"Kalau Tuan Wira begitu tertarik, aku hanya bisa mencobanya," kata Leli sambil memandang Nafis dengan tersenyum.Bukan hanya Nafis yang ingin menguji keterampilan memanah Leli, Leli juga ingin menguji Nafis. Nafis disebut sebagai pemanah terbaik di seluruh dunia dan tak terkalahkan saat berada di medan perang. Sepertinya, tidak ada orang yang bisa menandinginya, bahkan dijuluki sebagai pemanah legendaris yang selalu tepat sasaran. Nama Nafis menjadi terkenal setelah satu pertempuran.Sementara itu, keadaan di sembilan provinsi sudah kembali damai setelah Leli mulai menonjol, sehingga dia tidak memiliki kesempatan untuk bertarung dengan Nafis. Sekarang, Wira malah mengusulkan mereka untuk bertanding, ini benar-benar kesempatan baik untuknya. Dia tentu saja ingin menguji kemampuan Nafis."Baiklah. Kalau begitu, kita pindah ke tempat latihan saja."Seiring dengan suara tawa dari Wira, semua orang keluar dari ruangan itu dan menuju tempat latihan di Kota Limaran.Selalu ada pasukan yang di
Harus diakui, Wira benar-benar berniat baik, tetapi bagaimana mungkin Doly tidak memahami caranya ini."Swish!"Tepat saat keduanya sedang berbicara, terdengar suara angin yang kencang dan kedua orang yang berada di lapangan tembak itu sudah mulai memanah."Bagus!" teriak Wira.Nafis dan Leli berhasil mengenai tepat di tengah sasaran, benar-benar luar biasa. Keduanya terus memanah beberapa kali lagi, tetapi tetap sulit untuk menentukan pemenangnya.Pada tahap ini, Nafis tidak bisa meremehkan Leli lagi. Awalnya, dia berpikir Leli mendapatkan reputasinya itu karena hubungannya dengan Jihan. Semuanya hanya omong kosong belaka, bagaimana mungkin seorang wanita bisa memiliki kemampuan sehebat itu. Namun, setelah melihat kemampuan Leli secara langsung, dia baru menyadari kesalahannya. Siapa bilang wanita tidak bisa mengenakan zirah perang? Meskipun masih langka, bukan berarti tidak ada wanita seperti itu."Plak plak plak."Seiring dengan suara tepuk tangan, Wira sudah berjalan mendekati kedu
"Ini pertama kalinya aku melihat benda ini. Apa barang ini juga hasil penemuan Tuan Wira?" Doly mengambil senapan runduk itu dan memeriksanya dengan cermat, tetapi tidak menemukan petunjuk apa pun. Dia hanya tahu kualitas bahan senapan itu sangat bagus dan struktur dalamnya juga sangat halus. Tanpa cetak biru yang tepat, akan sangat sulit untuk membuat senapan yang sama hanya dengan melihatnya saja. Namun, jika bisa menggunakan senjata mematikan ini secara luas di militer, pasti akan meningkatkan kekuatan tempur pasukan."Senjata ini memang hasil penemuanku yang secara kebetulan. Jangan hanya lihat kekuatannya yang luar biasa, nggak semua orang bisa menggunakannya. Hanya orang yang ahli memanah yang bisa menggunakannya setelah berlatih sebentar dan memaksimalkan kemampuannya. Nafis juga berlatih selama empat bulan baru bisa menggunakannya seperti hari ini. Kalau Nona Leli ingin mencobanya, tentu saja boleh juga," kata Wira sambil tersenyum.Wira tidak melebih-lebihkan, kenyataannya mem
Doly akhirnya mengerti sekarang. Wira menyuruh mereka berduel bukan hanya untuk membuat Nafis terkenal, tetapi juga untuk memenangkan hati Leli. Senapan runduk memang hebat, tetapi Leli jauh lebih berharga."Doly, apa ada yang kamu inginkan? Kalian adalah tamu terhormatku, mana mungkin pulang dengan tangan kosong," ujar Wira sambil menatap Doly dengan tersenyum.Kedua orang ini adalah genius berbakat. Jika berhasil membuat Doly berdiri di pihaknya, Wira yang akan untung besar.Doly ragu-ragu sesaat sebelum menggeleng sambil membalas, "Tuan, terima kasih atas kebaikanmu. Tapi, aku nggak menginginkan apa pun. Kamu boleh mencari tahu sendiri, aku memang orang yang nggak memiliki hasrat duniawi. Baik itu uang ataupun wanita, aku sama sekali nggak peduli."Meskipun masih muda, Doly justru sangat bijaksana dan tidak kalah dari para pejabat tua, belum lagi kemampuan bela dirinya. Itu sebabnya, Senia sangat menyukainya."Kalau begitu, aku juga nggak akan memaksa. Kalian masih akan tinggal di s
"Hari ini adalah kesempatan terbaik. Aku dengar, mereka semua pergi ke lapangan tembak dan sempat berduel cukup lama. Mereka berdua pasti kelelahan. Setelah malam tiba, kalian menyelinap masuk ke kamar mereka dan habisi mereka. Ingat, kalau terjadi kesalahan, langsung kabur!" instruksi Harraz dengan sungguh-sungguh.Kedua ahli bela diri itu adalah pasukan siap mati yang dilatih oleh Harraz sendiri. Itu sebabnya, dia merasa sangat percaya diri sekarang.Setelah bertatapan, kedua ahli bela diri itu mengangguk. Harraz berkata, "Bagus, aku serahkan tugas ini kepada kalian. Kalau berhasil, aku akan meminta hadiah dari Raja nanti. Kalau gagal, kalian jangan membuatku repot. Langsung bunuh diri saja."Harus diakui bahwa metode Harraz ini sangat kejam. Namun, semua ini wajar jika dinilai dari aspek jabatan. Dia juga tidak ingin mengorbankan orang lain, tetapi ini adalah jalan satu-satunya. Dia harus membantu Ciputra menyingkirkan mara bahaya yang ada. Dengan demikian, Kerajaan Beluana baru bis
Wira sudah mengabaikan hal ini. Dia mengira Harraz masih ingin mempertimbangkan secara saksama, tetapi ternyata Harraz sudah memahami keuntungannya sejak awal, bahkan sudah mengirimkan surat kepada Ciputra.Lantas, kenapa Harraz terus mengulur waktu dan beralasan ingin mendiskusikannya dengan Ciputra dulu? Untuk sesaat, Wira tidak bisa menemukan jawabannya.Nafis berucap dengan spontan, "Apa mungkin dia punya rencana lain? Dari wajahnya saja, aku bisa menilai kalau dia punya niat jahat. Coba dibandingkan dengan Doly dan Leli, mereka berdua begitu berwibawa, nggak seperti Harraz. Kalau Tuan Wira nggak melarangku mengambil tindakan, aku pasti sudah membunuh pria berengsek itu."Wira mengerlingkan mata. Nafis sudah lama berteman dengan Danu dan Doddy sehingga mereka bertiga menjadi memiliki kemiripan. Yang ada di pikiran mereka hanya bertarung dan membunuh. Menyebalkan sekali."Uhuk, uhuk." Nafis terbatuk saat menyadari tatapan sinis Wira. Kemudian, dia tidak berani berkata-kata lagi."Bi
"Dasar berengsek! Aku nggak nyangka kamu punya senjata rahasia seperti itu. Sepertinya, aku sudah meremehkanmu," ujar ahli bela diri itu sambil mengernyit. Meskipun menghadapi tekanan besar dan tertembak, dia tetap menyerang dengan kejam. Hanya ada satu tujuan di dalam hatinya, yaitu menghabisi Leli."Siapa sebenarnya kamu? Kamu tahu tempat apa ini? Kamu tahu siapa aku? Berani sekali kamu menyerangku! Sudah bosan hidup, ya?" Suara Leli terdengar sangat dingin. Dia terus melancarkan serangan tanpa berani bersikap lalai sedikit pun.Leli hanya mengulur waktu. Dia tidak punya cara selain mengandalkan busur dan panahnya ini. Jika lawan berhasil tiba di hadapannya, akibatnya pasti akan sangat fatal. Ketika saat itu tiba, Leli hanya akan dihabisi musuh. Itu sebabnya, dia berharap bala bantuan dari Wira akan segera tiba."Untuk apa kamu basa-basi begini? Asalkan kamu menyerahkan diri, aku nggak akan menyiksamu kok. Kalau kamu masih terus menyerangku, aku bukan hanya akan membunuhmu, tapi juga
"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Nona Leli, kalian semua akan menanggung konsekuensinya!" seru Nafis.Para prajurit segera mengiakan, lalu mulai menyibukkan diri. Malam ini, semua orang ditakdirkan untuk tidak tidur.Ketika Nafis hendak pergi ke kamar Doly, dia kebetulan melihat Doly menghampirinya. Ada banyak noda darah di tubuh Doly, tetapi penampilannya masih gagah seperti tidak terluka sedikit pun.Doly yang memperhatikan tatapan Nafis pun berkata, "Ini bukan darahku, tapi darah pembunuh itu. Aku sudah menghabisinya. Aku awalnya ingin menangkapnya hidup-hidup, tapi serangannya benar-benar kejam. Meskipun sudah sekarat, dia masih mencoba membunuhku."Nafis mengangguk sambil menyahut, "Biarkan saja dia kalau memang sudah mati. Kami tetap bisa menyelidiki masalah ini hingga tuntas nanti. Kami akan membalaskan dendammu dan Leli."Ekspresi Doly sontak berubah. Dia bertanya, "Di mana Leli? Leli terluka? Apa lukanya sangat parah? Gimana keadaannya sekarang?"Nafis menuruni tangga sambil
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m