"Wira, kamu pergi ke mana? Ada menemukan sesuatu?" Setelah Wira mendekat, Arham dan Delmar baru bertanya kepadanya.Setelah ragu sejenak, Wira akhirnya menggelengkan kepalanya. Dia tahu dia sangat bersalah, tetapi hanya ada satu pemenang. Dia tidak ingin menyerahkan Julian kepada orang lain, sehingga hanya bisa menggunakan rencana ini."Aku tahu kamu nggak akan menemukan apa pun. Lagi pula, pohon prunus sudah ada di hadapan kita, mana mungkin ada pohon lainnya. Kita hanya perlu menunggu di sini dengan sabar dan mencari kesempatan saja."Delmar sangat yakin tidak ada cara lain. Selain itu, Juna juga tidak memberikan petunjuk lain dan menyuruh mereka mencari prunus saja. Sekarang, ada pohon prunus yang begitu besar di hadapan mereka dan pulau ini juga sangat kecil, pasti tidak mungkin ada pohon prunus lainnya lagi.Mendengar perkataan Delmar, Wira hanya menganggukkan kepalanya. Namun, Arham terus menatapnya hingga membuatnya merasa tidak nyaman. Dia berpikir apakah Arham tahu dia sudah b
Ozak pergi melihat apa yang sebenarnya mereka lakukan. Apakah mereka ada rencana lainnya atau mungkin menemukan sesuatu. Dia tetap menjaga jarak aman dan mengikuti mereka dengan sangat hati-hati, khawatir mereka akan menyadari keberadaannya.Sementara itu, Wira membawa kedua anak kecil itu ke hutan yang tidak jauh dari pohon prunus itu."Pemandangan di sini sangat indah, tapi coba kalian cium dengan baik. Apa kalian bisa mencium aroma buah yang samar-samar?"Dengan cara ini, Wira termasuk sedang mengajarkan keduanya beberapa keterampilan untuk bertahan hidup di alam liar. Bisa dibilang, ini sebagai ganti karena dia menyembunyikan pohon prunus itu dari mereka.Setelah mendengar perkataan Wira, Delmar dan Arham segera menutup mata mereka dan merasakan alam ini dengan hati. Memang benar, mereka bisa mencium aroma buah yang samar-samar dan sepertinya itu adalah pohon apel."Terus ikuti aku, masih ada banyak makanan enak di depan."Memang tidak banyak yang menghuni Pulau Tawang ini, tetapi
Setelah itu, Wira langsung menancapkan sebatang kayu panjang yang kulitnya telah dikelupas ke tanah. Kemudian, dia menganyam tumbuhan merambat menjadi tali. Sekarang perangkapnya sudah siap, hanya tinggal beraksi."Sudah lihat barang-barang ini, 'kan? Ini adalah peralatan yang dibutuhkan untuk perangkap. Karena nggak terlalu akurat, jadi aku pakai ini sebagai gantinya dulu. Kalian perhatikan dengan baik."Setelah selesai berbicara, Wira segera mendekati binatang buas itu. Keduanya mengira dia pasti akan mati, tidak disangka dia hanya membangunkan salah satu dari binatang itu."Awuuu!"Setelah meregangkan tubuhnya, binatang buas itu melihat Wira dengan tatapan yang meremehkan, seolah-olah manusia hanya makanannya saja. Namun, manusia akan memberikannya banyak makanan dan memintanya untuk menjaga tempat ini. Binatang buas ini memiliki bentuk yang mirip macan tutul, tetapi tubuhnya jauh lebih besar daripada macan tutul."Kamu baru saja bangun, pasti sangat lapar, 'kan? Di sini nggak ada d
"Setelah kamu pergi bersama mereka, apa yang sebenarnya telah terjadi? Bagaimana mungkin hal ini terjadi?""Benar. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Cepat ceritakan apa yang telah kamu lihat."Kedua orang itu terus mendesak Ozak menceritakan apa yang telah terjadi setelah dia mengikuti Wira dan yang lainnya pergi. Ozak menceritakan semua yang telah dia lihat hingga keduanya tercengang."Wira mengalahkan macan tutul istimewa itu sendirian? Dia benar-benar hanya tahan asterik menengah, 'kan? Kenapa aku merasa kemampuannya jauh di atas itu? Apa dia menggunakan senjata tersembunyinya itu?"Saat ini, semua orang sudah mengetahui Wira memiliki sebuah senjata tersembunyi yang sangat hebat dan bisa mengalahkan musuh yang jauh ataupun dekat."Nggak. Saat itu, aku melihat dari samping. Dia hanya memanfaatkan perangkap untuk menangkap macan tutul istimewa. Orang ini sangat cerdik. Kalau kita ingin merekrutnya atau menipunya, pasti nggak akan berhasil."Awalnya Ozak tidak memedulikan Wira. Setela
Saat mendengar suara perut keroncongan Ozak dan kedua orang lainnya, Wira melihat ke arah mereka. Namun ketiganya justru memilih untuk mengalihkan pandangan mereka. Jika mereka tidak berniat untuk mendekat, dia tentu saja tidak akan inisiatif berbicara dengan mereka dan mencari masalah yang tidak perlu.Beberapa saat kemudian, macan tutul yang begitu besar itu sudah dinikmati semua orang dan hanya tersisa sedikit. Wira menyimpan sisa daging itu."Sungguh nggak disangka. Kak Wira, sepertinya kelak kita akan terus mengikutimu. Tak disangka, kemampuan bertahan hidupmu begitu kuat saat berada di situasi yang sangat genting seperti ini." Saat mengatakan itu, Delmar masih sedang mengelus perutnya yang kenyang dan tatapannya sangat mengagumi Wira.Saat ini, Arham juga berpikir demikian. Awalnya, dia tidak terlalu suka dengan Wira, sekarang dia menyadari dia bukan tandingan Wira. Meskipun kultivasinya mungkin lebih tinggi dibandingkan Wira, tetapi sekarang Wira juga sudah mengejar kultivasinya
Begitu tiba di Pulau Tawang, kekuasaan keluarga tidak berguna lagi. Hanya kemampuan pribadi saja yang berguna. Arham memelototi Ozak, tetapi tidak bertindak gegabah. Dia segera berlari ke samping Delmar untuk membantu Delmar berdiri dan memeriksa lukanya. Untungnya, hanya luka luar dan tidak terlalu serius.Melihat Wira tidak menjawabnya, Ozak maju dua langkah, lalu langsung berdiri di depan Wira dan saling memandang. Postur tubuhnya lebih tinggi dan menonjol dibandingkan Wira, sehingga Wira harus mengangkat kepala untuk melihatnya. Namun pada saat ini, dia baru menyadari tatapan Wira sangat muram dan bahkan sedikit dingin."Wira, kamu marah ya? Demi dua sampah ini? Mereka bukan pilihan yang bagus untukmu. Kalau kamu ingin bertahan hingga akhir, lebih baik bergabung dengan kami. Kamu harusnya mengerti pemikiran kami, tetapi kami jamin kamu akan bertahan hingga akhir. Pada saat itu, kita baru bersaing dengan adil, cara ini masuk akal, 'kan?"Saat mengatakan itu, terpancar keangkuhan Oza
Mendengar perkataan Ozak yang menyindirnya, Wira sama sekali tidak peduli. Saat ini, dia masih belum mengeluarkan seluruh kemampuannya, karena ada banyak orang yang menyaksikan pertarungan mereka. Jika dia sudah mengungkapkan kemampuannya yang sebenarnya, dia akan rugi nanti.Justru karena pemikiran Wira yang seperti ini, Ozak baru berpikir Wira bukan tandingannya dan serangannya makin keterlaluan. Setiap kali saat menyerang Wira, dia selalu berniat untuk menghabiskan nyawa Wira dan membuat Wira sangat marah.Wira berpikir ini hanya sebuah sayembara, tidak perlu sampai saling merenggut nyawa. Dia sekali lagi menendang Ozak hingga terbang, lalu berdiri di samping untuk memperbaiki kondisinya. Dia ingin meredakan suasana hatinya, tetapi Ozak tetap tidak berniat untuk berhenti dan menyerangnya. Mereka bertarung lagi dan Ozak tetap menantangnya dengan perkataan."Kami marah ya? Aku belum melakukan apa-apa. Jangan-jangan, kamu sudah menyadari niatku ya? Aku yakin sekarang kamu pasti berpiki
"Masih belum berakhir. Wira, pertarungannya baru saja dimulai!" Ozak berteriak, lalu menendang senjatanya sendiri dan menyerang Wira dengan tangan kosong.Wira tidak menyangka Ozak akan begitu keras kepala. Dia segera bergerak ke belakang Ozak dengan gesit dan langsung membidik pistolnya ke belakang kepala Ozak.Mendengar suara mekanis di belakangnya, tubuh Ozak langsung membeku dan tidak berani bergerak lagi. Bagaimanapun juga, dia sudah merasakan kekuatan senjata itu tadi. Dia benar-benar tidak menyangka Wira bisa berada di belakangnya hanya dalam beberapa detik saja dan mengarahkan senjata di kepalanya. Dalam hatinya, dia sudah bisa membayangkan berbagai cara Wira untuk menghukumnya. Jika dia bergerak sedikit saja, apakah Wira akan langsung meledakkan kepalanya dengan senjatanya itu?"Aku bersumpah, kalau kamu terus bergerak lagi, aku akan meledakkan kepalamu dengan ini dan darahmu akan berceceran di tempat ini!"Kata-kata Wira memang sangat tegas, tetapi mengapa terdengar seolah-ol
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan