Perkataan Ishan itu membuat ekspresi Prabu tiba-tiba menjadi dingin. Tatapannya terlihat kejam dan muram, lalu mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia berkata dengan nada dingin untuk menantang Ishan, "Benarkah? Ishan, apa kamu benar-benar berpikir kamu bisa melawanku dengan mudah hanya dengan sekelompok sampah di belakangmu ini?"Ekspresi Prabu terlihat sangat sinis. Tatapannya sangat muram dan berkata dengan nada dingin dan sinis, "Entah siapa sebenarnya orang yang sudah memberimu keberanian untuk berbicara seperti ini denganku?"Setelah mendengar pertanyaan singkat itu, tatapan Ishan tiba-tiba terlihat ganas. Dia merasa sangat gelisah dan ekspresinya langsung terlihat marah."Huh!"Nada bicara Ishan terdengar sangat meremehkan. Dia tersenyum dingin dan berkata dengan ekspresi cuek, "Sebenarnya, aku sudah memikirkan hal ini. Kalau kamu meremehkan kamu seperti ini, kenapa kita nggak bertarung saja dan lihat siapa yang akhirnya akan menjadi pemenangnya."Setelah terdengar suara teriakan
Prabu berpikir jika tidak segera memberikan pelajaran yang kejam kepada mereka, siapa tahu apa yang akan terjadi nanti. Saat memikirkan hal itu, dia merasa makin tidak sabar. Napasnya mulai terengah-engah dan ekspresinya langsung menjadi dingin."Baiklah, aku lihat kalian satu per satu juga sudah nggak sabar lagi!"Tatapan Prabu terlihat muram dan dipenuhi kebencian. Dia tersenyum dengan sangat dingin dan kembali berkata dengan nada yang muram, "Ishan, hari ini aku akan tunjukkan kepadamu kehebatan yang sesungguhnya!"Setelah mengatakan kalimat singkat itu, saat ini ekspresi Prabu langsung menjadi muram. Dia sudah hampir tidak bisa menahan amarah di hatinya dan berkata dengan ekspresi yang sangat kejam, "Aku beri tahu, hari ini kamu pasti kalah!"Seiring dengan perintah dari Prabu, terdengar banyak suara teriakan dengan marah yang langsung meledak. Suara banyak langkah kaki dan teriakan kemarahan segera menyebar di udara. Perang yang dahsyat pun segera dimulai.Awalnya, Ishan tidak ing
Entah mengapa, perasaan krisis yang belum pernah dirasakannya sebelumnya segera menyelimuti sekitar Ishan. Napasnya menjadi terengah-engah dan ekspresinya terlihat sangat gelisah. Terutama saat berhadapan dengan Prabu yang menatapnya dengan penuh niat membunuh dan kejam, membuatnya merasa gelisah dan ngeri. Sialan! Apakah si berengsek itu memiliki orang yang sangat hebat di belakang?Saat memandang Prabu, Ishan makin merasa tidak percaya diri dan perlahan-lahan ketakutan dengan ancaman itu. Hatinya merasa sangat gelisah. Dia berusaha untuk menahan amarah di hatinya, lalu berteriak dengan nada muram, "Hehe. Prabu itu pasti sengaja menakut-nakutiku. Dia selalu tahu hanya dengan memandangku seperti ini, mungkin aku akan gelisah. Dia pasti sengaja menggunakan trik licik ini untuk membuatku takut dan merusak semangat perang kita!"Ishan menatap Prabu dengan tatapan yang tajam dan menggenggam pedang panjang di tangannya dengan erat. Dia sangat ingin segera menyerang ke tenda dan langsung mem
Awalnya, pasukan Prabu merasa khawatir dan takut karena terancam saat melihat Ishan yang langsung memimpin pasukannya. Setelah mendengar teriakan Prabu, satu per satu langsung bersemangat. Mereka semua memandang Prabu dan menunggu perintahnya.Tatapan Prabu terlihat sangat muram dan kejam. Dia tersenyum dan berteriak kepada semua pasukannya, "Pasukan-pasukan, sekelompok sampah dari Kerajaan Beluana ini berbicara omong kosong! Mereka ingin menggunakan kekuatan mereka yang memalukan ini untuk menghancurkan seluruh pasukan dan wilayah Kerajaan Nuala kita. Lucu, 'kan?""Benar!"Di bawah pimpinan Prabu, semangat para pasukan langsung meningkat. Dia tersenyum dan kembali berkata dengan yakin, "Kekuatan militer dan pertahanan Kerajaan Nuala kita kuat, jadi kita bisa mengalahkan pasukan kecil dari Kerajaan Beluana dengan sangat mudah. Benar, 'kan?""Benar, sangat mudah!"Ekspresi para pasukan terlihat gembira hingga bersorak dan menjawab perkataan Prabu dengan keras.Prabu juga segera meningka
Ishan terkejut dan ekspresinya langsung terlihat ketakutan dengan kekuatan Prabu yang luar biasa. Entah mengapa, kuda yang ditungganginya dan kakinya seolah-olah terikat hingga sama sekali tidak bisa bergerak selangkah pun. Pada saat ini, dia akhirnya merasakan kecemasan dan kegelisahan di hatinya. Dia menelan ludahnya dan merasa napasnya mulai terengah-engah. Dia merasa Prabu ini benar-benar tangguh. Kekuatan Prabu yang luar biasa itu terus mengarah ke tempat di mana dia berada dengan ganas, hingga tatapannya menjadi cemas dan gelisah. Setelah berusaha menarik napas dalam-dalam sejenak, dia akhirnya bisa menstabilkan pikirannya.Setelah menstabilkan pikirannya, tatapan Ishan terlihat sangat kejam. Dia menatap Prabu dengan dingin berkata, "Dasar Prabu berengsek! Hari ini aku dikirim ke sini untuk menghadapimu, tujuannya adalah untuk membunuhmu. Kamu tunggu saja, cepat atau lambat kamu pasti akan mati di tanganku!"Pada detik berikutnya, Ishan langsung berteriak dengan marah. Tatapanny
Tatapan Ishan terlihat kejam. Saat melihat Prabu terus menyerangnya dengan cepat, dia tiba-tiba tersenyum sinis dan menyindir, "Prabu, kamu benar-benar mengira kamu adalah tandinganku ya? Hehe. Lucu, sangat lucu sekali! Sampah sepertimu hanya bisa hidup dalam mimpi saja. Kalau kamu benar-benar hebat dan berani menghadapiku, coba saja. Aku akan menunjukkan kepadamu apa itu kekejaman!"Setelah mendengar perkataan Ishan, Prabu tiba-tiba tersenyum sinis. Tatapannya menjadi dingin, lalu kembali berkata dengan ekspresi yang kejam, "Aku beri tahu saja, orang sepertimu ini hanya bisa hidup sebagai sampah! Aku bisa memusnahkanmu kapan saja. Kalau kamu menyinggungku, bersiap-siaplah untuk mati!""Berhenti omong kosong dan mulailah. Kamu ini hanya menghabiskan waktu saja. Aku akan menyingkirkan orang sepertimu dan nggak akan memberikanmu kesempatan untuk berbicara lagi!"Keduanya bersiap untuk bertarung dengan sengit, tetapi mereka tetap terus saling menyindir.Pada saat itu, tatapan Ishan tiba-t
Wajah Ishan terlihat sangat masam. Sekujur tubuhnya bergetar dan kebencian yang terpancar dari wajahnya perlahan makin kentara. Provokasi yang dilakukan Prabu terus-menerus akhirnya menyulut emosinya. Dia segera mengangkat pedang di tangannya dan menebas dengan kuat ke arah Ishan."Prabu, kamu cuma tua bangka yang banyak omong! Aku akan mencabut nyawamu hari ini!" seru Ishan.Saat ini, kebencian dan amarah di dada Ishan sudah tidak mampu dibendung. Binar matanya yang memancarkan kebengisan segera dirasakan oleh orang di sekelilingnya. Sejumlah besar prajurit di sana menyadari sesuatu yang tidak beres. Mereka tanpa sadar memandang ke arah Ishan berada dengan ekspresi panik.Namun, Ishan bukan orang yang mudah diintimidasi. Penghinaan dan provokasi Prabu telah menginjak habis batas kesabarannya. Dengan hati dikuasai amarah, dia mengangkat pedang dan menebaskannya dengan kuat."Ugh!""Serang!"Suara raungan marah bercampur ratapan kesakitan terus terdengar dari sekeliling. Tak lama, area
Mata wakil jenderal itu memancarkan kebingungan. Namun, segera setelahnya, matanya menyipit curiga. Dia berujar pada Ishan, "Jenderal Ishan, aku mendengar suara langkah kaki dan derap kuda datang ke arah kita ...."Saat berkata sampai sini, si wakil jenderal terlihat sangat panik. Matanya mendadak membelalak takut, napasnya terengah-engah, dan ekspresi terguncang terlihat di wajahnya. Dia berujar dengan ekspresi terkejut, "Ga ... gawat! Jenderal Ishan, sepertinya bala bantuan Prabu sudah tiba!"Mendengar itu, Ishan juga terlihat sangat terguncang. Dia benar-benar tidak berdaya sekarang. Napasnya mulai memburu, wajahnya diliputi kepanikan, dan tubuhnya bergetar hebat. "Bahaya! Cepat mundur, cepat perintahkan pasukan untuk mundur!" seru Ishan.Seruan panik banyak orang seketika memenuhi udara. Para wakil jenderal Ishan yang kalang kabut mundur dengan gila-gilaan.Prabu melihat semua itu dengan binar bengis di matanya. Dia berseru pada para prajurit di belakangnya, "Prajurit sekalian, lih
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai