Sampai saat ini, Ciputra masih tidak berdaya melawan kedua orang itu. Jadi, dia hanya bisa pasrah menjadi raja boneka yang mereka kendalikan.Setelah meninggalkan Ciputra, Wira merasakan situasi makin tidak kondusif. Dia ingin segera menyelamatkan Farrel, tetapi semuanya tidak semudah itu. Dia tahu bahwa saat ini, ada banyak master seni bela diri yang berjaga di istana. Terlebih lagi, keberadaan Farrel sekarang masih menjadi teka-teki. Bertindak gegabah hanya akan merugikan dirinya sendiri.Wira kembali ke penginapan dan meminta pengawal setianya untuk mengirim merpati pos pada Julian sesegera mungkin. Dia ingin Julian bertanya pada Hasto di Sekte Langit, apakah ada orang di sana yang ikut campur dalam urusan istana. Sembari menunggu balasan, Wira terus menyelidiki lokasi Putri dikurung. Hanya saja, seberapa besar pun upaya yang dikerahkannya, hasilnya tetap nihil.Setelah pesan dari Wira diterimanya, Julian pun segera mengirim merpati pos pada Hasto. Hasto membaca surat Julian dengan
"Tuan, kami sudah menyebarkan desas-desus yang Tuan perintahkan. Saat ini, semua orang di ibu kota sekiranya sudah mendengarnya," lapor seorang pengawal."Bagus! Aku mau lihat bagaimana ramainya ibu kota sekarang!" ujar Wira sambil memukul meja dengan pelan.Wira menyuruh para pengawal setia itu mengikutinya pergi melihat keramaian di kota. Begitu turun ke lantai bawah, mereka mendengar orang-orang yang makan sambil membahas isu kematian Putri."Eh, kalian sudah dengar belum? Putri sepertinya sudah meninggal. Katanya, dia juga meninggal dengan tragis!""Masa? Kamu dengar dari mana?""Iya! Kabar ini sudah tersebar ke seluruh ibu kota. Kamu belum tahu? Ke mana saja kamu?""Terus, kenapa Putri bisa meninggal?""Kudengar Putri meninggal karena terlalu bersedih atas kematian mendiang Raja.""Nggak, nggak. Kamu dengar versi ini dari mana, sih? Putri jelas-jelas mati dibunuh Raja saat ini. Padahal Putri adalah adiknya, anak kandung mendiang Raja! Dengar-dengar Raja kita saat ini merebut takht
"Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Putri sedang beristirahat di kamarnya, mana mungkin dihukum mati oleh Raja?" hardik pelayan itu.Begitu mendengarnya, semua orang sontak berlutut. Meskipun status mereka sama, pelayan ini bertugas untuk melayani Farrel sehingga posisinya lebih tinggi sedikit dari mereka.Para pelayan itu pun ketakutan hingga gemetaran, tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Mereka hanya mendengar rumor ini, tidak tahu benar atau tidak."Kak Ayu, jangan marah, kami hanya mengobrol. Kami juga nggak tahu rumor itu benar atau nggak.""Kalau nggak tahu apa-apa, jangan menyebarkan rumor di istana! Ini bukan rumah kalian! Hati-hati, jangan sampai kalian yang dihukum mati! Kalau mendengarnya lagi, aku akan melaporkannya kepada Putri!" sahut Ayu. Kemudian, dia mengempaskan tangannya dan pergi.Ayu harus segera memberi tahu masalah ini kepada Farrel. Bagaimanapun, rumor-rumor itu terlalu tidak masuk akal. Farrel harus mengambil tindakan agar rumor-rumor itu tidak beredar
Apa maksud Putri? Kenapa Putri menanyakannya hal seperti ini? Ayu kebingungan untuk sesaat."Aku tanya, kamu bisa keluar nggak?" tanya Farrel lagi. Hal ini sangat penting baginya. Dia harus mencari seseorang yang diizinkan untuk meninggalkan istana dan bisa dipercaya."Saya selalu mendampingi Putri, saya nggak bisa keluar dari istana," jawab Ayu dengan kepala yang tertunduk setelah bereaksi kembali.Farrel kembali merasa frustrasi. Rencana ini tidak mudah untuk dijalankan. Kini, sudah tidak banyak pelayan yang mengikutinya. Sementara itu, hanya Ayu yang bertugas untuk melayaninya.Setelah terdiam beberapa menit, Farrel sontak mendongak dan menatap Ayu dengan tatapan penuh tekad.Ayu pun kebingungan melihatnya. Farrel turun dari ranjangnya, lalu berjalan ke hadapan Ayu dan menggenggam kedua tangannya. Dia memapah Ayu sambil bertanya, "Ayu, kamu sudah mengikutiku sejak kecil. Bagaimana aku memperlakukanmu selama ini?""Putri, apa maksud Anda? Saya tentu merasa sangat bersyukur, Anda memp
Keesokan pagi, Ayu segera datang ke kamar Farrel dan berkata, "Putri, saya sudah memikirkannya semalaman dan akhirnya mendapat ide. Tapi, saya butuh bantuan Putri dalam hal ini."Farrel langsung menyibakkan selimutnya untuk mendengar penjelasan rinci Ayu. Sementara itu, Wira masih menunggu informasi dari Farrel dengan cemas. Dia tidak tahu apakah wanita itu memahami maksudnya dan bisa mengirim informasi keluar ...."Ciputra membunuh banyak orang belakangan ini, 'kan? Ada bagusnya juga, rumor ini jadi berhenti beredar, nggak ada yang berani bilang Putri sudah mati," gumam Wira yang berada di penginapan.Wira sangat khawatir Farrel tidak memahami tujuannya. Kalau sampai seperti itu, dia tidak akan bisa tahu lokasi Farrel dan menyelamatkannya, apalagi memahami situasi Keluarga Barus yang sekarang.Dunia ini sungguh aneh. Wira baru pergi beberapa bulan, tetapi kekacauan ini makin parah, bahkan kerajaan sudah diambil alih oleh raja baru.Wira mengepalkan tangannya dengan erat, lalu meninju
Alhasil, ahli bela diri itu malah memanfaatkan kesempatan ini untuk menginjak tangan dan kaki Wira. Tenaga lawan sangat besar sehingga Wira hampir tidak bisa berdiri dengan stabil.Untungnya, reaksi Wira sangat cepat. Dia langsung mengayunkan tongkatnya ke lengan kanan lawan. Ahli bela diri itu tidak peduli pada luka kecil begini, jadi memilih untuk menyerang lagi.Wira bisa merasakan metode yang digunakan ahli bela diri ini cukup mirip dengan yang sebelumnya. Mereka seharusnya berasal dari perguruan yang sama."Hanya ini kemampuanmu? Kalau begitu, sebaiknya kamu cepat kabur. Kalau nggak, kamu akan mati tragis!" ejek ahli bela diri itu.Wira pun tidak peduli dan fokus menyerang. Dia belum memperlihatkan teknik tongkatnya yang luar biasa, mana mungkin main kabur saja?Sesudah melancarkan serangan berturut-turut, Wira mendapati bahwa lawannya ini memang hebat dan harus dihadapi dengan serius. Jadi, dia mengubah cara memegang tongkatnya."Astaga, caramu memegang tongkat aneh sekali. Janga
Setelah meninggalkan istana, Wira bertanya pada bawahannya, apakah sudah ada informasi dari Farrel atau belum. Alhasil, belum ada informasi apa pun.Di sisi lain, Farrel mengernyit setelah mendengar rencana Ayu. Dia tidak tahu apakah rencana ini bisa dijalankan atau tidak, tetapi tidak ada cara lain lagi sehingga hanya bisa dicoba.Kemudian, keduanya sama-sama datang ke aula istana. Farrel memegang perutnya sembari meratap kesakitan, sedangkan Ayu tampak sangat cemas."Putri, Putri! Apa yang terjadi? Pengawal, cepat tolong Putri!" seru Ayu sambil merangkul Farrel. Hal ini pun membuat orang-orang sontak berkerumun."Ada apa?""Entahlah, Putri tiba-tiba memegang perutnya dan berteriak kesakitan. Sepertinya Putri nggak tahan lagi, tolong biarkan aku keluar mencari tabib!" pinta Ayu.Akting kedua wanita ini sungguh luar biasa. Ayu terdengar sangat menyedihkan, sedangkan teriakan Farrel terdengar sangat kesakitan.Melihat ini, para pengawal pun tampak ragu. Bagaimanapun, Raja telah berpesan
Ayu membuka kain tersebut, lalu akhirnya melompat ke luar. Untung saja, dia tidak ketahuan. Setelah bertanya sana sini, Ayu akhirnya tahu lokasi restoran hotpot dan langsung berlari ke sana.Setibanya di restoran hotpot, Ayu melihat banyak sekali pengunjung. Para rakyat sangat menyukai restoran ini, bahkan ada banyak bangsawan yang makan di sini.Begitu masuk, Ayu langsung berteriak, "Bos, Bos, apa kamu di restoran? Ada yang ingin kubicarakan denganmu!"Pemilik restoran hotpot segera menghampiri mendengarnya. Dia melirik Ayu, lalu membawanya ke pojok dan bertanya, "Nona, apa yang terjadi? Katakanlah.""Putri menyuruhku menyampaikan pesan. Dia berada di sebuah kediaman terpencil di selatan istana. Dia sudah mengikat pita merah di pohon besar depan pintu. Tolong sampaikan informasi ini kepada Tuan Wira!" jelas Ayu. Selesai berbicara, dia langsung berlutut sebagai tanda memohon.Pemilik restoran ini adalah bawahan Wira sehingga langsung memahaminya. Akan tetapi, dia tidak menyangka bahwa
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan