Tidak ada seorang pun dari semua yang duduk di kedua sisi itu yang berbicara. Bahkan ada beberapa orang yang menunjukkan ekspresi menghina, jelas siap untuk melihat kegagalan Prakasa.Sebagai pemimpin dari empat pelindung utama, Prakasa tentu saja sombong dan keras kepala. Di Aliran Kegelapan, dia memiliki posisi tertinggi kedua setelah pemimpin dan memimpin ribuan orang. Sayangnya, kali ini dia sudah membuat pemimpin Aliran Kegelapan kecewa, sehingga dia hanya bisa berdiri di tempat dengan diam dan menunggu makian dari yang lainnya."Kali ini memang kesalahanku, tapi orang-orang di sekitar Wira itu terlalu ganas. Mereka tetap nggak mau menyerah padahal sudah berada di ujung tanduk, bahkan masih menyerang kita beberapa kali dengan ganas. Meskipun begitu, kita tetap bisa membunuh Wira kalau bantuannya nggak tiba-tiba datang," kata Prakasa yang masih berusaha membela dirinya.Prakasa adalah pemimpin dari empat pelindung utama dan banyak orang di Aliran Kegelapan ini mengincar posisinya.
Thalia berpikir pasti karena dia sudah melakukan kesalahan, sehingga pemimpin Aliran Kegelapan berniat untuk menyuruhnya pergi mati. Dia tidak berani banyak berpikir dan menyuarakan keraguannya, hanya bisa menundukkan kepala dan tidak berbicara."Kenapa? Kamu nggak bersedia ya?" Pemimpin Aliran Kegelapan itu berbicara dengan nada yang tetap tenang, tidak terdengar emosi apa pun.Setelah ragu sejenak, Thalia segera menggelengkan kepala dan berkata, "Bukan begitu. Nyawaku adalah pemberianmu, aku akan melakukan apa pun yang kamu inginkan tanpa ragu. Aku nggak akan berani menentang keinginanmu. Hanya saja ...."Sebelum Thalia menyelesaikan perkataannya, pemimpin Aliran Kegelapan sepertinya sudah memahami pemikiran Thalia. "Aku tahu. Kamu khawatir Wira akan mempersulitmu dan kamu juga nggak punya cara untuk mendekatinya lagi, 'kan?"Tanpa banyak berpikir, Thalia langsung menganggukkan kepala karena memang seperti itu."Ini tergantung pada kemampuanmu sendiri. Aku harus menanamkan seorang ma
Huben memelototi Wira dan berbicara."Aku nggak perlu mengkhawatirkan ini lagi. Doddy sudah kembali ke Provinsi Lowala, mungkin kabarku akan segera tersebar. Orang-orang yang khawatir juga bisa tenang lagi. Kali ini, aku benar-benar sudah membuat kalian khawatir." Saat mengatakan itu, Wira menepuk bahu Huben.Tak lama kemudian, keduanya sudah memasuki aula.Setelah menuangkan secangkir teh, Wira menatap Huben kembali dan bertanya, "Oh ya. Bagaimana perkembangan proyek hidrolik di Kota Limaran? Nggak ada masalah besar selama aku nggak ada, 'kan?"Sejak tiba di Kota Limaran, selalu terjadi banyak masalah dan membuat Wira juga sangat kesibukan. Selain itu, empat keluarga besar juga terus membuat masalah dan menjadi ancaman tersembunyi. Jika Wira tidak turun tangan untuk menekan mereka, mungkin sampai sekarang pun Kota Limaran masih tidak bisa kembali damai."Tenang saja. Aku yang mengusulkan proyek hidrolik ini, aku tentu saja nggak akan membiarkannya bermasalah. Waktu yang terbuang karen
Hubungan Wira dengan Kerajaan Nuala dan Kerajaan Agrel masih cukup baik, mereka tentu saja tidak menolak permintaan Wira. Kata-kata Wira saat ini juga tidak terdengar seperti memerintah, melainkan sedang berunding dengan mereka. Selain itu, manfaatnya bukan hanya untuk Wira setelah proyek hidrolik ini selesai, tetapi juga untuk semua warga di dunia dan tiga kerajaan lainnya. Hanya dengan menjelaskan keuntungan dari proyek ini, kedua kerajaan ini pasti akan mengirim perwakilan mereka.Sementara itu, Kerajaan Beluana agak sulit. Namun sebelumnya, Ciputra sudah membuat masalah dengan Wira dan bahkan mencuri metode pembuatan Meriam Darmadi dengan trik yang kotor, dia tentu saja utang budi pada Wira. Bahkan Jenderal Bhurek dan para pasukannya juga hampir saja konflik dengan Wira. Dengan adanya semua masalah ini, mereka tentu saja tidak berani menolak untuk datang.Selain itu, jika tiga kerajaan lainnya benar-benar menyelesaikan proyek hidrolik, Kerajaan Beluana tentu saja harus melakukannya
Sekarang, pemuda ini telah menjadi Doly Guritno, padahal sebelumnya dia hanya salah seorang prajurit di kemah ketiga. Ini benar-benar reputasi yang luar biasa. Terkadang, tidak ada yang bisa menghalanginya jika keberuntungan datang.Wira kembali menatap pada Leli. "Aku juga sudah mendengar tentang reputasi Nona Leli. Belakangan ini, Nona Leli menjadi terkenal di ibu kota. Bukan hanya mahir dalam puisi dan sastra, Nona bahkan ahli dalam seni teh dan ilmu bela diri. Bisa dibilang, berbakat dalam berbagai bidang. Keluarga Barus bisa punya keturunan yang begitu unggul, benar-benar membuat orang iri."Leli memiliki bakat dan kecantikan yang benar-benar luar biasa. Sebelum bertemu dengan Leli, Wira sudah mendengar beberapa kabar tentang Leli. Saat itu, dia hanya menganggap Leli sebagai seorang wanita yang sangat berbakat saja. Bagaimanapun juga, ada begitu banyak warga berbakat di negara ini, tentu saja akan ada beberapa orang yang luar biasa. Sayangnya, sekarang bukan masa perang dan bukan
Setelah pesta selesai, semua orang kembali ke kamar masing-masing lebih awal.Tiga hari kemudian, perdana menteri kanan dari Kerajaan Beluana, Harraz, tiba terlambat diikuti dengan rombongan yang berjumlah ratusan pasukan. Alasannya adalah untuk melindungi keamanannya, tetapi semua orang tahu dia hanya mewaspadai Wira saja. Sayangnya, jika Wira benar-benar berniat membunuhnya, hanya ratusan orang ini saja tidak mungkin bisa melindunginya. Sungguh konyol!Semua orang sudah berkumpul di aula. Ratusan orang yang mengikuti Harraz diatur untuk menginap di sebuah penginapan, tetapi masih ada pria berseragam di belakangnya. Melihat kening keduanya yang menonjol, bisa ditebak bahwa mereka adalah ahli yang luar biasa dan juga pengawal pribadi Harrraz."Tuan Wira, sudah lama nggak bertemu, kamu tetap terlihat penuh semangat," kata Harraz sambil tertawa, lalu menatap Wira sambil melirik Doly dan Leli. Keadaan di sembilan provinsi sudah kembali tenang, tetapi kerajaan-kerajaan ini masih diam-diam
"Kami nggak keberatan," kata Doly dan Leli setelah saling memandang sebentar.Wira menatap Harraz. "Bagaimana dengan Tuan Harraz?""Aku ...."Setelah ragu sejenak, Harraz mengalihkan pandangannya dan menghela napas panjang. "Tuan Wira harusnya juga tahu. Meskipun aku adalah perdana menteri kanan di Kerajaan Beluana, masih ada perdana menteri kiri lagi yang setara denganku. Raja sudah menyerahkan kekuasaan pada kami, tapi kita berdua harus saling berunding. Apa Tuan Wira boleh memberiku waktu beberapa hari untuk menulis surat pada perdana menteri kiri dan membuat keputusan?"Jelas Harraz hanya berusaha menunda-nunda waktu. Dia sudah datang ke sini, berarti orang-orang dari Kerajaan Beluana sudah setuju dengan keputusannya. Jika tidak, dia tidak akan datang sendirian. Bagaimanapun juga, dia memiliki kedudukan yang tinggi, akan mengejutkan seluruh negara jika terjadi sesuatu padanya.Namun, Wira juga tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Harraz."Tuan Harraz sudah berbicara sep
"Kalau Tuan Wira begitu tertarik, aku hanya bisa mencobanya," kata Leli sambil memandang Nafis dengan tersenyum.Bukan hanya Nafis yang ingin menguji keterampilan memanah Leli, Leli juga ingin menguji Nafis. Nafis disebut sebagai pemanah terbaik di seluruh dunia dan tak terkalahkan saat berada di medan perang. Sepertinya, tidak ada orang yang bisa menandinginya, bahkan dijuluki sebagai pemanah legendaris yang selalu tepat sasaran. Nama Nafis menjadi terkenal setelah satu pertempuran.Sementara itu, keadaan di sembilan provinsi sudah kembali damai setelah Leli mulai menonjol, sehingga dia tidak memiliki kesempatan untuk bertarung dengan Nafis. Sekarang, Wira malah mengusulkan mereka untuk bertanding, ini benar-benar kesempatan baik untuknya. Dia tentu saja ingin menguji kemampuan Nafis."Baiklah. Kalau begitu, kita pindah ke tempat latihan saja."Seiring dengan suara tawa dari Wira, semua orang keluar dari ruangan itu dan menuju tempat latihan di Kota Limaran.Selalu ada pasukan yang di
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa