Share

Bab 1880

Author: Arif
"Semuanya harus lebih waspada."

Biantara menganggukkan kepala.

"Oh ya. Kali ini kamu pergi ke Kota Hantu juga harus lebih hati-hati. Kata-kata Thalia boleh dipercaya, tapi nggak boleh percaya sepenuhnya. Kota Hantu mungkin benar-benar bukan tempat yang aman. Kalau ada masalah yang sulit, ingat diskusi denganku dan jangan bertindak gegabah," instruksi Wira pada Biantara. Biantara adalah tangan kanannya, dia tentu saja tidak ingin ada masalah terjadi padanya. Jika tidak, dia juga akan merasa gelisah.

Pada sore itu, Biantara langsung pergi ke Kota Hantu, sedangkan Wira kembali ke tempat tinggalnya.

Melihat kedatangan Wira, Wulan yang sudah menunggu lama langsung mendekat sambil tersenyum ceria, lalu memeluk tangan Wira dan berkata, "Aku sudah dengar kesibukanmu selama dua hari ini. Apa kamu akan mencari seorang istri lagi?"

Ekspresi Wira langsung menjadi canggung. Siapa yang begitu kepo sampai memberi tahu Wulan semua hal ini? Namun, dia pergi ke tempat pelacur bukan untuk dirinya sendiri
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Frederic
darma kemana
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1881

    Pada pukul tiga subuh, Wira dan Wulan masih berbaring di tempat tidur saat terdengar suara ketukan pintu yang tergesa-gesa dari luar."Tuan, ada masalah besar! Cepat keluar!" kata Yusup dengan nada cemas dan terus mengetuk pintu kamar. Biasanya, dia adalah orang yang berhati-hati dan selalu mempertimbangkan segalanya dengan cermat. Inilah yang membuatnya dianggap lemah dan tidak berguna, sehingga Kota Limaran tidak diurus dengan baik dan empat keluarga besar juga mendominasinya. Sekarang dia inisiatif mencari Wira begitu pagi dan mengganggu tidurnya, berarti pasti ada masalah besar yang terjadi.Wira merenggangkan pinggangnya dan mengenakan pakaiannya, lalu membuka pintu kamar dan menatap Yusup. Melihat ekspresi Yusup yang cemas, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Apa langit sudah runtuh ya?"Bagaimanapun juga, Yusup pernah menjabat sebagai gubernur Kota Limaran, ekspresinya tentu saja harus tenang dalam situasi apa pun. Jika tidak, dia tidak akan bisa mengendalikan situasinya saat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1882

    Jelas hanya sebuah omong kosong. Kepercayaan terhadap dewa ini hanya kepercayaan spiritual manusia saja. Dewa itu ada jika seseorang memercayainya dan sebaliknya. Semua yang ada di dunia ini memiliki dasar ilmiah dan logikanya sendiri. Jika dewa itu benar-benar ada dan memiliki kekuatan seperti ini, mengapa ada begitu banyak pengungsi di seluruh dunia?"Omong kosong!" marah Wira yang membuat Yusup segera berhenti berbicara lebih lanjut."Ini pasti ulah seseorang. Mungkin juga, benar-benar ada wabah yang menyebar, jadi situasinya menjadi seperti sekarang ini. Kita akan bahas lagi setelah aku tiba di sana." Setelah mengatakan itu, Wira memejamkan matanya dan tidak berbicara dengan Yusup lagi agar tidak emosi.Sementara itu, Yusup merasa bingung. Dia sudah pernah mendengar tentang berbagai penyakit, tetapi belum pernah mendengar tentang wabah. Apakah wabah ini sangat langka? Melihat Wira tidak memedulikannya lagi, dia menyeka keringat dingin di keningnya, lalu tidak berani berbicara lagi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1883

    "Menurutku, dalam situasi seperti ini, yang pertama harus kita pikirkan adalah kepentingan siapa yang akan terpengaruh setelah kita membuat proyek hidrolik ini. Kalau nggak ada kerugiannya, orang itu nggak akan melakukan hal ini. Dengan begini, kita akan segera menemukan arah yang tepat."Huben memang orang berbakat yang diinginkan semua orang. Setelah mendengar perkataannya, Wira langsung mendapat sebuah pencerahan."Begini saja. Sekarang kita bagi menjadi dua langkah. Pertama, aku akan menyuruh Yusup untuk menyelidiki semalam siapa yang diam-diam mendekati sumur. Dengan begitu, kita bisa segera mengetahui keberadaan pelakunya dan mendapatkan informasi darinya. Kedua, kita juga harus pergi ke kota untuk menyelidiki siapa yang dirugikan oleh proyek ini agar bisa segera menemukan arah yang tepat. Sekarang, yang paling penting adalah menenangkan hati rakyat. Kalau kita nggak bisa memberi sebuah jawaban yang puas, mungkin mereka akan pakai cerita kuil dewa itu untuk mogok kerja. Ini hanya

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1884

    Wira menatap Huben dan bertanya. Dia juga mendengar beberapa informasi tentang Kota Limaran dari Biantara, tetapi hanya sedikit. Ada empat keluarga besar di Kota Limaran, termasuk Keluarga Abizar dan Keluarga Oesman. Meskipun kedua keluarga itu bukan keluarga yang terbesar, mereka juga memiliki posisi yang penting di Kota Limaran."Apa Tuan tahu tentang bisnis Keluarga Oesman?" tanya Huben."Dari laporan Biantara, Keluarga Oesman terlibat dalam bisnis transportasi darat. Konon, kepala Keluarga Oesman, Raju, membangun bisnisnya dari sebuah gerobak saja, lalu terus berkembang menjadi bisnis besar seperti sekarang ini."Setelah mengatakan itu, Wira tiba-tiba menepuk kepalanya dan segera menyadari hal yang sudah diabaikannya yaitu bisnis transportasi darat. Setelah proyek hidrolik selesai, mereka akan kehilangan keuntungan mereka. Oleh karena itu, mereka memang orang yang paling ingin menghancurkan proyek ini."Tuan Huben benar-benar cerdas!" tambah Wira dengan cepat.Huben menggelengkan k

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1885

    "Kalau nggak mau mati, cepat minggir." Wira menatap kedua pengawal di depannya itu dengan dingin sambil meniup asap hitam yang keluar dari senapannya.Setelah saling memandang, kedua pengawal itu segera memberi jalan kepada Wira dan tidak berani terus menghalanginya lagi. Mereka tidak pernah melihat senjata tersembunyi yang begitu hebat. Jika tertembak, mungkin nyawa mereka akan hilang.Wira dan Huben melangkah masuk ke kediaman Keluarga Oesman dengan santai. Dalam sekejap, mereka sudah berada di dalam halaman kediaman itu.Suara di luar gerbang sudah menyebabkan keributan, sehingga satu per satu anggota Keluarga Oesman berkumpul. Saat ini, mereka sedang berada di halaman dengan ekspresi yang sangat muram. Wira dan Huben juga sudah dikelilingi mereka."Panggil kepala keluarga kalian keluar untuk bertemu denganku," kata Wira dengan tenang.Beberapa saat kemudian, semua orang yang berada di tempat itu mulai mundur dan terlihat seorang pria yang mengenakan jubah sutra keluar dari kerumuna

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1886

    Raju sudah bertemu banyak tokoh besar sehingga jauh lebih peka. Ketika Raju masih memikirkan semua ini, Wira tiba-tiba menjulurkan tangan dan menepuk bahunya. Tindakan ini sontak membuat kakak beradik Keluarga Oesman kesal."Sialan, cepat singkirkan tanganmu darinya!" Seto terkenal pemarah. Di Kota Limaran, semua orang tahu karakternya. Para keturunan 3 keluarga besar bahkan tidak berani melawannya secara terang-terangan. Bagaimanapun, Seto bukan hanya galak, tetapi juga kuat. Orang biasa akan sulit untuk mendekatinya."Kamu benar-benar nggak mengenalku?" tanya Wira sembari menatap Raju lekat-lekat. Meskipun nada bicaranya terdengar tidak acuh, tekanan yang dirasakan lawan bicaranya justru begitu kuat.Raju tanpa sadar menggeleng. Dia terus berpikir apakah dirinya pernah melihat Wira atau tidak. Akan tetapi, dia benar-benar tidak merasa dirinya pernah bertemu dengan Wira."Keluarga Oesman benar-benar sombong. Orang yang nggak tahu apa-apa mungkin mengira Kota Limaran ini sudah menjadi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1887

    Sayangnya, Aariz sama sekali tidak memedulikannya, melainkan berlari ke hadapan Wira dengan cepat dan memasang ekspresi menyanjung.Ini adalah kesempatan besar baginya. Asalkan berhasil mendekatkan hubungan dengan Wira, Aariz yakin Keluarga Abizar bisa menjatuhkan Keluarga Oesman. Lagi pula, tindakan Keluarga Oesman ini sudah keterlaluan."Aariz, kamu nggak mendengar ucapan ayahku? Untuk apa berpura-pura tuli di sini?" tegur Seto saat melihat Aariz bersikap tidak sopan kepada ayahnya.Huben yang berdiri di samping Wira hampir tertawa melihat situasi ini. Aariz dan Raju sama-sama merupakan genius. Mereka mengandalkan kemampuan sendiri untuk membangun industri keluarga besar masing-masing, bahkan mengukuhkan posisi mereka di Kota Limaran.Sayangnya, keturunan keduanya tidak memiliki kemampuan seperti mereka. Bahkan, bisa dibilang keturunan mereka benar-benar tidak berguna!"Seto, aku biasanya sangat bersabar padamu. Tapi, kamu malah menegur ayahku seperti ini? Benar-benar kurang ajar! Ha

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1888

    Seketika, Raju merasa kedua kakinya melemas. Dia kehilangan keseimbangan sehingga berlutut ke tanah."Ka ... kamu Wira!" Meskipun tidak pernah bertemu, Raju tahu bahwa Wira memiliki senjata rahasia. Hanya Wira yang memiliki senjata seperti itu.Raju akhirnya mengerti alasan Keluarga Abizar buru-buru kemari untuk menyanjung. Ternyata, ini karena mereka ingin meninggalkan kesan baik di hati Wira. Raju ingin sekali menampar diri sendiri, kenapa dirinya bisa sebodoh ini?"Bocah, apa yang kamu pegang itu? Petasan, ya?" Seto tidak memperhatikan perubahan ekspresi ayahnya sehingga masih berani bertanya dengan lancang.Begitu mendengarnya, sebagian besar anggota Keluarga Oesman pun tertawa. Wira bergumam lirih, "Kalian akan menangis sebentar lagi.""Kurang ajar! Tutup mulut busukmu itu! Cepat berlutut dan minta maaf kepada Tuan Wira!" Raju sontak membentak Seto. Bagaimana bisa dia punya putra sebodoh ini? Apa Seto tidak bisa melihat bahwa dirinya telah berlutut? Bocah ini masih berani bicara l

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3108

    Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3107

    Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3106

    Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3105

    Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3104

    Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3103

    Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3102

    Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3101

    Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3100

    Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status