau begitu, kita lawan saja! Memangnya kita harus takut pada mereka?" Nafis mendengus. Dia sama sekali tidak takut pada Kerajaan Beluana. Nafis bahkan ingin kembali ke medan perang untuk memberikan kontribusi. Dia tidak ingin terus menahan amarahnya seperti ini."Sekarang belum waktunya," ujar Wira sambil tersenyum. Setelah menenangkan Nafis, dia menatap Doly dan bertanya, "Kenapa kamu tiba-tiba ingin memeriksa luka Harraz tadi?"Perselisihan tadi disebabkan oleh Doly. Jika Doly tidak bersikeras ingin memeriksa luka Harraz, mana mungkin terjadi masalah seperti itu?Setelah ragu-ragu sesaat, Doly akhirnya mengutarakan isi pikirannya. "Aku merasa ada yang janggal dengan Harraz. Perut bawahnya terluka, tapi jalannya terlihat stabil. Dia nggak seperti orang yang mengalami cedera.""Jadi, aku curiga itu cuma luka luar dan nggak separah yang kita bayangkan. Masalahnya terletak di sini. Harraz tidak menguasai ilmu bela diri, sementara yang menyerangku dan Nona Leli adalah ahli bela diri. K
"Jangan lewatkan petunjuk apa pun. Kita harus memberi Nona Leli sebuah penjelasan!" perintah Wira. Nafis mengangguk. Ini adalah hal yang dinantikannya sejak tadi.Hingga dini hari, dokter baru keluar. Untungnya, mereka mendapat kabar baik. Meskipun Leli belum siuman, kondisinya sudah stabil sekarang. Selain itu, tidak ada gejala sisa akibat insiden ini.Setelah mendapat kabar ini, Wira dan lainnya baru pulang. Akan tetapi, penjagaan di rumah sakit ini tetap sangat ketat, bahkan dipimpin oleh Nafis.Hanya dalam semalam, ada begitu banyak masalah yang terjadi. Mereka harus berwaspada supaya situasi tidak memburuk.Keesokan pagi, Wira masih tidur karena bergadang semalam. Dia akhirnya terbangun karena ketukan pintu yang tergesa-gesa di luar. Dia mengucek matanya sambil berseru, "Masuk saja!"Nafis masuk. Ketika melihat ada noda darah di zirah Nafis, Wira langsung turun dari ranjang. Dengan ekspresi serius, dia bertanya, "Ada yang ingin membunuh Nona Leli?"Tidak boleh ada masalah yang ter
"Sepertinya ini agak berlebihan, 'kan?" Wira terkejut melihat penjagaan yang diatur Nafis. Dia melirik Nafis sambil tersenyum, lalu meneruskan, "Kamu nggak takut mereka bertindak nekat?"Nafis terkekeh-kekeh dan membalas, "Bukankah itu sesuai dengan keinginanku? Aku ingin sekali bertarung dengan Harraz, tapi nggak punya kesempatan. Kalau dia berani menantangku, aku akan menemaninya bermain dengan senang hati.""Sayangnya, pasukannya nggak banyak lagi. Kalau bersikeras melawan, dia cuma bakal mati. Aku bahkan sudah mempersiapkan mental untuk bunuh diri setelah membunuhnya. Dengan demikian, kamu bisa memberi Kerajaan Beluana penjelasan."Wira hanya tersenyum. Dia merasa tersentuh dengan ucapan Nafis. Nafis benar-benar memikirkan dirinya, sampai-sampai siap untuk berkorban.Harraz memang penasihat Kerajaan Beluana, tetapi Nafis jauh lebih bernilai daripadanya. Selain itu, Wira adalah orang yang menghargai suatu hubungan. Dia sudah menganggap Nafis sebagai saudara sendiri. Kalaupun Nafis m
"Selain itu, kita masih harus memberi penjelasan kepada Nona Leli. Meskipun Nona Leli sudah siuman, dia membutuhkan waktu supaya bisa beraktivitas normal kembali. Kalau masalah ini nggak diselidiki dengan baik, aku yang akan malu kepada Nona Leli," jelas Wira.Begitu mendengarnya, Harraz membelalakkan matanya. Ekspresinya berubah sedikit. Hanya saja, dia sudah bertahun-tahun menjadi pejabat sehingga pintar dalam menutupi perasaan emosinya.Harraz segera berekspresi normal. Dia menjilat bibirnya yang kering, lalu bertanya, "Leli benar-benar sudah siuman? Dia sudah melewat masa kritisnya?""Benar," sahut Wira.Tangan Harraz yang bersembunyi di bawah meja seketika terkepal erat. Dia mengira bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuh Leli. Meskipun Doly selamat, setidaknya Leli mati. Dengan demikian, Wira dan Kerajaan Nuala akan bermusuhan, lalu Kerajaan Beluana yang mendapatkan keuntungan.Harraz telah memperhitungkan semua ini, tetapi tidak menyangka Leli akan selamat. Kini, semua u
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa