Aroma buah prunus ini benar-benar kuat, membuat kepala mereka terasa pusing, sampai tidak sabar untuk memakan semuanya."Aku nggak tahan lagi! Aku akan mencobanya duluan!" seru Arham yang tidak bisa menunggu lama lagi. Dia langsung mengambilnya dan memasukkannya ke mulut.Wira pun mengamati dengan tenang karena ingin tahu ada efek samping apa setelah memakannya. Setelah Arham melahap buah prunus, dia merasakan energi di tubuhnya pulih sedikit, bahkan basis kultivasinya juga meningkat sedikit dan otot-otot di tubuhnya menjadi makin kuat!"Buah ini memang luar biasa!" seru Arham. Begitu melihat ini, Delmar pun memakan satu dan mulai merasakan perubahan pada tubuhnya.Dengan begitu, ketiganya memakan cukup banyak buah prunus hingga hampir menerobos ke basis kultivasi selanjutnya.Sesudah merasa kenyang, mereka baru teringat bahwa ada misi yang harus diselesaikan. Selain itu, entah bagaimana situasi di luar sana sekarang.Jadi, mereka masing-masing mengambil satu buah prunus untuk diberika
Setelah mengunyah dengan pelan, ular piton itu akhirnya menelan buah prunus. Kemudian, dia menggunakan ekornya untuk menyapu tubuh sendiri dan sebuah sisik terjatuh ke tanah. Sesudah itu, dia menjilat tubuhnya karena merasa sakit.Ketika melihat situasi ini, Wira sepertinya mengerti alasan ular piton ini tidak ingin memakan buah prunus. Ternyata karena mencabut sisik terasa sakit.Setelah mengambil sisik tersebut, Wira memberi hormat dan membawa kedua temannya itu berlari ke atas gunung.Tidak lama setelah Wira dan lainnya pergi, Ozak dan kedua temannya tiba. Sekujur tubuh mereka dipenuhi luka, membuat mereka tampak cukup menyedihkan."Ular piton, silakan makan buah prunus ini!" seru Ozak sembari mempersembahkan buah prunus di hadapan ular piton itu.Namun, ular piton itu bahkan tidak meliriknya dan menguap lebar hingga akhirnya tertidur. Hal ini membuat Ozak dan lainnya terperangah. Situasi macam apa ini? Apa mungkin ada kesalahan?"Kak, apa yang terjadi? Kenapa dia nggak mau makan bu
"Kenapa kalian baru sampai? Kami sudah menunggu lama. Kalau bukan karena harus masuk ke labirin bersama, kami mungkin sudah mengambil lencananya dari tadi," ucap Delmar dengan sorot mata mengejek sambil meregangkan pinggang.Ozak sungguh murka mendengarnya. Dia tidak menduga dirinya akan kalah dari mereka yang basis kultivasinya lebih rendah, bahkan dihina oleh mereka."Sialan!" Niat membunuh Ozak telah bangkit. Dia mengeluarkan pedangnya, berniat untuk bertarung mati-matian tanpa peduli pada lukanya.Namun, Ishrat segera menghentikannya dan berbisik, "Kak, sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertarung. Kamu masih ingat senjata rahasia yang dimiliki Wira, 'kan? Kalau nggak berwaspada, kita bisa mati di sini!"Ishrat menasihati Ozak agar tidak menimbulkan masalah untuk sekarang. Sesudah dibujuk, amarah Ozak pun mereda. Namun, Ozak telah bertekad akan membunuh mereka setelah memasuki labirin.Beberapa orang itu berdiri bersama dan akhirnya berhasil membuka pintu labirin. Di dalamnya ge
Untung saja, Wira bereaksi dengan cepat. Dia melemparkan tubuhnya ke arah Delmar dengan bantuan pilar di samping. Begitu meraih pinggang Delmar, Wira membawanya kembali ke tempat semula.Seluruh proses ini hanya berlangsung selama beberapa detik. Kini, patung-patung itu kembali mematung tanpa bergerak lagi."Kak, gimana ini? Patung-patung itu terlalu besar, bahkan begitu cekatan. Kita mungkin mati kalau langsung main terobos," ucap Arham.Wira mengeluarkan pistolnya sambil merenung sesaat. Jika menembak sembarangan, belum tentu akan mengenai patung-patung besar itu.Sementara itu, Ozak hanya bersembunyi di belakang mereka, ingin melihat bagaimana mereka menerobos rintangan tersebut.Di belakang patung tersebut adalah sebuah rumah yang terkunci. Kuncinya pun terbuat dari emas, seharusnya ada barang berharga di dalamnya. Kalau tidak, mana mungkin pintunya terlihat semewah itu.Jika tebakan mereka tidak salah, seharusnya lencana yang mereka butuhkan ada di dalam sana. Wira mengelus daguny
"Wira, hati-hati! Mereka terus membuntuti kita sejak tadi. Mereka sudah di tangga, mereka akan menyusulmu!" seru Delmar dengan sekuat tenaga. Karena tidak mampu melanjutkan kompetisi lagi, mereka hanya bisa menyuruh Wira untuk lebih berwaspada.Wira pun menoleh, lalu mendapati Ozak dan lainnya berada di belakangnya. Orang-orang ini benar-benar mengganggu."Wira, sudah kubilang aku nggak akan melepaskanmu begitu saja. Ini kesempatan bagus. Meskipun membunuhmu, kami nggak akan disalahkan. Kami bisa bilang kamu terjatuh karena pijakanmu nggak tepat," ucap Ozak.Selesai berbicara, Ozak mengeluarkan senjatanya dan mulai menyerang Wira. Kecepatannya sungguh tinggi, serangannya terus mengincar kaki Wira.Namun, Wira bukan orang lemah. Dia mengeluarkan pistol dari sakunya, lalu menembak bahu kanan Ozak.Sebelum Wira sempat beristirahat, Ishrat sudah melancarkan serangan. Kipas lipat di tangannya pun berubah menjadi pisau yang sangat tajam.Ishrat yang tampak acuh tak acuh sebenarnya sangat tel
Wira mengangkat alisnya sedikit saat melihat situasi ini. Pria ini benar-benar gila. Dia melakukan apa pun demi bisa menang, padahal tindakan ini bisa membuat dirinya rugi.Wira pun membidik kaki kanan Ozak dan berhasil menembaknya. Ozak seketika berlutut di tanah dengan kaki kanan yang terus mengeluarkan darah.Meskipun demikian, Ozak tidak peduli. Dia segera melemparkan pedangnya ke arah kepala Wira. Di luar dugaan, Wira malah berhasil menembak kaki kirinya lagi.Pada akhirnya, kedua kaki Ozak tidak bisa digerakkan lagi. Dia hanya bisa berlutut di tangga batu dan menatap Wira dengan penuh kebencian, seolah-olah ada dendam kesumat di antara mereka."Orang sepertimu nggak pantas untuk Wanita Suci!" Selesai mengatakan ini, Wira menginjak kepala Ozak dan berhasil melompat ke depan pintu.Dengan kata lain, Ozak bukan hanya dikalahkan oleh Wira, tetapi juga menjadi batu loncatan Wira. Sungguh memalukan!Kemudian, Ozak tiba-tiba melakukan sesuatu yang berada di luar dugaan orang-orang. Terl
Setelah menunggu beberapa saat, Wira dan teman-temannya akhirnya terlihat berjalan ke luar. Selain itu, Wira telah memegang lencana yang menyimbolkan kemenangan sayembara!"Wira!" seru Julian yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya lagi. Dia berlari menghampiri Wira, lalu melemparkan diri ke pelukan Wira.Wira tidak menduga Julian yang selalu menjaga citranya akan bersikap seperti gadis manja sekarang. Sementara itu, Arham yang menyukai Julian pun merasa cemburu melihatnya.Ketika melihat Arham sedih, Delmar menepuk punggungnya untuk menghiburnya. Mungkin karena merasa malu pada Delmar, Arham langsung menepis tangannya."Apa yang kamu lakukan? Kamu lebih muda dariku lho! Benar-benar nggak sopan! Aku menghiburmu karena melihatmu sedih, tapi kamu malah menepis tanganku!" tegur Delmar sambil mengelus-elus punggung tangannya dan memelototi Arham.Kemudian, Delmar berlari ke samping Wira dan Julian. Dia mirip sekali dengan anak kecil. Wira dan Julian sedang bermesra-mesraan, tetapi di
Kabar ini membuat Juan sangat emosional. Dia tidak salah menilai orang! Syukurlah! Putrinya bisa diselamatkan!Ketika menunggu Wira dan lainnya kembali, Juan terus mengepalkan tangannya dengan erat. Dia memang merasa senang, tetapi juga merasa sedih karena putrinya akan menikah sebentar lagi."Mereka sudah sampai!" Entah siapa yang berteriak, pandangan semua orang sontak tertuju ke arah depan.Tampak Wira dan Julian bergandengan tangan, disinari oleh cahaya matahari terbenam. Hasto dan lainnya pun mengikuti di belakang. Ishtar dan Fardad juga telah kembali, tetapi Ozak mungkin harus tinggal selamanya di Pulau Tawang."Salam kepada Tuan Juan dan para kepala keluarga!" Begitu melihat para petinggi itu, Wira langsung memberi hormat dan menyerahkan lencana tersebut kepada Juan.Juan mengangguk sambil menatap lencana di tangannya. Kemudian, dia menepuk bahu Wira sambil berkata, "Selamat, kamu berhasil menjadi pemenangnya. Kalau begitu, sesuai peraturan sayembara, putriku akan menjadi istrim
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan