Wira berbicara dengan Luki dari sudut pandang yang berbeda.Setelah mendengar perkataan itu, ekspresi Luki berubah dan menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya, dia memang orang yang intelektual dan hatinya selalu berpikir untuk menjadi orang baik. Namun, kenyataan tidak mengizinkannya. Terkadang, tindakan yang jujur dan bersih, tidak memungkinkannya untuk bertahan hidup.Maksud dari perkataan Wira seolah-olah ingin memberi tahu Luki untuk melakukan apa pun yang diinginkannya, kecuali meningkatkan kemiskinan di daerah ini. Dia tentu saja ingin melakukan seperti itu, tetapi dengan adanya Ongki dan Yusri, dia tidak bisa melakukannya. Kedua orang itu adalah penguasa daerah setempat dan sulit untuk dihadapi. Dia tidak mungkin bermusuhan dengan mereka.Sebenarnya, saat baru datang ke Niaga, Luki memang ingin mengubah situasinya dan membuat daerah itu menjadi makmur. Namun, di hari pertamanya datang ke sana, dia langsung mendapat hadiah besar berupa uang dan wanita dari Ongki dan Yusri. Dia pun
"Mengenai Ongki dan Yusri, sebenarnya mudah saja. Mereka sudah melakukan begitu banyak kejahatan, mereka nggak akan lolos dari hukuman mati. Aku cukup mengumpulkan lima ribu pasukan saja sudah bisa menyingkirkan mereka sepenuhnya. Dengan begini, semua masalah di sini akan terselesaikan. Alasanku nggak melakukannya karena merasa terlalu merepotkan, jadi ... pemerintah memutuskan untuk memberimu kesempatan sekali lagi untuk menunjukkan bakatmu. Kalau tentang Ongki dan Yusri, aku akan cari cara untuk membereskan mereka. Pada saat itu, kamu hanya perlu membantuku melaksanakannya saja."Setelah mendengar perkataan Wira, Luki baru menyadari ternyata target Wira untuk hal kali ini bukan hanya dirinya. Yang paling utama adalah Wira ingin mengurus perkembangan keuangan daerah itu."Yang Mulia, saya sudah mengerti. Setelah mendengar perkataan Anda hari ini, saya mendapat pencerahan." Setelah mengatakan itu, Luki memberi hormat kepada Wira."Hahaha. Memang santai kalau berbicara dengan orang terp
Keesokan paginya, urusan bantuan bencana akhirnya dimulai. Setelah memikirkannya semalaman, Luki memutuskan harus melakukan sesuatu. Dia sadar langkah pertamanya adalah menyingkirkan Yusri dan Ongki. Namun, Ongki adalah seorang kepala perampok yang tidak mengerti banyak hal dan cenderung bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya. Dia tidak ingin menyinggung orang seperti Ongki terlebih dahulu. Karena itulah, dia mencari Yusri."Kak Yusri, aku curiga kedatangan Wira dan yang lainnya ke sini kali ini mungkin akan membuat perubahan besar!"Luki tahu Yusri memiliki banyak properti dan yang paling kaya di antara mereka. Namun, Yusri adalah seorang pedagang yang memiliki pemikiran dagangnya sendiri. Bisa dibilang, dia hanya mengutamakan keuntungan atau bisa dibilang juga dia pengecut.Bagaimanapun, dia bukan Ongki yang selalu mengandalkan kekerasan. Ditambah lagi dengan temperamennya yang buruk, serta bisa melakukan hal di luar kendali dan tidak memedulikan konsekuensinya.Namun Yusri berbed
Selain mereka bertiga, masih ada siapa lagi yang makmur di Niaga?"Tuan Luki, maksud Anda ... pemerintah berharap kita yang mengurus hal ini?" kata Yusri sambil menelan ludah dan ekspresinya terlihat agak muram."Aku rasa seperti itu. Kalau bantuan pangan dari pemerintah masih belum datang, bagaimana kita bisa memberikan bantuan kepada para korban bencana itu? Kalau nanti Wira ini langsung pergi dan orang yang bertanggung jawab atas hal ini akan jatuh ke tanganku, bukankah aku yang akan disalahkan? Tentu saja, kalau terjadi masalah denganku, kalian ... juga tidak akan lepas. Selain itu, kita tentu saja butuh uang untuk bantuan korban bencana kali ini. Kalau membahas soal uang, kamu dan Ongki adalah orang yang paling kaya. Kalau nggak salah, kamulah yang paling kaya, 'kan?"Mendengar perkataan itu, mata Yusri langsung membelalak. Maksud dari perkataan Luki adalah pemerintah ingin melawannya dan merampas kekayaannya? Pemerintah ingin membunuhnya agar Niaga bisa melewati bencana kekeringa
Luki buru-buru menganggukkan kepalanya dan berkata, "Maksudku memang ini! Aku khawatir pada saat itu pemerintah akan bertindak seperti ini. Kalau benar-benar seperti ini, waktu kita nggak banyak lagi."Setelah mendengar perkataan itu, Yusri baru berkata, "Kalau begitu ... kenapa Anda nggak bilang kepada Ongki?"Yusri berpikir hal ini sangat penting, sehingga mereka bertiga harus mengetahuinya.Namun, Luki buru-buru berkata, "Bilang kepadanya? Orang itu keras kepala. Kalau dia nggak bersedia dan bersikeras ingin melawan hingga pemerintah membawa pasukan yang banyak ke sini. Pada saat itu, kita pasti akan dihabisi dengan mudah!"Mendengar perkataan itu, Yusri menganggukkan kepalanya. Ongki adalah yang paling kejam dan selalu membunuh orang-orang. Jika Ongki benar-benar marah dan memutuskan untuk membunuh Wira, pemerintah pasti akan membantai seisi Kota Niaga. Pada saat itu, semuanya benar-benar akan hancur."Tuan Luki, maksud Anda ... kita berdua yang menangani hal ini ya?" Setelah menga
Sementara itu, Ongki sama sekali tidak menghiraukan Yusri. Dia berpikir jika memanfaatkan kekacauan ini untuk menyingkirkan Yusri, bukankah dia akan mendapatkan semuanya kembali?Setelah meninggalkan tempat itu, Ongki tersenyum sinis, lalu pergi menemui Yusri. "Kak Yusri, Tuan Luki sudah menemuimu, 'kan?"Mendengar perkataan itu, Yusri tentu saja tahu maksud dari perkataan Ongki. "Sudah, dia menyuruhku untuk mengeluarkan uang untuk membantu korban bencana."Setelah mendengar perkataan itu, Ongki tersenyum dan berkata, "Huh. Orang ini, dia sendiri yang membuat masalah, malah menyuruh kita membantu menanganinya."Mendengar perkataan itu, Yusri tertegun sejenak."Hah? Apa maksudmu?" Yusri tidak mengerti maksud perkataan Ongki yang mendadak itu.Ongki tentu saja tidak akan mengungkapkan semuanya, terutama tentang 200 ribu uang emas yang diberikan Wira kepadanya. Dia berkata dari sudut pandang lainnya, "Kak Yusri, kamu bodoh ya? Masih nggak jelas ya? Luki ini ingin mendapat reputasi. Dari b
Yusri merasa Ongki ini adalah seorang pembawa masalah dan temperamennya tidak stabil, sehingga dia tidak berani bekerja sama dengan Ongki lagi. Jika terjadi masalah, dia pasti akan terlibat juga. Awalnya, dia berpikir hal ini tidak boleh terlalu mencolok seperti yang dikatakan Luki, masalah sebenarnya bukan Wira, melainkan pemerintah. Jika pemerintah benar-benar ingin menghadapi mereka, seberapa luar biasanya pun mereka tidak akan bisa menahannya.Selain itu, hal yang paling penting adalah sekarang sedang terjadi kekeringan di Niaga dan perhatian pemerintah tertuju ke tempat ini. Jika mereka tidak menyelesaikan bencana ini, pemerintah pasti akan menghukum mereka atas semua tindakan mereka. Oleh karena itu, Yusri buru-buru menemui Luki dan memberitahunya semua hal ini.Setelah mendengar hal itu, Luki mendengus dan langsung berkata, "Si bodoh ini pikir dirinya sangat cerdas, konyol sekali! Masalahnya sudah jadi seperti ini, orang ini ... kita nggak bisa membiarkannya lagi!"Setelah mende
Namun, Wira masih belum pergi. Dia masih memiliki 500 ribu uang emas, sehingga masih bisa melakukan banyak hal untuk Niaga. Satu hal yang tidak kalah pentingnya selain memberi bantuan pada korban bencana, Wira tidak bisa membiarkan suasana di sini terus berlanjut seperti ini. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mengatasinya.Waktu terus bergulir, hanya dalam sekejap seminggu telah berlalu. Setelah semuanya agak mereda, Wira memanggil Luki dan Yusri untuk menghadapnya."Kalian sudah bekerja keras untuk masalah bantuan korban bencana kali ini. Tenang saja, aku akan meminta penghargaan dari istana untuk kalian," kata Wira. Namun, keduanya tampak gugup mendengarnya. Penghargaan katanya? Tidak dijatuhkan hukuman saja mereka sudah patut bersyukur!"Tuan Luki, kamu ... sekarang sudah tahu letak masalah Niaga, bukan? Jadi ... kamu seharusnya sudah tahu apa yang harus kamu lakukan?" tanya Wira.Luki tentu saja mengerti ucapannya. Ongki sudah tidak bisa diselamatkan lagi, tapi masih ada Yusri!
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu
Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse
Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W
Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa
Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini