"Aku ingin lihat apa dia akan bungkam atau trikku yang berhasil." Meskipun Thalia adalah seorang yatim piatu, Wira juga harus mencari cara untuk membuka mulut Thalia. Dia tidak akan menyerah sampai mencapai tujuannya. Dalam sekejap, dia dan Biantara sudah menuju ke luar kota.Di depan kuil kota, Thalia sedang duduk di depan api unggun untuk menghangatkan diri dan juga memikirkan rencana selanjutnya. Dia bisa datang ke Kota Limaran ini karena perintah dari para atasan di Aliran Kegelapan untuk berbaur dengan musuh agar bisa menyusup ke dalam Provinsi Lowala dengan lancar.Para pengikut Aliran Kegelapan akhirnya menyusup ke wilayah Wira bukan hanya karena wilayahnya lebih kecil, tetapi terlebih lagi karena Wira sulit untuk dihadapi dan sangat cerdas. Begitu Wira mengetahui jejak mereka, Wira akan mengikuti jejak itu dan akan membawa masalah besar bagi mereka. Kenyataannya memang seperti itu. Wira baru saja menyelidiki jejak pengikut aliran mereka, tak disangka Wira sudah langsung menemuk
"Kamu benar-benar orang yang licik dan nggak tahu malu!" Bagaimana mungkin Thalia tidak mengerti maksud di balik perkataan Wira. Dia langsung terkejut hingga wajahnya pucat dan segera berteriak. Meskipun dia tinggal di rumah pelacur, dia hanya menjual bakatnya. Dia selalu menjaga kesucian dirinya dan tidak pernah membiarkan pria mana pun menyentuhnya. Namun tak disangka, Wira malah menggunakan hal ini untuk mengancamnya, sungguh sangat keji. Mengapa sebelumnya dia tidak menyadari Wira adalah orang yang begitu keji?"Kamu nggak pantas menjadi penguasa kerajaan! Dasar bajingan berengsek! Bunuh saja aku! Mempermalukan wanita seperti ini, apa kamu masih menganggap dirimu seorang pria sejati? Kalau kabar ini tersebar, nggak baik untuk reputasimu juga, 'kan?" teriak Thalia secara terus-menerus, berusaha sebisa mungkin untuk mengubah pemikiran Wira.Sayangnya, Wira malah tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan berkata sambil menyilangkan lengannya, "Menghadapi orang yang berbeda, tentu saja ha
Dalam sekejap, Wira memerintah agen jaringan mata-matanya mundur ke samping terlebih dahulu, lalu dia berjongkok di depan Thalia.Wira tersenyum dan berkata dengan tegas, "Apa kamu pikir kamu berhak untuk bernegosiasi persyaratan denganku? Sekarang kamu sudah kutangkap. Asalkan kamu melakukan apa yang kuminta, aku akan menjamin keselamatanmu dan juga melindungimu agar nggak ditindas orang lain. Tapi, kalau kamu masih berani bernegosiasi persyaratan denganku, kamu akan lihat seberapa kejam diriku. Jangan salahkan aku nggak memperingatkanmu. Begitu kamu menyentuh batasanku, kesabaranku akan menghilang dan kamu sudah bisa menebak akibatnya. Kamu pasti akan menyesal."Melihat tatapan Wira yang tulus, Thalia hanya ingin membunuhnya. Mengapa dia bisa berurusan dengan setan ini? Sungguh sial!"Baiklah. Kamu setidaknya lepaskan aku dulu. Kamu mengurungku di jaring seperti ini, aku merasa sangat nggak nyaman," kata Thalia sambil mengernyitkan alis.Wira mengambil sebuah pisau dari agen jaringan
"Aku akan memberitahumu, kenapa harus begitu kasar padaku? Aku ini seorang wanita, apa kamu nggak bisa lebih lembut terhadapku?"Setelah mengatakan itu, Thalia mengalihkan pandangannya pada Wira dan berkata dengan gaya yang menawan, "Apa kamu tahu di wilayah barat ada sebuah kota yang disebut Kota Hantu?""Kota Hantu?" Wira menggelengkan kepala karena dia belum pernah mendengar nama kota ini, tetapi dia menoleh ke arah Biantara yang berada di sampingnya. Sebagai kepala jaringan mata-mata, Biantara menguasai semua informasi di dunia ini. Jika Biantara pun tidak tahu tempat ini, berarti tempat ini memang sangat terpencil. Tentu saja ada kemungkinan yang lain juga, yaitu Thalia sengaja menipu mereka dan semua ini hanya tipuan belaka.Biantara berjalan ke samping Wira dan berbisik, "Aku tahu Kota Hantu ini. Dulu kota ini bukan bernama Kota Hantu dan punya namanya sendiri. Beberapa tahun lalu, ada banyak orang yang mati kelaparan di sana dan ada rumor bahwa mereka sering mendengar tangisan
"Semuanya harus lebih waspada."Biantara menganggukkan kepala."Oh ya. Kali ini kamu pergi ke Kota Hantu juga harus lebih hati-hati. Kata-kata Thalia boleh dipercaya, tapi nggak boleh percaya sepenuhnya. Kota Hantu mungkin benar-benar bukan tempat yang aman. Kalau ada masalah yang sulit, ingat diskusi denganku dan jangan bertindak gegabah," instruksi Wira pada Biantara. Biantara adalah tangan kanannya, dia tentu saja tidak ingin ada masalah terjadi padanya. Jika tidak, dia juga akan merasa gelisah.Pada sore itu, Biantara langsung pergi ke Kota Hantu, sedangkan Wira kembali ke tempat tinggalnya.Melihat kedatangan Wira, Wulan yang sudah menunggu lama langsung mendekat sambil tersenyum ceria, lalu memeluk tangan Wira dan berkata, "Aku sudah dengar kesibukanmu selama dua hari ini. Apa kamu akan mencari seorang istri lagi?"Ekspresi Wira langsung menjadi canggung. Siapa yang begitu kepo sampai memberi tahu Wulan semua hal ini? Namun, dia pergi ke tempat pelacur bukan untuk dirinya sendiri
Pada pukul tiga subuh, Wira dan Wulan masih berbaring di tempat tidur saat terdengar suara ketukan pintu yang tergesa-gesa dari luar."Tuan, ada masalah besar! Cepat keluar!" kata Yusup dengan nada cemas dan terus mengetuk pintu kamar. Biasanya, dia adalah orang yang berhati-hati dan selalu mempertimbangkan segalanya dengan cermat. Inilah yang membuatnya dianggap lemah dan tidak berguna, sehingga Kota Limaran tidak diurus dengan baik dan empat keluarga besar juga mendominasinya. Sekarang dia inisiatif mencari Wira begitu pagi dan mengganggu tidurnya, berarti pasti ada masalah besar yang terjadi.Wira merenggangkan pinggangnya dan mengenakan pakaiannya, lalu membuka pintu kamar dan menatap Yusup. Melihat ekspresi Yusup yang cemas, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Apa langit sudah runtuh ya?"Bagaimanapun juga, Yusup pernah menjabat sebagai gubernur Kota Limaran, ekspresinya tentu saja harus tenang dalam situasi apa pun. Jika tidak, dia tidak akan bisa mengendalikan situasinya saat
Jelas hanya sebuah omong kosong. Kepercayaan terhadap dewa ini hanya kepercayaan spiritual manusia saja. Dewa itu ada jika seseorang memercayainya dan sebaliknya. Semua yang ada di dunia ini memiliki dasar ilmiah dan logikanya sendiri. Jika dewa itu benar-benar ada dan memiliki kekuatan seperti ini, mengapa ada begitu banyak pengungsi di seluruh dunia?"Omong kosong!" marah Wira yang membuat Yusup segera berhenti berbicara lebih lanjut."Ini pasti ulah seseorang. Mungkin juga, benar-benar ada wabah yang menyebar, jadi situasinya menjadi seperti sekarang ini. Kita akan bahas lagi setelah aku tiba di sana." Setelah mengatakan itu, Wira memejamkan matanya dan tidak berbicara dengan Yusup lagi agar tidak emosi.Sementara itu, Yusup merasa bingung. Dia sudah pernah mendengar tentang berbagai penyakit, tetapi belum pernah mendengar tentang wabah. Apakah wabah ini sangat langka? Melihat Wira tidak memedulikannya lagi, dia menyeka keringat dingin di keningnya, lalu tidak berani berbicara lagi
"Menurutku, dalam situasi seperti ini, yang pertama harus kita pikirkan adalah kepentingan siapa yang akan terpengaruh setelah kita membuat proyek hidrolik ini. Kalau nggak ada kerugiannya, orang itu nggak akan melakukan hal ini. Dengan begini, kita akan segera menemukan arah yang tepat."Huben memang orang berbakat yang diinginkan semua orang. Setelah mendengar perkataannya, Wira langsung mendapat sebuah pencerahan."Begini saja. Sekarang kita bagi menjadi dua langkah. Pertama, aku akan menyuruh Yusup untuk menyelidiki semalam siapa yang diam-diam mendekati sumur. Dengan begitu, kita bisa segera mengetahui keberadaan pelakunya dan mendapatkan informasi darinya. Kedua, kita juga harus pergi ke kota untuk menyelidiki siapa yang dirugikan oleh proyek ini agar bisa segera menemukan arah yang tepat. Sekarang, yang paling penting adalah menenangkan hati rakyat. Kalau kita nggak bisa memberi sebuah jawaban yang puas, mungkin mereka akan pakai cerita kuil dewa itu untuk mogok kerja. Ini hanya
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala