"Kenapa kalian baru sampai? Kami sudah menunggu lama. Kalau bukan karena harus masuk ke labirin bersama, kami mungkin sudah mengambil lencananya dari tadi," ucap Delmar dengan sorot mata mengejek sambil meregangkan pinggang.Ozak sungguh murka mendengarnya. Dia tidak menduga dirinya akan kalah dari mereka yang basis kultivasinya lebih rendah, bahkan dihina oleh mereka."Sialan!" Niat membunuh Ozak telah bangkit. Dia mengeluarkan pedangnya, berniat untuk bertarung mati-matian tanpa peduli pada lukanya.Namun, Ishrat segera menghentikannya dan berbisik, "Kak, sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertarung. Kamu masih ingat senjata rahasia yang dimiliki Wira, 'kan? Kalau nggak berwaspada, kita bisa mati di sini!"Ishrat menasihati Ozak agar tidak menimbulkan masalah untuk sekarang. Sesudah dibujuk, amarah Ozak pun mereda. Namun, Ozak telah bertekad akan membunuh mereka setelah memasuki labirin.Beberapa orang itu berdiri bersama dan akhirnya berhasil membuka pintu labirin. Di dalamnya ge
Untung saja, Wira bereaksi dengan cepat. Dia melemparkan tubuhnya ke arah Delmar dengan bantuan pilar di samping. Begitu meraih pinggang Delmar, Wira membawanya kembali ke tempat semula.Seluruh proses ini hanya berlangsung selama beberapa detik. Kini, patung-patung itu kembali mematung tanpa bergerak lagi."Kak, gimana ini? Patung-patung itu terlalu besar, bahkan begitu cekatan. Kita mungkin mati kalau langsung main terobos," ucap Arham.Wira mengeluarkan pistolnya sambil merenung sesaat. Jika menembak sembarangan, belum tentu akan mengenai patung-patung besar itu.Sementara itu, Ozak hanya bersembunyi di belakang mereka, ingin melihat bagaimana mereka menerobos rintangan tersebut.Di belakang patung tersebut adalah sebuah rumah yang terkunci. Kuncinya pun terbuat dari emas, seharusnya ada barang berharga di dalamnya. Kalau tidak, mana mungkin pintunya terlihat semewah itu.Jika tebakan mereka tidak salah, seharusnya lencana yang mereka butuhkan ada di dalam sana. Wira mengelus daguny
"Wira, hati-hati! Mereka terus membuntuti kita sejak tadi. Mereka sudah di tangga, mereka akan menyusulmu!" seru Delmar dengan sekuat tenaga. Karena tidak mampu melanjutkan kompetisi lagi, mereka hanya bisa menyuruh Wira untuk lebih berwaspada.Wira pun menoleh, lalu mendapati Ozak dan lainnya berada di belakangnya. Orang-orang ini benar-benar mengganggu."Wira, sudah kubilang aku nggak akan melepaskanmu begitu saja. Ini kesempatan bagus. Meskipun membunuhmu, kami nggak akan disalahkan. Kami bisa bilang kamu terjatuh karena pijakanmu nggak tepat," ucap Ozak.Selesai berbicara, Ozak mengeluarkan senjatanya dan mulai menyerang Wira. Kecepatannya sungguh tinggi, serangannya terus mengincar kaki Wira.Namun, Wira bukan orang lemah. Dia mengeluarkan pistol dari sakunya, lalu menembak bahu kanan Ozak.Sebelum Wira sempat beristirahat, Ishrat sudah melancarkan serangan. Kipas lipat di tangannya pun berubah menjadi pisau yang sangat tajam.Ishrat yang tampak acuh tak acuh sebenarnya sangat tel
Wira mengangkat alisnya sedikit saat melihat situasi ini. Pria ini benar-benar gila. Dia melakukan apa pun demi bisa menang, padahal tindakan ini bisa membuat dirinya rugi.Wira pun membidik kaki kanan Ozak dan berhasil menembaknya. Ozak seketika berlutut di tanah dengan kaki kanan yang terus mengeluarkan darah.Meskipun demikian, Ozak tidak peduli. Dia segera melemparkan pedangnya ke arah kepala Wira. Di luar dugaan, Wira malah berhasil menembak kaki kirinya lagi.Pada akhirnya, kedua kaki Ozak tidak bisa digerakkan lagi. Dia hanya bisa berlutut di tangga batu dan menatap Wira dengan penuh kebencian, seolah-olah ada dendam kesumat di antara mereka."Orang sepertimu nggak pantas untuk Wanita Suci!" Selesai mengatakan ini, Wira menginjak kepala Ozak dan berhasil melompat ke depan pintu.Dengan kata lain, Ozak bukan hanya dikalahkan oleh Wira, tetapi juga menjadi batu loncatan Wira. Sungguh memalukan!Kemudian, Ozak tiba-tiba melakukan sesuatu yang berada di luar dugaan orang-orang. Terl
Setelah menunggu beberapa saat, Wira dan teman-temannya akhirnya terlihat berjalan ke luar. Selain itu, Wira telah memegang lencana yang menyimbolkan kemenangan sayembara!"Wira!" seru Julian yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya lagi. Dia berlari menghampiri Wira, lalu melemparkan diri ke pelukan Wira.Wira tidak menduga Julian yang selalu menjaga citranya akan bersikap seperti gadis manja sekarang. Sementara itu, Arham yang menyukai Julian pun merasa cemburu melihatnya.Ketika melihat Arham sedih, Delmar menepuk punggungnya untuk menghiburnya. Mungkin karena merasa malu pada Delmar, Arham langsung menepis tangannya."Apa yang kamu lakukan? Kamu lebih muda dariku lho! Benar-benar nggak sopan! Aku menghiburmu karena melihatmu sedih, tapi kamu malah menepis tanganku!" tegur Delmar sambil mengelus-elus punggung tangannya dan memelototi Arham.Kemudian, Delmar berlari ke samping Wira dan Julian. Dia mirip sekali dengan anak kecil. Wira dan Julian sedang bermesra-mesraan, tetapi di
Kabar ini membuat Juan sangat emosional. Dia tidak salah menilai orang! Syukurlah! Putrinya bisa diselamatkan!Ketika menunggu Wira dan lainnya kembali, Juan terus mengepalkan tangannya dengan erat. Dia memang merasa senang, tetapi juga merasa sedih karena putrinya akan menikah sebentar lagi."Mereka sudah sampai!" Entah siapa yang berteriak, pandangan semua orang sontak tertuju ke arah depan.Tampak Wira dan Julian bergandengan tangan, disinari oleh cahaya matahari terbenam. Hasto dan lainnya pun mengikuti di belakang. Ishtar dan Fardad juga telah kembali, tetapi Ozak mungkin harus tinggal selamanya di Pulau Tawang."Salam kepada Tuan Juan dan para kepala keluarga!" Begitu melihat para petinggi itu, Wira langsung memberi hormat dan menyerahkan lencana tersebut kepada Juan.Juan mengangguk sambil menatap lencana di tangannya. Kemudian, dia menepuk bahu Wira sambil berkata, "Selamat, kamu berhasil menjadi pemenangnya. Kalau begitu, sesuai peraturan sayembara, putriku akan menjadi istrim
"Apa yang sebenarnya terjadi? Jelaskan secara rinci!" Begitu mendengar perkataan itu, Kepala Keluarga Mukesh langsung mencengkeram dadanya. Meskipun kepalanya terasa pusing, dia tetap berusaha bertahan karena harus mengetahui kebenarannya.Di sisi lain, Wira sudah tahu apa yang ingin dikatakan Ishtar setelah melihatnya melaporkan sambil berlutut seperti ini.Sesuai dugaan, Ishtar menunjuk Wira dan berkata, "Dia yang mencelakai Kak Ozak. Kak Ozak dan dia sama-sama menaiki tangga batu, tapi dia membuat kaki Kak Ozak lumpuh dan terjatuh dari tangga! Kak Ozak mati karena tebasan pisau patung-patung batu!"Ishtar pintar sekali memutarbalikkan fakta. Wira jelas-jelas melawan untuk melindungi diri sendiri, tetapi Ishtar malah mengatakan dirinya mencelakai Ozak.Delmar dan Arham tentu tidak bisa menerima fitnahan seperti ini. Mereka pun maju untuk membela Wira sekaligus menceritakan situasi yang sebenarnya terjadi."Tuan Juan, Kepala Keluarga Mukesh, jangan percaya omongannya. Dia dan Kak Ozak
Julian menatap Wira dengan penuh tekad. Penampilannya yang tampak seperti ingin melindungi suaminya sungguh menyentuh hati Wira. Jika bukan karena sedang berada di khalayak ramai, Wira pasti sudah mendekapkan Julian ke pelukannya.Sayembara akhirnya telah berakhir. Wira sudah cukup lama berada di Sekte Langit sehingga sudah saatnya kembali ke Dusun Darmadi.Meskipun sudah bisa dianggap sebagai suami istri, Wira dan Julian belum melakukan ritual sehingga masih memiliki kekhawatiran dalam hatinya.Wira datang ke kamar Juan, lalu mengetuk pintu dengan ringan. Setelah mendapat persetujuan, dia baru mendorong pintu dan masuk."Tuan Juan, aku tahu kamu ingin menjadikanku tangan kananmu supaya Julian bisa tinggal di Sekte Langit selamanya. Tapi, aku masih punya istri lain dan harus pulang ke Dusun Darmadi. Jadi, mungkin aku nggak bisa menyetujui permintaanmu ini," ujar Wira.Wira tentu tahu Juan tidak ingin berpisah dari putrinya sehingga ingin menjadikannya tangan kanan. Namun, Wira punya ke
"Tuanku, akhirnya kamu pulang. Kami pikir kamu sudah nggak peduli dengan kedua provinsi ini lagi," ucap Huben terlebih dahulu dengan nada tidak puas.Bagi Wira, menjadi seorang pemimpin yang hanya memberi perintah memang mudah. Namun, semua beban dan tanggung jawab akhirnya ditanggung oleh bawahan. Siapa yang bisa merasa senang dengan itu?Apalagi, selama ini mereka tidak bisa menghubungi Wira dan hanya bisa bertahan dengan segala kemampuan yang ada.Pada hari-hari biasa, mungkin semua masih berjalan lancar tanpa banyak kendala. Namun, sejak bencana banjir melanda sembilan provinsi, masalah menjadi semakin banyak. Terlebih lagi saat membuat keputusan besar tanpa Wira sebagai pendukung utama, langkah mereka terasa begitu berat.Untungnya, semua bisa dilalui dengan baik. Namun, melihat Wira kembali, mereka tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan keluh kesah mereka. Mereka ingin Wira tahu betapa besar usaha dan pengorbanan mereka."Semuanya, sudah lama nggak ketemu. Aku bukan sengaja
Bagaimanapun, jika ada yang menyapanya, Wira harus membalas dengan sopan. Dalam proses itu, banyak waktu akan terbuang dan situasi seperti itu sangat merepotkan.Sebagai seseorang yang selalu rendah hati, Wira tidak suka melakukan sesuatu dengan cara yang mencolok."Tuan Wira, kapan kamu kembali?"Saat Wira sedang berjalan santai di pinggir jalan, dia mendengar seseorang memanggilnya. Dia pun menoleh, lalu menatap sosok yang mendekat.Namun, Wira hanya merasa familier dengan pria itu. Dia tidak langsung mengingat identitasnya.Melihat keraguan di mata Wira, pria itu tersenyum dan berkata, "Kamu benaran lupa padaku? Aku Sarman. Selama ini aku yang membantumu membuat senjata. Sudah ingat belum?"Mendengar itu, Wira langsung menyadari siapa pria itu dan mengangguk pelan. Sarman diterima di Dusun Darmandi karena memiliki sejumlah besar besi dingin berusia ribuan tahun.Karena besi dingin itu, Sarman meninggalkan tempat asalnya dan pergi ke Provinsi Lowala. Saat itu juga, Wira mengambil sel
Wira terkekeh-kekeh. Dia merasakan bahwa Gina benar-benar merasa senang. Hubungan antara Gina dan Kresna serupa dengan hubungan Wira dengan Lucy, atau bahkan lebih erat lagi.Bagaimanapun, Gina dan Kresna sudah menjalin hubungan yang lebih intim. Ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal. Sementara itu, Wira dan Lucy tidak memiliki hubungan seperti itu."Terima kasih banyak, Tuan. Aku harap aku juga bisa ikut serta saat perang dimulai. Percayalah, aku nggak akan menjadi beban bagimu.""Selain itu, aku cukup mengenal medan di Kerajaan Agrel. Aku yakin aku dapat memberi bantuan kepadamu." Gina berbicara sambil menangkupkan tangan dengan penuh hormat.Wira mengangguk sambil membalas, "Ya, aku pegang ucapanmu ini."Setelah semua diatur dengan baik, Wira segera pergi. Segalanya sudah siap. Kini, mereka tinggal menunggu waktu yang tepat.Tugas berikutnya adalah memastikan Lucy menyusupkan orang-orangnya ke Kerajaan Agrel, lalu menjalin kontak dengan kedua raja itu.Sepanjang malam, Gina ti
Di halaman belakang kediaman jenderal.Di bawah panduan Lucy, Wira segera tiba di depan sebuah ruangan.Setelah pintu diketuk, tidak lama kemudian seorang wanita keluar dari dalam ruangan. Dia adalah Gina yang sudah lama tidak terlihat.Melihat Wira, Gina segera memberi hormat kepadanya. "Salam untuk Tuan Wira."Wira tersenyum sambil mengangguk. Sambil melangkah masuk ke ruangan, dia berucap, "Nggak perlu terlalu formal.""Aku memperlakukan orang-orang di sekitar dengan cara yang sama. Aku nggak menyukai tata krama berlebihan dan nggak membutuhkan penghormatan seperti ini.""Kelak, kamu nggak perlu bersikap terlalu sopan. Anggap saja kita ini teman."Gina mengangguk, meskipun dalam hati kecilnya, dia tidak berani benar-benar bertindak seperti itu.Sebagai penguasa dua wilayah, Wira memiliki kedudukan yang setara dengan Senia, bahkan lebih tinggi dari Kresna. Bagaimana mungkin Gina berani bersikap sembrono terhadapnya?Lucy terus mengikuti di belakang Wira, berdiri diam di sisi ruangan.
Wira kembali berbicara, "Dari semua orang yang berada di sekitarku, pekerjaanmu adalah yang paling berbahaya. Mengikutimu berarti menghadapi risiko terbesar pula.""Ayahnya sudah meninggal, kita nggak bisa membiarkan anaknya menderita karena kita. Menurut pendapatku, lebih baik kirim dia ke Dusun Darmadi untuk belajar. Mungkin suatu hari nanti, dia bisa meraih gelar kehormatan. Itu adalah jalan yang lebih baik."Lucy mengangguk. "Baik, akan kulaksanakan.""Oh ya." Wira mengubah topik pembicaraan. "Apa orang-orang kita masih belum bisa menyusup ke Kerajaan Agrel?"Dalam benak Wira, terlintas bayangan Kresna. Saat ini, dia telah mencapai kesepakatan dengan Kresna dan Ararya. Jika ketiganya bersatu, mereka akan menjadi tak terkalahkan. Hari kehancuran Senia akan segera tiba.Meskipun enggan bertempur dengan Senia dalam kondisi seperti ini, semua itu dilakukan demi rakyat. Hanya dengan menghancurkan Senia, rakyat di sembilan provinsi dapat hidup damai tanpa harus kembali merasakan peperang
"Coba kupikirkan lagi," kata Wira sambil meneguk habis anggur di cangkirnya. Dia benar-benar tak tahan melihat rakyat menderita. Meskipun harus mengambil risiko, dia tidak ingin rakyatnya hidup sengsara.Semua orang saling memandang, lalu memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan tentang hal itu. Sebagai gantinya, mereka lanjut makan dan minum bersama.Wira baru saja kembali, jadi mereka tidak ingin menambah beban pikirannya. Saat ini, lebih baik menikmati momen ini dengan mabuk bersama dan mempererat persaudaraan. Itu yang paling penting untuk sekarang.Setelah beberapa gelas hingga sore hari, perjamuan akhirnya selesai. Wira minum cukup banyak, tetapi tidak mabuk. Saat ini, ia sedang berdiri bersama Lucy di depan kediaman jenderal."Kamu sudah mengurus keluarga mereka dengan baik?" tanya Wira sambil menatap Lucy.Sebelum Wira pergi ke wilayah barat, banyak anggota jaringan mata-mata yang telah diutus ke sana. Dalam insiden itu, banyak yang tewas. Bahkan Lucy hampir kehilangan ny
"Kak, sekarang kamu adalah penguasa. Kami tentu perlu menunjukkan rasa hormat yang lebih padamu. Walaupun kamu nggak minta kami berlutut, tata krama yang semestinya nggak boleh diabaikan!" ujar Danu langsung.Osmaro pun mengangguk dan menambahkan, "Benar, melihat situasi saat ini, rakyat di seluruh negara sudah bersatu. Ditambah lagi, rakyat di Kerajaan Beluana terlantar dan menderita.""Diperkirakan dalam waktu singkat akan terjadi pemberontakan di sana. Ketika saat itu tiba, kemungkinan besar perang akan kembali pecah.""Kalau perang terjadi lagi, kamu pasti akan menjadi penguasa dunia ini. Itu artinya, kami harus semakin hormat padamu, 'kan?"Wira pun tertegun mendengarnya. Dia sama sekali tidak memikirkan hal itu sebelumnya. Jika bisa, Wira hanya ingin mempertahankan kondisi sekarang. Bukan karena dia tidak punya ambisi besar, melainkan dia tidak ingin rakyat kembali menderita akibat perang.Dulu Wira telah menyaksikan rakyat di sembilan provinsi hidup terlantar. Hal itu sangat men
Bahkan, Ciputra sendiri tidak pernah memiliki rencana sekejam ini!"Ya sudah. Kalau begitu, mari kita sepakati terlebih dahulu. Kita memang bisa bekerja sama, tapi aku punya satu syarat.""Kalau ingin bekerja sama, pertama-tama kita harus membunuh Osman. Ini seharusnya bukan sesuatu yang terlalu sulit, 'kan?"Osman adalah batu penghalang yang harus disingkirkan. Tidak peduli mereka akan melawan Wira atau tidak, keberadaan Osman tidak boleh terus dibiarkan!Selama Osman mati, Kerajaan Nuala akan terjerumus ke dalam kekacauan internal dan Ciputra akan mendapatkan keuntungan yang sesuai! Hal ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Wira!Ciputra bukanlah seseorang yang suka dirugikan. Dia sangat pintar dalam membuat kesepakatan!'Dasar licik! Pantas saja kamu bisa menjadi penguasa!' gumam Dahlan dalam hati. Namun, dia tetap berkata dengan sopan, "Baik! Semua akan dilakukan sesuai dengan instruksimu. Kamu hanya perlu menunggu kabar baik."Ciputra tertawa terbahak-bahak. "Bagus! Karena se
Selain itu, Kerajaan Nuala sempat mengalami perang saudara yang menyebabkan kerusakan besar. Jika saat itu mereka berperang melawan Wira, Ciputra tentu tidak punya kekhawatiran apa pun dan bahkan penuh percaya diri.Namun untuk sekarang, memulai perang melawan Wira adalah sesuatu yang cukup merepotkan. Selama beberapa tahun terakhir, berkat dukungan yang diberikan Wira kepada Ciputra, Kerajaan Beluana berkembang semakin baik.Hanya dengan dirinya dan Senia, sangat sulit untuk melawan Wira dan Osman sekaligus. Hasil akhirnya dapat diprediksi dengan mudah. Kekalahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari.Namun, kini Ciputra tidak lagi sanggup menanggung kekalahan. Jika dirinya kalah lagi, kemungkinan besar seluruh warisannya akan hancur sia-sia. Kalaupun dirinya mengakhiri hidupnya di tempat, bagaimana dia bisa menghadapi para leluhurnya nanti?"Aku memahami kekhawatiranmu. Itu juga yang menjadi kekhawatiran terbesar ibuku. Tapi, gimana kalau kita bisa membunuh Osman?"Dahlan menyipi