Di luar dugaan, Wira bahkan tidak bisa menyentuh ujung pakaian Julian."Julian, sepertinya kamu sangat hebat?" tanya Wira dengan terkejut. Dia telah mengerahkan seluruh kekuatannya, tetapi Julian masih bisa menghindar dengan mudah.Julian tersenyum. Meskipun belum bisa disebut tak tertandingi, setidaknya dia jauh lebih hebat dari beberapa ahli bela diri."Tuan, sepertinya kamu masih harus banyak-banyak berlatih," ucap Julian yang terkekeh-kekeh dan menghindari serangan Wira dengan gesit. Namun, wajahnya tiba-tiba memucat dan tubuhnya pun terjatuh ke belakang.Kejadian mendadak ini membuat Wira terperangah. Dia tanpa sadar menopang tubuh Julian, lalu ekspresinya berubah karena merasakan hawa dingin yang mengerikan dari tubuh wanita ini. Saking dinginnya, hawa ini membuatnya tak kuasa menggigil."Apa yang terjadi? Julian, kamu baik-baik saja?" tanya Wira buru-buru.Dengan wajah pucat dan tubuh gemetaran, Julian menyahut, "Aku ... aku baik-baik saja. Tuan, tolong bawa aku kembali ke kamar
Wajah yang begitu cantik ini sontak membuat Dewina terkesima. Selama ini, Dewina merasa dia sudah sangat cantik. Namun, begitu melihat wajah asli Julian, dia terpana sampai tidak bisa berkata-kata. Dia tidak pernah melihat wanita secantik ini.Para pelayan di sekitar pun tertegun melihatnya. Saat ini, Dewina tersadar kembali dan langsung mengancam, "Jangan sampai ada yang membocorkan kejadian hari ini. Kalau ketahuan, kalian semua akan mati! Mengerti?"Dewina mendengus dingin. Begitu mendengarnya, para pelayan itu pun tercengang. Mereka tentu mengerti bahwa nyawa mereka ada di tangan majikan sehingga bisa dibunuh kapan saja."Kalian sudah boleh keluar," ujar Dewina sembari menatap Julian. Kondisi Julian sudah membaik, jadi dia merasa lebih tenang sekarang.Sementara itu, ketika melihat para pelayan keluar, Wira segera bertanya, "Gimana kondisi di dalam?"Para pelayan hanya bisa memberi tahu Wira bahwa kondisi Julian sudah membaik. Wira tidak berani masuk karena Julian tidak mengenakan
Setiap kali hawa dingin memancar dari tubuhnya, kondisi Julian pasti akan menjadi seperti ini. Dia berusaha untuk bangkit, lalu melihat Dewina yang tertidur lelap di kursi samping.Begitu melihat ember di sana, Julian pun memahami apa yang terjadi. Dia juga tidak mengatakan apa pun saat melihat pakaiannya telah diganti."Kak Dewina," panggil Julian dengan lirih.Begitu mendengarnya, Dewina membuka mata dan tampak bersemangat. "Gimana? Sudah merasa jauh lebih baik?"Julian menjawab, "Sudah, terima kasih, Kak. Kamu pasti lelah karenaku. Istirahatlah, aku nggak apa-apa kok."Dewina tersenyum dan tidak terburu-buru untuk pergi. Sebaliknya, dia bertanya, "Julian, sebenarnya apa yang terjadi? Hawa dingin tadi benar-benar menakutkan."Julian menghela napas dan membalas, "Aku punya penyakit aneh, makanya bisa begini. Aku sengaja kabur dari rumah supaya orang tuaku nggak khawatir. Kak, jujur saja, aku mungkin nggak bisa hidup terlalu lama lagi. Itu sebabnya, aku ingin menikmati hidupku selagi m
Julian tidak menduga teknik penyamarannya akan terbongkar. Semua ini pasti karena hawa dingin itu."Gimana? Kamu masih ingin menipuku? Hehe." Dewina terkekeh-kekeh.Julian pun merasa agak canggung dan berkata, "Maafkan aku, Kak. Aku bukan sengaja merahasiakan ini dari kalian. Aku hanya merasa wajah seperti ini bisa mengurangi banyak kerepotan."Julian benar-benar berpikiran seperti itu. Lagi pula, dia pernah mendapatkan banyak masalah karena wajah cantiknya, bahkan banyak yang harus mati.Banyak orang biasa yang menginginkan kecantikannya ini. Mereka sampai menghalalkan semua cara hanya demi memiliki Julian. Pada akhirnya, Julian terpaksa mengakhiri nyawa mereka."Rupanya begitu. Ya, kamu terlalu cantik. Jangankan pria, wanita saja sangat menyukai wajahmu ini." Dewina tersenyum dan meneruskan, "Omong-omong, aku sudah memberi tahu suamiku tentang hal ini."Julian merasa makin canggung mendengarnya. Dia membalas, "Tuan Wira pasti terkejut saat tahu hal ini ...."Dewina menyahut, "Itu sud
Benar, Julian terlihat seperti bidadari yang turun dari kayangan. Keesokan pagi, Wira berlatih ilmu bela diri seperti biasa di halaman. Namun, tatapannya terus tertuju pada kamar Julian.Wira benar-benar mengkhawatirkannya. Akan tetapi, dia tidak mungkin menerobos ke kamar wanita. Saat ini, Dewina berjalan ke luar. Dia melirik kamar Julian sekilas dan tertegun."Dia belum keluar?" tanya Dewina."Belum, coba kamu periksa keadaannya," sahut Wira."Suamiku, kenapa kamu begitu peduli padanya?" tanya Dewina tiba-tiba. Dia hanya menggoda Wira dan tidak memiliki maksud apa pun.Wira tergelak dan membalas, "Karena kita teman, nggak ada alasan lain. Kenapa tiba-tiba bertanya begitu? Bukannya kamu juga mengkhawatirkannya saat dia sakit kemarin? Sama seperti kalian, aku juga menganggapnya sebagai adik."Wira merasa aneh mendengar pertanyaan itu. Hubungan Julian dengan ketiga istrinya sangatlah baik. Mereka terlihat seperti kakak adik. Jadi, wajar kalau Wira mengkhawatirkan Julian sekarang.Dewina
Ketika melihat Wira begitu perhatian padanya, Julian merasa sangat tersentuh. Ini karena dia tahu Wira memperlakukannya dengan tulus.Begitu Julian mengangkat kepalanya, Wira pun terperangah. Dia menatap Julian sambil mengernyit, lalu bertanya, "Huh? Di mana Julian?"Dewina dan Julian termangu mendengarnya. Dewina buru-buru menjelaskan, "Suamiku, ini Julian."Wira tercengang. Dia pun mengamati wanita yang berada di hadapannya, lalu tertawa dan berucap, "Jangan aneh-aneh, mana mungkin aku nggak mengenal Julian. Di mana dia?""Julian, aku masuk kamarmu, ya!" seru Wira sambil berjalan ke kamar Julian. Ucapan Wira ini sontak membuat Dewina merasa tidak berdaya. Suami bodohnya ini malah mencari Julian.Adapun Julian, dia tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa dengan bahagia. Dia bisa menilai bahwa Wira benar-benar mengkhawatirkannya. Meskipun telah melihat wajahnya yang begitu cantik, Wira tetap mencemaskan Julian yang jelek itu.Sejujurnya, Julian tidak pernah merasakan hal seperti ini, d
Meskipun wajah secantik ini memang bisa menyebabkan masalah ... mereka jelas-jelas tidak takut pada siapa pun! Kenapa Wira malah menyuruh Julian mengubah wajahnya seperti sebelumnya?"Suamiku, kamu baik-baik saja, 'kan? Kenapa menyuruh Julian mengubah wajahnya kembali? Wanita sangat mementingkan kecantikan. Julian akhirnya menggunakan wajah asli, tapi kamu menyuruhnya mengubahnya. Aku rasa ada yang salah dengan pikiranmu.""Julian, nggak usah dengarkan dia. Aku sangat suka melihat wajahmu ini. Wajah secantik ini sangat enak untuk dipandang. Suasana hatimu juga akan membaik kalau melihatnya," ujar Dewina sembari memelototi Wira dengan kesal."Sebenarnya, bukan aku yang membuat wajah itu. Teknik penyamaranku nggak sebagus itu." Julian ingin mengembalikan wajahnya yang sebelumnya, tetapi tidak memiliki kehebatan seperti itu.Wajah jelek itu dibuat oleh Biksu Baju Hijau. Itu sebabnya, Julian tidak bisa mengembalikan parasnya yang sebelumnya.Wira seketika paham mendengarnya. Dia menyahut,
Julian merasa sangat berterima kasih atas kebaikan Wira. Namun, dia tidak berbicara jujur karena tidak sanggup mengatakannya.Ada terlalu banyak poin penting dalam hal ini, juga banyak rahasia yang terlibat. Julian masih merasa ragu, apakah harus memberi tahu Wira atau tidak.Setelah melihat Julian baik-baik saja, Wira pun merasa lega. Namun, dia langsung menyuruh jaringan mata-mata untuk mencarikan tabib terbaik yang bisa mengobati Julian.Sejak saat itu, kediaman Raja Uttar selalu didatangi oleh tabib terkenal. Meskipun tahu dirinya tidak mungkin sembuh, Julian tidak menolak kebaikan Wira.Setiap hari, Julian berada di kediaman untuk diperiksa para tabib terkenal. Sayangnya, tidak ada yang tahu cara mengobatinya. Bahkan, banyak yang tidak mendeteksi penyakit dari tubuh Julian.Wira sungguh frustrasi dengan hasil ini. Dia juga tahu harapannya sangat kecil, tetapi merasa harus dicoba selagi masih memiliki peluang.Pada saat yang sama, Raja Ararya juga merasa sangat tertekan. Raja Kresn
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih
Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung
Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan
Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu