"Untuk apa?" tanya Wira."Guru, kamu bisa membantuku. Kita sama-sama memerintah dunia ini, ya? Aku tetap akan menjadi muridmu setelah menjadi penguasa!" sahut Yahya.Wira perlahan-lahan memejamkan mata saat mendengar omong kosong ini. Kenapa bisa menjadi seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang menghasutnya?Wira tidak ingin berlama-lama di sini. Dia tidak ingin melihat Yahya yang dulunya polos berubah menjadi sekejam ini."Nggak perlu. Lagian, kamu sudah sangat berbeda sekarang, nggak seperti muridku yang dulu lagi," jelas Wira. Kemudian, dia berbalik, membawa Julian dan Hasto meninggalkan kamar tersebut.Sesudah meninggalkan istana, Wira memejamkan matanya, merasakan angin sepoi-sepoi. Amarah dalam hatinya masih belum mereda.Julian berjalan ke sisi Wira, menepuk punggungnya 2 kali sebagai isyarat untuk menenangkan. Tidak ada yang ingin masalah seperti ini terjadi.Setelah mengambil kuda mereka, Wira membawa Julian dan Hasto ke tempat Jihan. Begitu melihat Jihan, Wira pun
Setelah meninggalkan kediaman Jihan, wajah Wira tampak sangat murung. Melihat ini, Julian pun merasa cemas. Perang akan segera dimulai, siapa yang akan dibantu oleh Wira?"Apa rencanamu sekarang?" tanya Hasto.Wira merenung sesaat, lalu mengernyit sambil membalas, "Belum ada, rencanaku jadi kacau karena perubahan mendadak ini. Aku harus menyusun rencana ulang."Mendengar ini, Hasto menepuk bahu Wira untuk menghiburnya. Tidak ada yang ingin situasi seperti ini terjadi. Selain itu, bukan hanya Wira yang merasa sedih atas situasi ini.Jam makan telah tiba. Mereka datang ke sebuah penginapan. Bukan hanya makan, mereka juga bisa mendapat informasi di sini."Eh, kalian sudah dengar belum? Kerajaan Beluana sepertinya sudah mengirim pasukan ke Kerajaan Nuala!""Bukannya mereka baru ganti penguasa? Kenapa terburu-buru menyerang Kerajaan Nuala? Benar-benar sombong!""Ya, entah apa yang mereka pikirkan. Parahnya, Kerajaan Nuala juga sedang kacau. Semua pangeran ingin menjadi raja baru, pangeran y
Wira mengangguk menyetujui. Keduanya sangat kuat minum sehingga menghabiskan sekendi arak itu.Julian merasa agak cemas, jadi terus berdiri di samping Wira. Kalau Wira merasa pusing, dia bisa langsung menangkapnya. Siapa sangka, Wira bukan hanya berdiri dengan tegak, tetapi juga berbicara dengan sangat jelas.Setelah selesai makan, mereka bertiga pun bersiap-siap untuk kembali ke Dusun Darmadi. Masing-masing memikirkan hal yang berbeda selama perjalanan.Wira berpikir kepada siapa dirinya harus berpihak dan jalan apa yang harus diambilnya. Julian hanya mengkhawatirkan kondisi Wira. Sementara itu, yang dipikirkan Hasto adalah Sekte Langit dan Sekte Gunung.Sekte Gunung adalah pihak pertama yang melanggar kesepakatan. Mereka mulai ikut campur dalam urusan istana pasti karena memiliki ambisi. Jadi, Sekte Langit tidak boleh berpangku tangan!Bagaimanapun, mereka semua adalah orang dunia persilatan. Kemampuan kedua belah pihak juga bisa dibilang setara. Sekte Langit tidak boleh membiarkan S
Hasto mendengus. Julian juga segera berdiri di samping Wira dan Hasto. "Ini orang dari Sekte Gunung ya?" bisik Julian di telinga Wira dengan hati-hati.Wira menganggukkan kepalanya. Biksu Jubah Hitam di depannya memiliki aura membunuh yang sangat besar dan kultivasinya terasa kuat sehingga membuat orang merasa sangat tertekan.Melihat pria tua di depan, Julian mengernyitkan alisnya. Dia merasa sangat familier, tetapi tidak bisa mengingat di mana dia pernah bertemu dengan Biksu Jubah Hitam. Sekarang mereka sudah tahu pria tua itu adalah orang dari Sekte Gunung, sehingga tidak masalah bagi mereka untuk bertarung karena Sekte Gunung yang terlebih dahulu melanggar kesepakatan."Malah bertemu dengan Gadis Suci dari Sekte Langit di sini. Sepertinya kalian sudah berniat ingin ikut campur dengan urusan kerajaan, hanya belum tertangkap kita saja!"Setelah melihat Julian, Biksu Jubah Hitam itu langsung berbicara dengan nada sinis.Wira mengerti Biksu Jubah Hitam berniat untuk menyalahkan mereka.
"Kalian ini apa kalau bukan sampah? Bertiga pun nggak sanggup melawan pria tua seperti aku, bahkan sudah bertarung begitu lama. Kalau berita ini tersebar, orang mungkin akan merasa Sekte Langit nggak sebanding dengan Sekte Gunung." Setelah menghentikan langkahnya, Biksu Jubah Hitam tidak lupa untuk menyindir ketiganya.Wira dan yang lainnya sama sekali tidak merespons, karena Biksu Jubah Hitam memang hebat dan memiliki metode penyerangannya sendiri."Kemampuanmu nggak seberapa, tapi mulutmu cukup luar biasa. Kamu bisa datang ke sini sendirian, pasti berencana untuk sendirian membunuh kita bertiga. Tapi sudah begitu lama pun belum berhasil, bukankah tenagamu jadi sia-sia?" Hasto tersenyum dan merendahkan Biksu Jubah Hitam. Pria itu terlalu percaya diri, pada akhirnya pasti akan mati dalam keangkuhannya sendiri."Sia-sia atau nggak, kita akan tahu nanti. Kalau nggak berhasil membunuhku yang sudah tua ini, kalian bertiga akan sangat memalukan, bahkan Gadis Suci juga terlibat. Hari ini, ak
Wira dan Julian bersembunyi di dalam hutan dan tidak berbicara.Saat ini, Biksu Jubah Hitam terluka parah. Dia tidak tahu apakah cangkang itu beracun atau tidak, tetapi dia bisa merasakan dengan sangat jelas bahwa kondisi tubuhnya menjadi buruk. Dia memiliki firasat buruk jika pertarungan ini dilanjutkan, dia akan ditaklukkan mereka. Dia sangat percaya diri dengan kemampuannya, tetapi di hadapan senjata tersembunyi, semua kemampuan bela diri pun tampaknya tidak berguna.Namun, Hasto tidak memberi Biksu Jubah Hitam kesempatan untuk bernapas dan terus menyerang dengan sepenuh tenaga. Dalam keadaan tak berdaya, Biksu Jubah Hitam hanya bisa mengambil senjatanya dan kembali menghadapinya, sedangkan Wira di samping mereka menunggu kesempatan untuk bergerak. Biksu Jubah Hitam tidak tahu Wira dan yang lainnya bersembunyi di mana, yang berarti ada bahaya tak diketahui sedang menantinya."Kalian ini benar-benar keterlaluan. Hanya karena aku nggak menggunakan seluruh kekuatanku, jadi kalian mulai
"Pak Tua, apa kamu nggak pernah mendengar trik tipu daya ini? Aku juga nggak berniat melakukan ini kepadamu. Kamu hanya perlu memberitahuku beberapa informasi, aku akan membiarkanmu pergi." Wira selalu mementingkan keadilan.Setelah mendengar perkataan Wira, Biksu Jubah Hitam mendengus dan memalingkan kepalanya dengan sangat kuat untuk menolak menjawab pertanyaan Wira.Melihat keteguhan Biksu Jubah Hitam, Wira berencana untuk meninggalkannya sendirian di sana. Dia berdiri dan berbicara dengan Julian dan Hasto sebentar, lalu berbalik dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu.Biksu Jubah Hitam baru menyadari dia akan ditinggalkan begitu saja. Wira tidak akan membawanya pergi dan tidak akan melepaskannya dengan mudah juga. Tali yang mengikatnya sudah dilapisi dengan obat bius dan membuat tubuhnya lemah. Meskipun ada binatang buas yang datang dan akan memakannya, dia juga tidak bisa melawan. Lagi pula, matahari perlahan-lahan tenggelam dan ini saatnya bagi binatang buat untuk keluar."Say
"Kamu yakin nggak mau jujur? Kalau kamu nggak mau jujur, kita akan pergi. Aku bisa menyelidiki informasi ini sendiri pun bisa mendapatkan jawabannya. Aku hanya memberimu kesempatan saja, jadi kamu harus memanfaatkannya baik-baik."Melihat Biksu Jubah Hitam tidak kooperatif, Wira segera berbalik dan berpura-pura akan pergi. Biksu Jubah Hitam menjadi panik, lalu menghelakan napas dan mengungkapkan kebenarannya."Aku memang nggak berniat untuk menyembunyikan hal ini darimu. Ceritanya seperti ini, sebenarnya Ciputra harusnya langsung membunuh Farrel. Tapi, dia nggak tega, jadi hanya mengurung adiknya. Dia berjanji nggak akan melepaskannya dan nggak ada orang lain yang akan tahu hal yang diketahui oleh Farrel."Wira benar-benar tidak menyangka orang-orang dari Sekte Gunung ini begitu kejam sampai membuat Ciputra membunuh adiknya sendiri. Bagaimana mungkin? Hubungan kakak adik ini sangat baik, itulah alasannya Ciputra memutuskan untuk mengurung adiknya seumur hidup daripada membiarkan adikny
Setelah Joko pergi, Darsa yang berdiri di dalam tenda menghela napas karena saat ini dia benar-benar tidak tahu apa rencana Wira dan yang lainnya. Namun, sekarang dia hanya bisa menebak karena dia tidak mungkin bisa selalu mengetahui semua pergerakan musuh di garis depan.....Di luar tenda, Joko memimpin pasukan kavaleri dan segera bergerak maju karena sudah menerima perintah dari Wira. Tidak peduli apa pun yang terjadi, mereka harus menahan pergerakan musuh.Di dataran terbuka di garis depan, Arhan dan Hayam juga sedang memimpin pasukan kavaleri mereka perlahan-lahan maju. Mereka juga sudah menerima perintah dari Wira sebelumnya, sehingga mereka tahu saat ini mereka harus selalu waspada. Bagaimanapun juga, Wira sudah memperingatkan mereka bahwa pasukan utara memiliki rencana licik, sehingga posisi mereka pasti sangat tidak menguntungkan.Saat pasukan mereka terus bergerak maju, Hayam menatap Arhan dan berkata dengan nada muram, "Sebelumnya, Tuan bilang sekarang kita harus membuat mus
Adjie tertegun dan berpikir sejenak, lalu perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka ingin menggagalkan rencana kita, mereka hanya bisa menahan kita atau melancarkan serangan langsung pada kita. Jadi, kemungkinan besar mereka akan menjalankan kedua pilihan ini sekaligus."Wira langsung tertawa terbahak-bahak, lalu menatap Adjie dan berkata, "Bagus, analisismu ini memang benar. Musuh mungkin akan benar-benar melakukannya. Aku tanya sekali lagi, apa rencanamu kalau mereka benar-benar melakukannya?"Adjie langsung berpikir sejenak. Hal pertama yang harus dilakukannya adalah memastikan bagaimana musuh akan menyerang agar dia bisa menentukan langkah balasan yang tepat. Memikirkan hal ini, dia pun mengernyitkan alis.Sementara itu, Agha dan Nafis saling memandang karena mereka benar-benar bingung harus bagaimana menyelesaikan masalah ini.Adjie maju dan mengamati peta itu dengan saksama, lalu perlahan-lahan berkata, "Tunggu, aku mulai mengerti sekarang. Musuh pasti akan reorganisasi pasukannya. K
Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Setelah merespons, Hayam berbalik dan pergi.Setelah Hayam pergi, Adjie yang berdiri di samping mengernyitkan alis dan berkata sambil tersenyum, "Tuan, kenapa kita harus lebih mendekat?"Menurut Adjie dan yang lainnya, menjaga jarak yang lebih jauh lebih menguntungkan jika mereka tidak berniat untuk bertarung langsung dengan musuh. Namun, melihat strategi yang direncanakan sekarang, mereka merasa agak merepotkan. Bagaimanapun juga, mereka juga tahu menangani masalah ini dengan cara seperti ini bukan hal yang mudah.Salah seorang mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka, tapi sekarang kelihatannya situasi ini benar-benar merepotkan. Selain itu, apa kalian menyadari sesuatu? Kalau kita berhasil menyelesaikan masalah ini, musuh pasti akan kesulitan."Semua orang pun menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Wira tersenyum dan berkata, "Hehe. Kalau kita tetap menjaga jarak, musuh akan mencurigai kita. Tapi, ka
Adjie berbicara sambil menunjuk pada lokasi di peta.Melihat titik yang ditunjuk, Wira tertegun sejenak karena dia benar-benar tidak terpikirkan tempat ini sebelumnya. Dia bertanya dengan sangat penasaran, "Kalau dilihat dari peta ini, tempat ini sepertinya adalah Gunung Sembilan Naga. Kalau musuh menyerang kita dari tempat ini, mereka harus menguasainya lebih dulu. Tapi, seharusnya nggak mudah melewati gunung ini, 'kan?"Tepat pada saat itu, Hayam tiba-tiba masuk dari luar. Sebelumnya, dia dan Arhan sedang sibuk menyiapkan pasukan sesuai dengan rencana Wira agar bisa langsung dikerahkan. Mereka akan menjadi gelombang ketiga yang melancarkan serangan.Begitu melihat Hayam, Wira tersenyum dan berkata, "Hayam, kamu sudah menempatkan pasukan di daerah ini?"Setelah maju dengan ekspresi bingung dan melihat tempat yang ditunjuk Wira di peta, Hayam baru perlahan-lahan berkata, "Gunung Sembilan Naga? Aku memang sudah menempatkan seluruh anggota yang aku bawa dari Paviliun Langit di sana. Ngga
Darsa langsung menganggukkan kepala, lalu berkata, "Kalau rencana ini sudah berjalan, langkah selanjutnya akan jadi lebih mudah. Untuk saat ini, kita selesaikan urusan sebelumnya dulu."Joko juga menganggukkan kepala, lalu menatap lokasi Gunung Sembilan Naga di peta dan berkata dengan pelan, "Aku nggak tahu apa semuanya bisa berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, bagi kita, tugas ini tetap merepotkan. Bagaimana menurut kalian?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum dan menganggukkan kepala karena mereka juga merasa strategi ini bisa dijalankan. Beberapa saat kemudian, seseorang tersenyum dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak menyangka hal ini akan terjadi, tapi sekarang sepertinya pasukan besar Wira akan sangat kesulitan."Setelah semuanya sudah disiapkan, Darsa berkata dengan pelan, "Ah, ini memang sangat merepotkan. Sekarang aku malah makin tertarik dengan Wira."Mendengar perkataan itu, Joko tersenyum.Seolah-olah teringat sesuatu, Darsa kembali berkata, "Kalau dugaanku n
"Selain itu, meskipun musuh mengetahui rencana kita, jumlah mereka juga masih kalah dari kita. Dengan begitu, mereka akan terpaksa melawan kita dan ini akan menjadi kesempatan besar bagi kita," lanjut Zaki.Darsa yang berdiri di samping pun menganggukkan kepala karena dia merasa strategi ini memang cukup masuk akal. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan nada muram, "Kalau memang seperti itu, aku merasa rencana ini cukup bagus. Dengan begitu, kita juga bisa menumpas habis rencana kita."Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga setuju.Melihat kedua orang itu sudah setuju, Darsa kembali tersenyum dan berkata, "Baiklah. Kalau kalian sudah setuju, sekarang kita tinggal memastikan satu hal. Siapa di antara kalian yang akan memimpin serangan ini?"Mendengar pertanyaan itu, Joko dan Zaki langsung tertegun. Menurut mereka, memimpin serangan ini memang bukan hal yang mudah.Setelah berpikir sejenak, Zaki berkata dengan nada muram, "Bagaimana kalau aku
Mendengar perkataan Joko, Darsa yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Hehe. Nggak perlu terburu-buru. Kalau benar-benar ingin menyelesaikan masalah ini, sebenarnya sangat mudah. Tapi, kita harus memastikan tujuan musuh dalam pertempuran kali ini dulu."Zaki langsung menjadi cemas dan perlahan-lahan berkata, "Tuan, aku yakin musuh pasti berusaha menguras stamina kita. Sekarang pasukan kita sudah cukup kewalahan menghadapi Wira, kita harus segera bertindak."Joko juga mengernyitkan alis dan berkata, "Benar, Tuan. Kita nggak boleh terus menahan diri lagi, kita harus mencari cara untuk segera menyelesaikan masalah ini."Zaki juga menganggukkan kepala setuju dengan perkataan Joko.Melihat kedua orang itu begitu bersemangat, Darsa hanya bisa tersenyum dan berkata, "Sepertinya situasi ini memang agak merepotkan, tapi kita tetap harus memastikan semuanya bisa berjalan dengan baik."Semua orang pun menganggukkan kepala dan salah satu dari mereka pun berkomentar, "Situasi kita kali
Zaki tertegun sejenak setelah mendengar perkataan itu, lalu berkata dengan pelan, "Tuan, kamu pasti sedang bercanda. Menurut kami, kalau kita menyelesaikan masalah ini, hal lainnya benar-benar akan jadi lebih mudah."Beberapa saat kemudian, Darsa pun tersenyum dan berkata, "Sebelumnya kita juga nggak yakin rencana ini akan berhasil, tapi sekarang kita harus memastikan kemungkinan langkah ini lebih dulu."Semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga merasa rencana ini sepertinya akan berjalan dengan baik.Setelah memastikan langkah selanjutnya, Darsa tersenyum dan kembali berkata, "Aku nggak menyangka kita akan menjalankan rencana ini, sekarang kita hanya perlu memastikan ini adalah keputusan yang tepat."Semua orang kembali tertegun karena mereka juga merasa urusan lainnya akan menjadi lebih mudah diatasi jika masalah ini bisa diselesaikan.Salah satu dari orang-orang ini bahkan berkata dengan sangat bersemangat, "Sebelumnya kita juga nggak yakin, tapi sekarang kelihatannya renc
Mendengar perkataan Zaki, Darsa menghela napas karena situasi kali ini memang sulit untuk ditangani. Jika ingin menyelesaikan masalah ini, dia merasa mereka harus mencari solusi yang tepat. Selain itu, hal ini juga memang cukup merepotkan.Tepat pada saat itu, Darsa yang seolah-olah teringat sesuatu pun berkata dengan pelan, "Sekarang kita juga nggak bisa mengirim semua mata-mata kita dan masalah ini pun belum selesai, kita berada dalam posisi yang sangat sulit. Jadi, menurutku, situasi kali ini benar-benar rumit."Setelah itu, Darsa mengernyitkan alis dan melanjutkan, "Sebelumnya aku juga nggak memikirkan hal ini, tapi sekarang sepertinya situasinya benar-benar sulit. Menurut kalian, apa yang harus kita lakukan?"Setelah terdiam sejenak, Zaki tersenyum dan berkata, "Tuan, kamu pasti sedang bercanda, 'kan? Kamu juga tahu kemampuanku nggak begitu hebat. Kalau memimpin pasukan di medan perang, aku masih bisa. Tapi, kalau untuk hal seperti ini, aku benar-benar nggak tahu."Darsa hanya ter