Thalia berpikir pasti karena dia sudah melakukan kesalahan, sehingga pemimpin Aliran Kegelapan berniat untuk menyuruhnya pergi mati. Dia tidak berani banyak berpikir dan menyuarakan keraguannya, hanya bisa menundukkan kepala dan tidak berbicara."Kenapa? Kamu nggak bersedia ya?" Pemimpin Aliran Kegelapan itu berbicara dengan nada yang tetap tenang, tidak terdengar emosi apa pun.Setelah ragu sejenak, Thalia segera menggelengkan kepala dan berkata, "Bukan begitu. Nyawaku adalah pemberianmu, aku akan melakukan apa pun yang kamu inginkan tanpa ragu. Aku nggak akan berani menentang keinginanmu. Hanya saja ...."Sebelum Thalia menyelesaikan perkataannya, pemimpin Aliran Kegelapan sepertinya sudah memahami pemikiran Thalia. "Aku tahu. Kamu khawatir Wira akan mempersulitmu dan kamu juga nggak punya cara untuk mendekatinya lagi, 'kan?"Tanpa banyak berpikir, Thalia langsung menganggukkan kepala karena memang seperti itu."Ini tergantung pada kemampuanmu sendiri. Aku harus menanamkan seorang ma
Huben memelototi Wira dan berbicara."Aku nggak perlu mengkhawatirkan ini lagi. Doddy sudah kembali ke Provinsi Lowala, mungkin kabarku akan segera tersebar. Orang-orang yang khawatir juga bisa tenang lagi. Kali ini, aku benar-benar sudah membuat kalian khawatir." Saat mengatakan itu, Wira menepuk bahu Huben.Tak lama kemudian, keduanya sudah memasuki aula.Setelah menuangkan secangkir teh, Wira menatap Huben kembali dan bertanya, "Oh ya. Bagaimana perkembangan proyek hidrolik di Kota Limaran? Nggak ada masalah besar selama aku nggak ada, 'kan?"Sejak tiba di Kota Limaran, selalu terjadi banyak masalah dan membuat Wira juga sangat kesibukan. Selain itu, empat keluarga besar juga terus membuat masalah dan menjadi ancaman tersembunyi. Jika Wira tidak turun tangan untuk menekan mereka, mungkin sampai sekarang pun Kota Limaran masih tidak bisa kembali damai."Tenang saja. Aku yang mengusulkan proyek hidrolik ini, aku tentu saja nggak akan membiarkannya bermasalah. Waktu yang terbuang karen
Hubungan Wira dengan Kerajaan Nuala dan Kerajaan Agrel masih cukup baik, mereka tentu saja tidak menolak permintaan Wira. Kata-kata Wira saat ini juga tidak terdengar seperti memerintah, melainkan sedang berunding dengan mereka. Selain itu, manfaatnya bukan hanya untuk Wira setelah proyek hidrolik ini selesai, tetapi juga untuk semua warga di dunia dan tiga kerajaan lainnya. Hanya dengan menjelaskan keuntungan dari proyek ini, kedua kerajaan ini pasti akan mengirim perwakilan mereka.Sementara itu, Kerajaan Beluana agak sulit. Namun sebelumnya, Ciputra sudah membuat masalah dengan Wira dan bahkan mencuri metode pembuatan Meriam Darmadi dengan trik yang kotor, dia tentu saja utang budi pada Wira. Bahkan Jenderal Bhurek dan para pasukannya juga hampir saja konflik dengan Wira. Dengan adanya semua masalah ini, mereka tentu saja tidak berani menolak untuk datang.Selain itu, jika tiga kerajaan lainnya benar-benar menyelesaikan proyek hidrolik, Kerajaan Beluana tentu saja harus melakukannya
Sekarang, pemuda ini telah menjadi Doly Guritno, padahal sebelumnya dia hanya salah seorang prajurit di kemah ketiga. Ini benar-benar reputasi yang luar biasa. Terkadang, tidak ada yang bisa menghalanginya jika keberuntungan datang.Wira kembali menatap pada Leli. "Aku juga sudah mendengar tentang reputasi Nona Leli. Belakangan ini, Nona Leli menjadi terkenal di ibu kota. Bukan hanya mahir dalam puisi dan sastra, Nona bahkan ahli dalam seni teh dan ilmu bela diri. Bisa dibilang, berbakat dalam berbagai bidang. Keluarga Barus bisa punya keturunan yang begitu unggul, benar-benar membuat orang iri."Leli memiliki bakat dan kecantikan yang benar-benar luar biasa. Sebelum bertemu dengan Leli, Wira sudah mendengar beberapa kabar tentang Leli. Saat itu, dia hanya menganggap Leli sebagai seorang wanita yang sangat berbakat saja. Bagaimanapun juga, ada begitu banyak warga berbakat di negara ini, tentu saja akan ada beberapa orang yang luar biasa. Sayangnya, sekarang bukan masa perang dan bukan
Setelah pesta selesai, semua orang kembali ke kamar masing-masing lebih awal.Tiga hari kemudian, perdana menteri kanan dari Kerajaan Beluana, Harraz, tiba terlambat diikuti dengan rombongan yang berjumlah ratusan pasukan. Alasannya adalah untuk melindungi keamanannya, tetapi semua orang tahu dia hanya mewaspadai Wira saja. Sayangnya, jika Wira benar-benar berniat membunuhnya, hanya ratusan orang ini saja tidak mungkin bisa melindunginya. Sungguh konyol!Semua orang sudah berkumpul di aula. Ratusan orang yang mengikuti Harraz diatur untuk menginap di sebuah penginapan, tetapi masih ada pria berseragam di belakangnya. Melihat kening keduanya yang menonjol, bisa ditebak bahwa mereka adalah ahli yang luar biasa dan juga pengawal pribadi Harrraz."Tuan Wira, sudah lama nggak bertemu, kamu tetap terlihat penuh semangat," kata Harraz sambil tertawa, lalu menatap Wira sambil melirik Doly dan Leli. Keadaan di sembilan provinsi sudah kembali tenang, tetapi kerajaan-kerajaan ini masih diam-diam
"Kami nggak keberatan," kata Doly dan Leli setelah saling memandang sebentar.Wira menatap Harraz. "Bagaimana dengan Tuan Harraz?""Aku ...."Setelah ragu sejenak, Harraz mengalihkan pandangannya dan menghela napas panjang. "Tuan Wira harusnya juga tahu. Meskipun aku adalah perdana menteri kanan di Kerajaan Beluana, masih ada perdana menteri kiri lagi yang setara denganku. Raja sudah menyerahkan kekuasaan pada kami, tapi kita berdua harus saling berunding. Apa Tuan Wira boleh memberiku waktu beberapa hari untuk menulis surat pada perdana menteri kiri dan membuat keputusan?"Jelas Harraz hanya berusaha menunda-nunda waktu. Dia sudah datang ke sini, berarti orang-orang dari Kerajaan Beluana sudah setuju dengan keputusannya. Jika tidak, dia tidak akan datang sendirian. Bagaimanapun juga, dia memiliki kedudukan yang tinggi, akan mengejutkan seluruh negara jika terjadi sesuatu padanya.Namun, Wira juga tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Harraz."Tuan Harraz sudah berbicara sep
"Kalau Tuan Wira begitu tertarik, aku hanya bisa mencobanya," kata Leli sambil memandang Nafis dengan tersenyum.Bukan hanya Nafis yang ingin menguji keterampilan memanah Leli, Leli juga ingin menguji Nafis. Nafis disebut sebagai pemanah terbaik di seluruh dunia dan tak terkalahkan saat berada di medan perang. Sepertinya, tidak ada orang yang bisa menandinginya, bahkan dijuluki sebagai pemanah legendaris yang selalu tepat sasaran. Nama Nafis menjadi terkenal setelah satu pertempuran.Sementara itu, keadaan di sembilan provinsi sudah kembali damai setelah Leli mulai menonjol, sehingga dia tidak memiliki kesempatan untuk bertarung dengan Nafis. Sekarang, Wira malah mengusulkan mereka untuk bertanding, ini benar-benar kesempatan baik untuknya. Dia tentu saja ingin menguji kemampuan Nafis."Baiklah. Kalau begitu, kita pindah ke tempat latihan saja."Seiring dengan suara tawa dari Wira, semua orang keluar dari ruangan itu dan menuju tempat latihan di Kota Limaran.Selalu ada pasukan yang di
Harus diakui, Wira benar-benar berniat baik, tetapi bagaimana mungkin Doly tidak memahami caranya ini."Swish!"Tepat saat keduanya sedang berbicara, terdengar suara angin yang kencang dan kedua orang yang berada di lapangan tembak itu sudah mulai memanah."Bagus!" teriak Wira.Nafis dan Leli berhasil mengenai tepat di tengah sasaran, benar-benar luar biasa. Keduanya terus memanah beberapa kali lagi, tetapi tetap sulit untuk menentukan pemenangnya.Pada tahap ini, Nafis tidak bisa meremehkan Leli lagi. Awalnya, dia berpikir Leli mendapatkan reputasinya itu karena hubungannya dengan Jihan. Semuanya hanya omong kosong belaka, bagaimana mungkin seorang wanita bisa memiliki kemampuan sehebat itu. Namun, setelah melihat kemampuan Leli secara langsung, dia baru menyadari kesalahannya. Siapa bilang wanita tidak bisa mengenakan zirah perang? Meskipun masih langka, bukan berarti tidak ada wanita seperti itu."Plak plak plak."Seiring dengan suara tepuk tangan, Wira sudah berjalan mendekati kedu
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala