Raja Kresna sontak tergelak dan menyahut, "Bawahanmu? Raja Ararya, semua bawahanmu adalah bawahan Ibu Suri dan Putra Mahkota. Jujur saja, sebelum pengawal pribadimu ini mengikutimu, dia dulunya anggota Pasukan Bayangan.""Selain itu, banyak hal yang kuketahui, tapi nggak ingin kukatakan. Aku hanya ingin mempertahankan keseimbangan istana ... dan memberimu kesempatan. Kalau nggak, aku pasti sudah menundukkanmu dan meminta Ibu Suri menghukummu.""Mendiang raja sudah tiada, begitu juga dengan Raja Byakta. Kita hanya 3 bersaudara sekarang, aku nggak ingin kamu membuat kesalahan yang sama lagi. Raja Ararya, terkadang yang bukan milik kita memang bukan ditakdirkan untuk kita. Jadi, jangan keras kepala lagi.""Kalau nggak, kamu sendiri yang akan terluka nantinya. Percayalah. Apalagi, Ibu Suri memberikan kekuasaan terbesar kepada Wira. Kalau dia membunuhmu karena masalah ini, nggak akan ada yang bisa menghalanginya. Ibu Suri juga nggak akan membalaskan dendammu. Kamu boleh mengabaikan orang la
"Kalaupun Ibu Suri kembali, takutnya kondisinya nggak baik dan akan sulit untuk mengambil alih kekuasan, 'kan?" lanjut Wira.Raja Tanuwi jelas mengerti setelah mendengarnya. Selain merasa takjub dengan kecerdasan Wira, dia pun merasa Raja Ararya ini benar-benar gila. Raja Ararya jelas-jelas baru diampuni waktu itu, tetapi melakukan kesalahan yang sama lagi. Bukannya bertobat, malah membuat masalah baru. Sungguh di luar nalar!"Raja Ararya ini benar-benar ambisius. Kamu menyuruhku kemari pasti karena Raja Kresna berbicara terus terang padanya, 'kan?" tanya Raja Tanuwi.Wira pun mengangguk mendengarnya. "Mungkin begitu, tapi Raja Kresna seharusnya menasihatinya. Kalau masih nggak bisa dinasihati, kita terpaksa mengambil tindakan."Raja Tanuwi mengangguk dan berkata, "Sebelum Ibu Suri pergi, dia menyuruh Selir Zendaya dan Selir Anaya mengurus harem, juga menyuruh kita berempat mengurus pemerintahan. Semua ini untuk mempertahankan keseimbangan. Tanpa kamu, mungkin sekarang sudah kacau bala
Yasir senang memikirkan rencana malam ini, tetapi Berma merasa sangat bingung. Berma berhasil meloloskan diri semalam, tetapi bagaimana dengan malam ini? Mereka tidak mungkin tidak bercinta setelah menikah.Ketika Berma masih memikirkan cara untuk menghindar, Biantara tiba-tiba datang. Begitu masuk, dia langsung tersenyum sambil berucap, "Ini hari pertama kalian menjadi suami istri. Aku datang untuk memberi kalian selamat. Kalian nggak akan mengusirku, 'kan?"Yasir bergegas menyahut, "Bos, apa yang kamu katakan? Mana mungkin kami berpikiran seperti itu?"Biantara membalas, "Baguslah kalau begitu. Yasir, aku datang untuk membahas sesuatu denganmu hari ini.""Bos, katakan saja," ujar Yasir segera.Tanpa merahasiakan apa pun, Biantara berucap, "Sekarang aku dan Tuan Wira ada di Kerajaan Agrel, jadi kamu nggak perlu mencemaskan keadaan di sini. Kamu sangat hebat, kamu mengatur jaringan mata-mata di sini dengan baik. Jadi, aku dan Tuan Wira sudah berdiskusi. Kami memutuskan untuk mengutusmu
"Apa ada masalah?" tanya Berma dengan wajah tersenyum.Yasir membalas, "Bukan apa-apa. Hanya saja, kita mungkin akan pergi ke Kerajaan Monoma."Begitu mendengarnya, Berma sontak tercengang. Dia bertanya, "Pergi ke Kerajaan Monoma? Apa maksudnya?"Berma tidak mengerti mengapa mereka harus tiba-tiba pindah ke Kerajaan Monoma? Apakah dirinya sudah ketahuan? Ekspresi Berma seketika menjadi masam."Tuan Wira dan Bos Biantara akan memantau Kerajaan Agrel, jadi aku nggak perlu berada di sini lagi. Supaya jaringan mata-mata kami makin bagus, Bos Biantara mengutusku ke Kerajaan Monoma," ujar Yasir.Yasir sama sekali tidak keberatan karena ini juga alasan yang didapatkannya saat pergi ke Kerajaan Ahola. Kemudian, dia diutus ke Kerajaan Agrel. Sekarang, dia harus pergi ke Kerajaan Monoma. Pasti karena alasan yang sama.Berbeda dengan Yasir, Berma justru mulai merenungkan masalah ini. Di saat genting seperti ini, dia dan Yasir malah diutus ke Kerajaan Monoma. Pasti ada sesuatu di balik semua ini,
Setelah meninggalkan toko sembako, Berma langsung menuju ke sebuah gang. Biantara pun terus mengikuti dengan ekspresi dingin.Biasanya Berma hanya pergi membeli kebutuhan rumah, tetapi hari ini malah pergi ke tempat yang terpencil. Biantara pun merasa wanita ini tidak sesederhana yang dibayangkannya.Biantara terus membuntutinya. Sementara itu, Berma tidak menyadari apa-apa karena sedang panik. Kini, dia terus memikirkan apakah penyamarannya telah terbongkar? Jika benar seperti itu, apa yang harus dilakukannya sekarang? Apakah dirinya telah membuat kesalahan?Sebenarnya, Berma tidak tahu bahwa semua tindakan yang dilakukannya dengan waspada menutupi semuanya dengan baik. Sayangnya, dia tidak bisa membuat keputusan pada saat-saat genting.Biantara dan Wira sangat cerdas, Berma tentu kalah jika dibandingkan dengan mereka berdua. Jadi, setiap kali Berma ingin melakukan sesuatu, mereka akan mengetahuinya terlebih dahulu. Hal ini yang membuat Berma terus-menerus gagal.Kali ini, Berma juga
Begitu mendengarnya, ekspresi Berma menjadi makin masam. "Kalau benar begitu, artinya ...."Berma mengerutkan dahi, tampak sangat gusar. Dia tidak bisa melakukan sesuatu terhadap Wira lagi."Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kita terpaksa menunda misi ini dulu. Sialan, pria ini susah sekali untuk dilawan," ucap Bruno yang menghela napas. Dia benar-benar geram memikirkannya."Kak, gimana kalau kita langsung bunuh dia? Kalau bekerja sama, mungkin kita bisa menghabisinya," usul Berma.Mendengar ini, Bruno pun mulai merenung. Dia berkata, "Masalah ini harus dipertimbangkan dulu. Bagaimanapun, risikonya sangat besar. Bagus kalau berhasil. Tapi, kalau gagal, usahamu selama ini akan sia-sia."Bruno merasa dilema. Berma telah menyamar begitu lama. Dinilai dari hubungannya dengan Yasir, Berma pun sudah bisa mendekati Wira.Jika mereka gagal, rencana seperti ini tidak akan bisa diimplementasikan lagi. Akan sangat sulit untuk menempatkan mata-mata di sisi Wira ke depannya.Setelah menghela napas d
Wira bisa menangani Berma dengan mudah. Jika Berma ingin menghadapinya, dia akan menunggu kedatangan Berma. Kebetulan, dia juga ingin melihat apa rencana mereka untuk menghadapinya."Tapi .... Kak Wira, hal ini mungkin akan berdampak sangat besar bagi Yasir," timpal Biantara. Dari nadanya, terdengar bahwa dia sangat khawatir.Mendengar perkataan itu, Wira menghela napas. Tentu saja dia tahu hal itu. "Apa yang kamu katakan benar. Kita memang nggak punya perasaan apa pun dengan wanita ini, tapi Yasir adalah sahabat kita!"Wira berpikir harus bagaimana menangani hal ini. Membunuh Berma? Membunuh Berma tentu saja adalah cara yang paling sederhana. Namun jika dia membunuh Berma, ini memang akan menjadi pukulan yang sangat besar bagi Yasir. Sejak awal, Wira dan Biantara tidak memercayai Berma dan bahkan selalu menyembunyikan hal ini dari Yasir. Jika suatu hari kamu menyadari sahabatmu ternyata selalu mencurigai orang terdekatmu, bukan siapa pun sanggup menerima hal seperti ini.Berma memang
Bagaimanapun juga bagi Bruno dan Berma, identitas Berma sudah terungkap. Jika saat ini mereka bertindak lagi, kemungkinan besar usaha sebelumnya akan sia-sia dan bahkan akan membahayakan nyawa mereka sendiri."Berma, keinginan Tuan Prabu adalah membunuh Wira, tapi ... kalau Wira sudah membuat persiapan, kita pasti akan mati. Apa pilihanmu kali ini?" tanya Bruno.Selama bertahun-tahun ini, Bruno selalu berada di sisi Prabu, dia tahu betul karakter dan kebiasaan Prabu. Namun justru karena tahu jelas mengenai Prabu, hatinya menjadi semakin khawatir. Bagaimanapun juga, kekejaman Prabu ini jauh melampaui bayangannya.Bukan hanya itu saja, yang terpenting adalah Prabu ini sama sekali tidak memedulikan nyawa mereka. Dia sudah tahu tentang hal ini sejak lama, hanya saja dia tidak pernah mengungkapkannya. Namun, keputusan Prabu kali ini jelas tidak bijaksana. Menggunakan segala cara, berarti mengorbankan nyawa mereka berdua untuk membunuh Wira. Harus diakui, keputusan Prabu ini membuatnya meras
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a
Wira berkata, "Baiklah. Kalau kalian berdua tulus ingin bergabung denganku dan bertobat, aku akan melupakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Aku akan mengatur langkah selanjutnya. Kalau ingin bersandiwara, kita harus berakting dengan sungguh-sungguh agar kalian juga bisa menjelaskannya saat kembali nanti.""Aku akan bersiap-siap dulu, lalu pergi ke utara untuk bertemu dengan kalian dan melawan Senia bersama-sama."Setelah mengatakan itu, Wira tersenyum yang menunjukkan kerja sama mereka sudah tercapai. Jika bisa mengalahkan Senia tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, ini juga termasuk hal luar biasa dan dunia ini juga bisa damai untuk sementara waktu. Ini adalah hasil yang selalu diharapkannya. Pada saat itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan nasib para rakyat di sembilan provinsi lagi."Terima kasih banyak, Tuan Wira," kata Kresna dan Ararya sambil memberi hormat setelah saling memandang. Mendapatkan pemimpin yang bijaksana adalah sebuah anugerah besar.Setelah semua sudah selesai d
Kresna pun menghela napas panjang. "Tuan Wira, kamu pasti masih ingat dengan peristiwa yang terjadi di Provinsi Yonggu saat itu, 'kan? Sebenarnya aku juga nggak berniat melakukannya, tapi Senia sudah menyandera seluruh keluargaku. Meskipun enggan, aku juga terpaksa harus melakukannya. Kalau nggak, seluruh keluargaku akan mati dan akhirnya memilih untuk nggak kerja sama denganmu."Setelah mengatakan itu, Kresna menundukkan kepala dan terdiam cukup lama. Saat di Provinsi Yonggu, dia sudah kehilangan salah satu orang kepercayaannya yang paling andal dan sekaligus kekasihnya yaitu Gina. Saat itu, Wira sudah memberinya jalan, tetapi dia tidak memilihnya. Oleh karena itu, sekarang menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Ararya yang berada di samping juga segera menambahkan, "Tuan Wira, kami juga punya beberapa kartu truf di tangan kami. Selama bertahun-tahun ini, kami terus merekrut pasukan. Kalau nggak dalam situasi mendesak, kami juga nggak ingin memberontak. Nggak ada orang yang ingin menya
Di dalam penginapan.Karena penginapan ini terletak di tempat yang terpencil, biasanya tidak banyak tamu yang datang ke sana. Hari ini juga hanya Wira dan rombongannya yang menginap di sana.Setelah sempat keluar, pemilik penginapan yang tidak menyangka Wira dan rombongannya akan kembali lagi terlihat sangat senang dan segera menyiapkan hidangan terbaik lagi. Bagaimanapun juga, mereka sangat murah hati. Hanya menginap satu hari saja, pemilik penginapan sudah menerima penghasilan yang cukup banyak."Kalau semua makanannya sudah dihidangkan, kamu pergi dulu saja. Nggak ada kabar dari kami, kalian jangan masuk ke sini lagi," kata Wira sambil mengeluarkan seratus ribu gabak dan melemparkannya pada pemilik penginapan itu.Mata pemilik penginapan itu langsung bersinar, lalu segera menganggukkan kepala dan pergi dari sana. Penginapan yang begitu luas itu hanya tersisa Wira dan yang lainnya.Wira tidak bernafsu makan karena baru saja selesai makan, bahkan tidak ingin minum. Dia menatap Ararya
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I