"Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Putri sedang beristirahat di kamarnya, mana mungkin dihukum mati oleh Raja?" hardik pelayan itu.Begitu mendengarnya, semua orang sontak berlutut. Meskipun status mereka sama, pelayan ini bertugas untuk melayani Farrel sehingga posisinya lebih tinggi sedikit dari mereka.Para pelayan itu pun ketakutan hingga gemetaran, tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Mereka hanya mendengar rumor ini, tidak tahu benar atau tidak."Kak Ayu, jangan marah, kami hanya mengobrol. Kami juga nggak tahu rumor itu benar atau nggak.""Kalau nggak tahu apa-apa, jangan menyebarkan rumor di istana! Ini bukan rumah kalian! Hati-hati, jangan sampai kalian yang dihukum mati! Kalau mendengarnya lagi, aku akan melaporkannya kepada Putri!" sahut Ayu. Kemudian, dia mengempaskan tangannya dan pergi.Ayu harus segera memberi tahu masalah ini kepada Farrel. Bagaimanapun, rumor-rumor itu terlalu tidak masuk akal. Farrel harus mengambil tindakan agar rumor-rumor itu tidak beredar
Apa maksud Putri? Kenapa Putri menanyakannya hal seperti ini? Ayu kebingungan untuk sesaat."Aku tanya, kamu bisa keluar nggak?" tanya Farrel lagi. Hal ini sangat penting baginya. Dia harus mencari seseorang yang diizinkan untuk meninggalkan istana dan bisa dipercaya."Saya selalu mendampingi Putri, saya nggak bisa keluar dari istana," jawab Ayu dengan kepala yang tertunduk setelah bereaksi kembali.Farrel kembali merasa frustrasi. Rencana ini tidak mudah untuk dijalankan. Kini, sudah tidak banyak pelayan yang mengikutinya. Sementara itu, hanya Ayu yang bertugas untuk melayaninya.Setelah terdiam beberapa menit, Farrel sontak mendongak dan menatap Ayu dengan tatapan penuh tekad.Ayu pun kebingungan melihatnya. Farrel turun dari ranjangnya, lalu berjalan ke hadapan Ayu dan menggenggam kedua tangannya. Dia memapah Ayu sambil bertanya, "Ayu, kamu sudah mengikutiku sejak kecil. Bagaimana aku memperlakukanmu selama ini?""Putri, apa maksud Anda? Saya tentu merasa sangat bersyukur, Anda memp
Keesokan pagi, Ayu segera datang ke kamar Farrel dan berkata, "Putri, saya sudah memikirkannya semalaman dan akhirnya mendapat ide. Tapi, saya butuh bantuan Putri dalam hal ini."Farrel langsung menyibakkan selimutnya untuk mendengar penjelasan rinci Ayu. Sementara itu, Wira masih menunggu informasi dari Farrel dengan cemas. Dia tidak tahu apakah wanita itu memahami maksudnya dan bisa mengirim informasi keluar ...."Ciputra membunuh banyak orang belakangan ini, 'kan? Ada bagusnya juga, rumor ini jadi berhenti beredar, nggak ada yang berani bilang Putri sudah mati," gumam Wira yang berada di penginapan.Wira sangat khawatir Farrel tidak memahami tujuannya. Kalau sampai seperti itu, dia tidak akan bisa tahu lokasi Farrel dan menyelamatkannya, apalagi memahami situasi Keluarga Barus yang sekarang.Dunia ini sungguh aneh. Wira baru pergi beberapa bulan, tetapi kekacauan ini makin parah, bahkan kerajaan sudah diambil alih oleh raja baru.Wira mengepalkan tangannya dengan erat, lalu meninju
Alhasil, ahli bela diri itu malah memanfaatkan kesempatan ini untuk menginjak tangan dan kaki Wira. Tenaga lawan sangat besar sehingga Wira hampir tidak bisa berdiri dengan stabil.Untungnya, reaksi Wira sangat cepat. Dia langsung mengayunkan tongkatnya ke lengan kanan lawan. Ahli bela diri itu tidak peduli pada luka kecil begini, jadi memilih untuk menyerang lagi.Wira bisa merasakan metode yang digunakan ahli bela diri ini cukup mirip dengan yang sebelumnya. Mereka seharusnya berasal dari perguruan yang sama."Hanya ini kemampuanmu? Kalau begitu, sebaiknya kamu cepat kabur. Kalau nggak, kamu akan mati tragis!" ejek ahli bela diri itu.Wira pun tidak peduli dan fokus menyerang. Dia belum memperlihatkan teknik tongkatnya yang luar biasa, mana mungkin main kabur saja?Sesudah melancarkan serangan berturut-turut, Wira mendapati bahwa lawannya ini memang hebat dan harus dihadapi dengan serius. Jadi, dia mengubah cara memegang tongkatnya."Astaga, caramu memegang tongkat aneh sekali. Janga
Setelah meninggalkan istana, Wira bertanya pada bawahannya, apakah sudah ada informasi dari Farrel atau belum. Alhasil, belum ada informasi apa pun.Di sisi lain, Farrel mengernyit setelah mendengar rencana Ayu. Dia tidak tahu apakah rencana ini bisa dijalankan atau tidak, tetapi tidak ada cara lain lagi sehingga hanya bisa dicoba.Kemudian, keduanya sama-sama datang ke aula istana. Farrel memegang perutnya sembari meratap kesakitan, sedangkan Ayu tampak sangat cemas."Putri, Putri! Apa yang terjadi? Pengawal, cepat tolong Putri!" seru Ayu sambil merangkul Farrel. Hal ini pun membuat orang-orang sontak berkerumun."Ada apa?""Entahlah, Putri tiba-tiba memegang perutnya dan berteriak kesakitan. Sepertinya Putri nggak tahan lagi, tolong biarkan aku keluar mencari tabib!" pinta Ayu.Akting kedua wanita ini sungguh luar biasa. Ayu terdengar sangat menyedihkan, sedangkan teriakan Farrel terdengar sangat kesakitan.Melihat ini, para pengawal pun tampak ragu. Bagaimanapun, Raja telah berpesan
Ayu membuka kain tersebut, lalu akhirnya melompat ke luar. Untung saja, dia tidak ketahuan. Setelah bertanya sana sini, Ayu akhirnya tahu lokasi restoran hotpot dan langsung berlari ke sana.Setibanya di restoran hotpot, Ayu melihat banyak sekali pengunjung. Para rakyat sangat menyukai restoran ini, bahkan ada banyak bangsawan yang makan di sini.Begitu masuk, Ayu langsung berteriak, "Bos, Bos, apa kamu di restoran? Ada yang ingin kubicarakan denganmu!"Pemilik restoran hotpot segera menghampiri mendengarnya. Dia melirik Ayu, lalu membawanya ke pojok dan bertanya, "Nona, apa yang terjadi? Katakanlah.""Putri menyuruhku menyampaikan pesan. Dia berada di sebuah kediaman terpencil di selatan istana. Dia sudah mengikat pita merah di pohon besar depan pintu. Tolong sampaikan informasi ini kepada Tuan Wira!" jelas Ayu. Selesai berbicara, dia langsung berlutut sebagai tanda memohon.Pemilik restoran ini adalah bawahan Wira sehingga langsung memahaminya. Akan tetapi, dia tidak menyangka bahwa
Begitu mendengar keributan, Ciputra kira-kira sudah bisa menebak apa yang terjadi. Akan tetapi, dia tidak menduga para ahli bela diri itu akan bertindak begitu cepat.Begitu para pembunuh itu tiba, mereka langsung menyerbu ke luar dan memulai pertarungan. Itu artinya, orang yang berjaga di kediaman Farrel berkurang banyak."Bodoh sekali! Apa kalian nggak punya otak? Para pembunuh itu sudah pasti hanya umpan. Gimana dengan Farrel kalau kalian pergi begitu saja? Wira pasti sudah tiba di kediamannya!" tegur Ciputra.Sejak rumor aneh itu beredar, Ciputra sudah mencurigai Wira. Dia tahu bahwa Wira tidak mungkin mengabaikan Farrel. Jadi, rumor itu diciptakan Wira agar Farrel tahu dirinya telah kembali.Ciputra duduk di singgasana. Tiba-tiba, tampak beberapa pria berpakaian hitam berjalan keluar dari samping. "Aku mau kalian pergi ke kamar Putri sekarang. Kalau Putri kabur, segera kejar dia. Aku mau dia kembali, tapi kalian nggak boleh melukai orang yang bersamanya!"Ciputra awalnya merasa hu
Biksu botak itu tidak tahu dari mana Wira mempelajari keterampilan ini. Jelas-jelas basis kultivasi mereka sama, tetapi Wira sanggup melawan 10 orang sekaligus.Menurutnya, Wira tidak seharusnya hidup di dunia ini. Begitu berkembang, Wira hanya akan menjadi momok untuk Sekte Gunung mereka!Setelah memikirkan ini, tatapan biksu botak itu dipenuhi niat membunuh. Dia mengeluarkan tongkat miliknya, lalu mengayunkannya ke arah Wira.Untungnya, Wira sudah merasakan niat membunuh itu sejak awal sehingga langsung mengelak. Ada terlalu banyak orang di sini, dia tidak boleh bertarung terlalu lama. Jika sampai Ciputra datang, akan sulit baginya untuk kabur.Wira menatap mereka dengan tatapan dingin, lalu mengeluarkan pistol dari sakunya. Biksu tua itu sudah pernah mendengar tentang kehebatan pistol, tetapi belum punya cara untuk melawan."Semuanya, hati-hati! Senjata rahasia ini sangat berbahaya. Kepung Wira, serang dia satu per satu!" perintah si biksu botak. Dia terkejut melihat pistol itu, lal
"Tuanku, akhirnya kamu pulang. Kami pikir kamu sudah nggak peduli dengan kedua provinsi ini lagi," ucap Huben terlebih dahulu dengan nada tidak puas.Bagi Wira, menjadi seorang pemimpin yang hanya memberi perintah memang mudah. Namun, semua beban dan tanggung jawab akhirnya ditanggung oleh bawahan. Siapa yang bisa merasa senang dengan itu?Apalagi, selama ini mereka tidak bisa menghubungi Wira dan hanya bisa bertahan dengan segala kemampuan yang ada.Pada hari-hari biasa, mungkin semua masih berjalan lancar tanpa banyak kendala. Namun, sejak bencana banjir melanda sembilan provinsi, masalah menjadi semakin banyak. Terlebih lagi saat membuat keputusan besar tanpa Wira sebagai pendukung utama, langkah mereka terasa begitu berat.Untungnya, semua bisa dilalui dengan baik. Namun, melihat Wira kembali, mereka tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan keluh kesah mereka. Mereka ingin Wira tahu betapa besar usaha dan pengorbanan mereka."Semuanya, sudah lama nggak ketemu. Aku bukan sengaja
Bagaimanapun, jika ada yang menyapanya, Wira harus membalas dengan sopan. Dalam proses itu, banyak waktu akan terbuang dan situasi seperti itu sangat merepotkan.Sebagai seseorang yang selalu rendah hati, Wira tidak suka melakukan sesuatu dengan cara yang mencolok."Tuan Wira, kapan kamu kembali?"Saat Wira sedang berjalan santai di pinggir jalan, dia mendengar seseorang memanggilnya. Dia pun menoleh, lalu menatap sosok yang mendekat.Namun, Wira hanya merasa familier dengan pria itu. Dia tidak langsung mengingat identitasnya.Melihat keraguan di mata Wira, pria itu tersenyum dan berkata, "Kamu benaran lupa padaku? Aku Sarman. Selama ini aku yang membantumu membuat senjata. Sudah ingat belum?"Mendengar itu, Wira langsung menyadari siapa pria itu dan mengangguk pelan. Sarman diterima di Dusun Darmandi karena memiliki sejumlah besar besi dingin berusia ribuan tahun.Karena besi dingin itu, Sarman meninggalkan tempat asalnya dan pergi ke Provinsi Lowala. Saat itu juga, Wira mengambil sel
Wira terkekeh-kekeh. Dia merasakan bahwa Gina benar-benar merasa senang. Hubungan antara Gina dan Kresna serupa dengan hubungan Wira dengan Lucy, atau bahkan lebih erat lagi.Bagaimanapun, Gina dan Kresna sudah menjalin hubungan yang lebih intim. Ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal. Sementara itu, Wira dan Lucy tidak memiliki hubungan seperti itu."Terima kasih banyak, Tuan. Aku harap aku juga bisa ikut serta saat perang dimulai. Percayalah, aku nggak akan menjadi beban bagimu.""Selain itu, aku cukup mengenal medan di Kerajaan Agrel. Aku yakin aku dapat memberi bantuan kepadamu." Gina berbicara sambil menangkupkan tangan dengan penuh hormat.Wira mengangguk sambil membalas, "Ya, aku pegang ucapanmu ini."Setelah semua diatur dengan baik, Wira segera pergi. Segalanya sudah siap. Kini, mereka tinggal menunggu waktu yang tepat.Tugas berikutnya adalah memastikan Lucy menyusupkan orang-orangnya ke Kerajaan Agrel, lalu menjalin kontak dengan kedua raja itu.Sepanjang malam, Gina ti
Di halaman belakang kediaman jenderal.Di bawah panduan Lucy, Wira segera tiba di depan sebuah ruangan.Setelah pintu diketuk, tidak lama kemudian seorang wanita keluar dari dalam ruangan. Dia adalah Gina yang sudah lama tidak terlihat.Melihat Wira, Gina segera memberi hormat kepadanya. "Salam untuk Tuan Wira."Wira tersenyum sambil mengangguk. Sambil melangkah masuk ke ruangan, dia berucap, "Nggak perlu terlalu formal.""Aku memperlakukan orang-orang di sekitar dengan cara yang sama. Aku nggak menyukai tata krama berlebihan dan nggak membutuhkan penghormatan seperti ini.""Kelak, kamu nggak perlu bersikap terlalu sopan. Anggap saja kita ini teman."Gina mengangguk, meskipun dalam hati kecilnya, dia tidak berani benar-benar bertindak seperti itu.Sebagai penguasa dua wilayah, Wira memiliki kedudukan yang setara dengan Senia, bahkan lebih tinggi dari Kresna. Bagaimana mungkin Gina berani bersikap sembrono terhadapnya?Lucy terus mengikuti di belakang Wira, berdiri diam di sisi ruangan.
Wira kembali berbicara, "Dari semua orang yang berada di sekitarku, pekerjaanmu adalah yang paling berbahaya. Mengikutimu berarti menghadapi risiko terbesar pula.""Ayahnya sudah meninggal, kita nggak bisa membiarkan anaknya menderita karena kita. Menurut pendapatku, lebih baik kirim dia ke Dusun Darmadi untuk belajar. Mungkin suatu hari nanti, dia bisa meraih gelar kehormatan. Itu adalah jalan yang lebih baik."Lucy mengangguk. "Baik, akan kulaksanakan.""Oh ya." Wira mengubah topik pembicaraan. "Apa orang-orang kita masih belum bisa menyusup ke Kerajaan Agrel?"Dalam benak Wira, terlintas bayangan Kresna. Saat ini, dia telah mencapai kesepakatan dengan Kresna dan Ararya. Jika ketiganya bersatu, mereka akan menjadi tak terkalahkan. Hari kehancuran Senia akan segera tiba.Meskipun enggan bertempur dengan Senia dalam kondisi seperti ini, semua itu dilakukan demi rakyat. Hanya dengan menghancurkan Senia, rakyat di sembilan provinsi dapat hidup damai tanpa harus kembali merasakan peperang
"Coba kupikirkan lagi," kata Wira sambil meneguk habis anggur di cangkirnya. Dia benar-benar tak tahan melihat rakyat menderita. Meskipun harus mengambil risiko, dia tidak ingin rakyatnya hidup sengsara.Semua orang saling memandang, lalu memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan tentang hal itu. Sebagai gantinya, mereka lanjut makan dan minum bersama.Wira baru saja kembali, jadi mereka tidak ingin menambah beban pikirannya. Saat ini, lebih baik menikmati momen ini dengan mabuk bersama dan mempererat persaudaraan. Itu yang paling penting untuk sekarang.Setelah beberapa gelas hingga sore hari, perjamuan akhirnya selesai. Wira minum cukup banyak, tetapi tidak mabuk. Saat ini, ia sedang berdiri bersama Lucy di depan kediaman jenderal."Kamu sudah mengurus keluarga mereka dengan baik?" tanya Wira sambil menatap Lucy.Sebelum Wira pergi ke wilayah barat, banyak anggota jaringan mata-mata yang telah diutus ke sana. Dalam insiden itu, banyak yang tewas. Bahkan Lucy hampir kehilangan ny
"Kak, sekarang kamu adalah penguasa. Kami tentu perlu menunjukkan rasa hormat yang lebih padamu. Walaupun kamu nggak minta kami berlutut, tata krama yang semestinya nggak boleh diabaikan!" ujar Danu langsung.Osmaro pun mengangguk dan menambahkan, "Benar, melihat situasi saat ini, rakyat di seluruh negara sudah bersatu. Ditambah lagi, rakyat di Kerajaan Beluana terlantar dan menderita.""Diperkirakan dalam waktu singkat akan terjadi pemberontakan di sana. Ketika saat itu tiba, kemungkinan besar perang akan kembali pecah.""Kalau perang terjadi lagi, kamu pasti akan menjadi penguasa dunia ini. Itu artinya, kami harus semakin hormat padamu, 'kan?"Wira pun tertegun mendengarnya. Dia sama sekali tidak memikirkan hal itu sebelumnya. Jika bisa, Wira hanya ingin mempertahankan kondisi sekarang. Bukan karena dia tidak punya ambisi besar, melainkan dia tidak ingin rakyat kembali menderita akibat perang.Dulu Wira telah menyaksikan rakyat di sembilan provinsi hidup terlantar. Hal itu sangat men
Bahkan, Ciputra sendiri tidak pernah memiliki rencana sekejam ini!"Ya sudah. Kalau begitu, mari kita sepakati terlebih dahulu. Kita memang bisa bekerja sama, tapi aku punya satu syarat.""Kalau ingin bekerja sama, pertama-tama kita harus membunuh Osman. Ini seharusnya bukan sesuatu yang terlalu sulit, 'kan?"Osman adalah batu penghalang yang harus disingkirkan. Tidak peduli mereka akan melawan Wira atau tidak, keberadaan Osman tidak boleh terus dibiarkan!Selama Osman mati, Kerajaan Nuala akan terjerumus ke dalam kekacauan internal dan Ciputra akan mendapatkan keuntungan yang sesuai! Hal ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Wira!Ciputra bukanlah seseorang yang suka dirugikan. Dia sangat pintar dalam membuat kesepakatan!'Dasar licik! Pantas saja kamu bisa menjadi penguasa!' gumam Dahlan dalam hati. Namun, dia tetap berkata dengan sopan, "Baik! Semua akan dilakukan sesuai dengan instruksimu. Kamu hanya perlu menunggu kabar baik."Ciputra tertawa terbahak-bahak. "Bagus! Karena se
Selain itu, Kerajaan Nuala sempat mengalami perang saudara yang menyebabkan kerusakan besar. Jika saat itu mereka berperang melawan Wira, Ciputra tentu tidak punya kekhawatiran apa pun dan bahkan penuh percaya diri.Namun untuk sekarang, memulai perang melawan Wira adalah sesuatu yang cukup merepotkan. Selama beberapa tahun terakhir, berkat dukungan yang diberikan Wira kepada Ciputra, Kerajaan Beluana berkembang semakin baik.Hanya dengan dirinya dan Senia, sangat sulit untuk melawan Wira dan Osman sekaligus. Hasil akhirnya dapat diprediksi dengan mudah. Kekalahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari.Namun, kini Ciputra tidak lagi sanggup menanggung kekalahan. Jika dirinya kalah lagi, kemungkinan besar seluruh warisannya akan hancur sia-sia. Kalaupun dirinya mengakhiri hidupnya di tempat, bagaimana dia bisa menghadapi para leluhurnya nanti?"Aku memahami kekhawatiranmu. Itu juga yang menjadi kekhawatiran terbesar ibuku. Tapi, gimana kalau kita bisa membunuh Osman?"Dahlan menyipi