"Sepertinya dulu kamu nggak sebodoh ini, kenapa otakmu jadi lamban setelah bertemu dengan Julian? Bukankah semua yang dia katakan itu demi kamu?"Wira tidak merespons Hasto."Gadis itu hanya nggak ingin kamu ikut dalam sayembara ini dan kehilangan nyawamu. Orang di sini semuanya sangat hebat, jadi dia berharap kamu pergi baru mengatakan kata-kata yang menyakiti hatimu. Kalau kamu benar-benar terpengaruh kata-katanya, aku malah merasa apakah Wira yang kukenal sebelumnya sudah hilang."Setelah mendengar perkataan Hasto, Wira baru menyadari mungkin karena tadi tidak bisa menerima kata-kata Julian tadi dan terlalu keras kepala."Kak Hasto, kamu tenang saja. Aku memang marah setelah mendengar kata-kata itu, tapi aku nggak mungkin benar-benar mengabaikannya. Meskipun kita nggak bisa menjadi suami istri, dia juga adalah adikku dan aku harus menyelamatkan nyawanya," kata Wira dengan nada putus asa yang menggambarkan suasana hatinya saat ini.Setelah keduanya mengobrol, Wira memutuskan untuk te
"Menikmati teh membicarakan dunia, menikmati bunga membicarakan kehidupan."Hanya dengan dua baris puisi sederhana ini, Wira berhasil membuat semua orang di aula itu sangat terkejut. Orang pertama yang memberikan tepuk tangan adalah Hasto, lalu yang lainnya ikut bertepuk tangan juga. Mereka mengira Wira hanya orang kasar yang tidak tahu apa-apa. Tak disangka Wira malah memiliki kemampuan sastra yang luar biasa, hanya sembarangan beberapa kata saja sudah berhasil membuat puisi yang begitu bagus."Bagus! Langsung menulis puisi yang terinspirasi dari teh di depan, sangat bagus." Setelah memuji Wira, Juna pun meneguk teh di depan Wira dan ternyata memang teh yang enak."Hanya dua baris puisi tentang teh saja nggak bisa membuktikan apa pun. Kalau ingin partisipasi dalam sayembara, dengan cara ini saja nggak akan cukup. Biarkan aku memberi sebuah topik."Salah satu pemuda sastrawan di samping berdiri, lalu berjalan mendekati Wira sambil mengipas-ngipas dengan kipasnya dan tatapannya terlihat
"Hanya karena pandanganmu sempit dan nggak pernah berusaha memahami orang dari dunia luar, jadi kamu nggak tahu aku pernah menciptakan puisi di luar sana. Kalau kamu mencobanya, kamu akan tahu sebenarnya masih ada banyak orang yang luar biasa." Wira mendengus dan meremehkan pemuda yang berpikiran sempit itu."Aku tadi sudah mengirim orang untuk menyelidiki, tapi nggak ada satu pun puisi ini yang pernah terdengar sebelumnya. Jadi, bisa dipastikan puisi ini dibuat oleh Wira sendiri."Julian juga pernah mendengar Wira membuat puisi sebelumnya, tetapi puisi Wira sebelumnya tidak terdengar emosional seperti sekarang. Sepertinya, kali ini Wira benar-benar serius.Ada banyak orang yang tidak puas dengan Wira. Mereka merasa mereka lebih berbakat dan mereka yang harusnya mewakili Wira untuk berpartisipasi dalam sayembara itu, sehingga sayembara tetap berlanjut."Wira, kamu juga nggak terlalu hebat, baru buat dua puisi saja. Percayalah, salah satu puisi yang kubuat pasti jauh lebih baik darimu.
"Luar biasa, sungguh luar biasa!""Aku nggak pernah melihat orang yang begitu berbakat seperti Wira, aku setuju! Aku setuju membiarkannya ikut sayembara untuk gadis suci!""Aku juga setuju. Sungguh hebat sekali, aku benar-benar kagum!""Lima puisi. Kalau aku yang berada di posisinya, mungkin setahun pun aku nggak akan bisa membuat puisi itu. Mendengar lima puisi yang dia buat ini, aku baru menyadari aku telah salah!"Mendengar kata-kata pujian dari orang di sekitarnya, Wira perlahan-lahan berjalan ke hadapan Juna."Aku sudah membuat lima puisi dalam waktu setengah jam ini, apa aku sudah lulus tes pertama?"Selain berhasil membuat lima puisi dalam waktu setengah jam ini, Wira juga berhasil membuat semua sastrawan di aula itu mengaguminya. Dia sudah menjadi orang yang paling berbakat di aula itu, sehingga dia tentu saja lulus tes pertama."Baiklah! Awalnya aku pikir kamu adalah murid Hasto, jadi pasti akan unggul dalam bidang bela diri. Tak disangka, bakat sastramu juga begitu hebat. Apa
"Baiklah."Setelah Wira menjawab, keduanya langsung merasa tidak tahu harus berkata apa lagi. Mungkin karena kata-kata Julian sebelumnya yang terlalu kasar, sehingga keduanya malah merasa canggung saat bertemu lagi."Oh ya. Ayahku menyuruhku memberitahumu untuk tinggal di kediaman Keluarga Triaji untuk beberapa saat ini. Kalau kamu tinggal di tempat lain, kemungkinan besar ada orang yang akan diam-diam membunuhmu. Orang-orang itu sangat sadis." Julian tiba-tiba teringat perintah dari ayahnya sebelum dia keluar.Wira menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, kamu antar aku ke sana. Aku masih belum tahu di mana kediaman Keluarga Triaji, Sekte Langit ini sungguh terlalu besar," kata Wira sambil tersenyum kepada Julian.Wajah Julian memerah dan segera berjalan di depan, tetapi langkahnya tetap terlihat tenang.Wira mengikuti di belakang Julian. Mungkin karena lomba untuk mencari jodoh Julian sudah akan dimulai, sehingga dia terus berusaha tidak terlalu dekat dengan Julian agar tidak menjadi
Setelah saling membahas dengan Wira, para sastrawan itu makin mengaguminya. Julian juga mulai mengagumi Wira dan makin merasa hanya orang berbakat seperti Wira ini yang pantas menjadi pasangannya.Pada hari kedua setelah mengikuti tes bakat, tema dari ujian tahap kedua juga diumumkan."Tema dari ujian tahap kedua harusnya sangat mudah bagimu. Kamu adalah murid Hasto, jadi kemampuan bela dirimu pasti sangat hebat juga."Saat mengumumkan tema dari ujian tahap kedua kepada Wira, Juna makin yakin dengan Wira. Hal itu membuat Wira tersenyum."Aku pasti akan berusaha sebaik mungkin dalam ujian bela diri ini, aku nggak akan mengecewakan Julian.""Bagus!"Juna merasa makin puas saat melihat penampilan Wira yang berada di depannya, sehingga dia tiba-tiba bertanya apakah Wira pernah memiliki tunangan."Wira nggak berani menipu. Aku sudah punya tiga istri di rumah dan status mereka semua setara, nggak ada perbedaan status siapa yang lebih tinggi atau rendah."Saat Wira mengatakan hal itu dengan t
"Tuan Muda, harap berhati-hati saat berjalan. Kalau terjadi sesuatu denganmu di kediaman kami, aku nggak bisa bertanggung jawab."Wira yang berbicara dengan nada sinis, membuat Arham merasa sangat tidak puas. Dia menepis tangan Wira dan berdiri."Kamu ini hanya orang dari dunia luar saja, berani-beraninya menyentuh aku. Apa kamu pikir kamu bisa berkuasa hanya karena sedikit berbakat saja? Jangan bermimpi. Akulah orang yang paling cocok menjadi pasangan Gadis Suci!" Arham mengeluarkan kipas lipat dan menghalang di depannya dengan tatapan yang menantang.Wira tidak marah saat mendengar perkataan Arham, karena dia tahu Julian tidak akan pernah berhubungan dengan orang seperti itu."Tuan Muda, kalau kamu datang hari ini hanya untuk mengatakan hal-hal seperti ini, silakan pulang." Wira berdiri dan hendak pergi, dia merasa benar-benar menghabiskan waktunya saja berbicara dengan orang seperti itu.Arham merasa sangat kesal karena dia diabaikan oleh Wira sekali lagi. Dia mengambil batu di samp
"Tuan Muda nggak perlu tunggu jawabanku, aku bisa memberitahumu sekarang. Aku nggak suka dengan tawaranmu dan nggak akan menerimanya juga."Mendengar nada Wira yang tenang, Arham mengepalkan tinjunya. Dia tidak menoleh dan hanya tersenyum, lalu melambaikan tangannya dan pergi.Setelah Arham pergi, Julian memandang Wira dengan khawatir, tetapi Wira meyakinkannya dengan tersenyum."Sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa dia datang ke kediaman kita? Apa tadi kamu bertengkar dengannya? Kalau bukan karena pelayan yang melapor, aku nggak tahu dia datang.""Bukan masalah besar juga, dia hanya datang untuk mengatakan hal yang nggak penting."Wira tidak berniat memberi tahu perkataan Arham tadi kepada Julian, karena tidak ingin Julian makin terbebani. Julian memang sudah merasa cemas saat mendengarnya ingin berpartisipasi dalam lomba mencari jodoh. Jika Julian mengetahui kejadian ini, Julian pasti akan makin melarangnya berpartisipasi dalam lomba."Kalau terjadi sesuatu, sebaiknya kamu segera mem
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan